JAKARTA, KOMPAS.com - Pada dasarnya, membangun sebuah bisnis kedai kopi dapat dilakukan oleh semua kalangan. Tak pandang tua atau muda, asalkan bertekad dengan ketekunan, pastilah bisnisnya akan berhasil.
Seperti halnya Gabriella, atau Gaby panggilan akrabnya, yang sudah memiliki inisiasi untuk membangun bisnis kedai kopi (coffee shop) sejak ia masih menempuh semester 3 perkuliahan, tepatnya pada tahun 2020.
Awalnya, ia hanya sedang berdiskusi dengan dua saudaranya untuk membangun sebuah bisnis kedai kopi. Setelah melalui diskusi dengan saudara dan kedua orang tuanya, menghasilkan buah manis berupa dukungan penuh dari kedua orang tuanya.
“Iya, pastinya papah seneng banget dan sangat mendukung kita bertiga untuk mulai belajar berbisnis sejak sekarang. Karena itu juga, kita semangat dan yakin bisa sukses menjalani bisnis coffee shop ini,” jelas Gaby kepada Kompas.com, Senin (11/9/2023).
Baca juga: Simak Tips Marketing Bisnis Coffee Shop Ala Mahasiswa Bandung Ini
Sebagaimana dikatakan Gaby, saat itu Ia hanyalah seorang mahasiswa yang belum memiliki pengalaman dalam hal dunia perkopian. Sama halnya dengan kedua saudaranya.
Agar bisa menghasilkan produk kopi yang sesuai dengan selera mereka bertiga, mereka pun mengambil sebuah kursus pembuatan kopi di Jakarta yang berlangsung seharian penuh.
“Aku sama saudara-saudaraku kan dari awalnya itu enggak suka kopi sama sekali. Tapi karena kita sudah mau buat bisnis coffee shop bareng-bareng, jadinya kita bertiga ikut kursus membuat kopi. Kursusnya itu seharian penuh,” sambungnya.
Setelah mengikuti pelatihan pembuatan kopi tersebut, mereka bertiga mulai belajar membuat dan meracik kopi sendiri yang kemudian menjadi menu utama di Kopi Takua.
Bisnis coffee shop inisiasi Gaby mulai dibangun pada tahun 2021 dan launching perdana di tahun yang sama, tepatnya pada bulan Juli.
“Karena ini idenya tuh sudah dari aku masih semester 3 (tahun 2020), akhirnya baru mulai di bangun di tahun 2021. Kebetulan juga kita sudah punya lahan yang memang belum terpakai, jadi lahan itu yang kita bangun untuk jadi coffee shop, deh,” kata Gaby.
Baca juga: Cerita Christine Membangun Bisnis Biji Kopi Panggang untuk Kenalkan Toraja Sapan
Lahan milik keluarganya berlokasi di dalam sebuah komplek, tepatnya di Cibubur Indah II, Ciracas, Jakarta Timur. Inilah tantangan yang harus dihadapi Gaby dan kedua saudaranya.
Sebelum mengolah tanah lahan keluarganya tersebut, Gaby dan kedua saudaranya harus melewati berbagai diskusi dengan warga yang tinggal di komplek tersebut.
Sebagaimana keinginan masyarakat untuk bisa hidup tenang, warga komplek Cibubur Indah II sempat menolak lahan kosong milik keluarga Gaby tersebut dijadikan tempat bisnis berupa coffee shop.
Dengan segala niat baik dan keyakinan, juga berkat kelengkapan dokumen perizinan pembangunan usaha dari pemerintah setempat, mereka dapat membangun coffee shop di sana.
Baca juga: KBRI Dirikan Indonesia House of Beans Singapore, Ruang Khusus bagi UMKM Eksportir Kopi
“Ini tuh salah satu tantangan besarnya, karena kita harus banyak diskusi dengan mereka yang tinggal di komplek itu. Mereka enggak mau nantinya terganggu karena ada coffee shop di lingkungan rumah tinggal mereka. Tapi aku dan saudara-saudara aku meyakinkan mereka dengan menunjukkan kelengkapan surat izin berusaha di sana, jadi akhirnya mereka bisa mengerti,” papar Gaby.
Selang dua tahun berdirinya Kopi Takua, kini Takua sudah memiliki banyak customer. Tak hanya yang berasal dari daerah Cibubur, melainkan juga dari sekitaran JaBoDeTaBek.
“Dari dulu awal berdirinya Kopi Takua, kita sudah gencar posting di sosial media Takua untuk bisa dilirik oleh orang-orang yang tinggal di luar Jakarta Timur, gitu. Dan gak disangka-sangka, ternyata hal itu beneran terjadi. Banyak kok customer Takua yang dateng karena lihat unggahan Takua di sosmed,” jelas Gaby.
Dari keterangannya, Gaby menyebut kini omzet Kopi Takua sudah mencapai Rp40 -Rp60 juta per bulan.
Baca juga: KBRI Dirikan Indonesia House of Beans Singapore, Ruang Khusus bagi UMKM Eksportir Kopi
“Syukurnya, karena customer di Takua sekarang sudah banyak, total penghasilan dari penjualan kita sekarang sudah mencapai Rp40- 60 juta per bulannya. Itu juga karena kita banyak adain promosi di sosial media,” sambung Gaby.
Dengan memiliki delapan karyawan yang bekerja di Kopi Takua, Gaby dan kedua saudaranya kini memiliki tugas dan kepentingannya masing-masing.
Gaby sendiri bertugas mengurus operasional dan legalitas bisnisnya. Nadine, kakak kembarnya bertugas mengurus keuangan dan marketing, sedangkan sang adik, Amanda, bertugas seputar Human Resource (HR).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.