“Dengan jalan-jalan, kita bisa mengikuti tren seperti apa, orang lagi suka apa di kota atau negara lain untuk diadaptasi sebagai bahan inspirasi. Kita juga bisa mendapat inspirasi dari banyak hal seperti fesyen, makanan, dan teknologi,” jelas Ajeng.
Baca juga: Tergerak Membantu Petambak Udang, Nafiah Bangun Bisnis Startup Crustea
Diakui Ajeng, di awal membangun usaha, dirinya sangat berjuang untuk mengedukasi market. Hal ini karena ia menjual teh seharga Rp 100 ribu-an ke atas, padahal di supermarket hanya Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.
“Dengan harga segitu, orang pasti langsung mengaitkan dengan kesehatan, padahal kita tidak jualan obat tapi jualan teh. Awal usaha sangat menantang di creating market dan edukasi marketnya,” ujar Ajeng.
“Maka dari itu, kita bikin edukasinya secara door to door dan membuat workshop di coffee shop untuk mengenalkan bukan jualan, agar mereka tahu bedanya premium tea seperti apa. Saat ini kalau kami bikin kelas itu yang datang barista, karena mereka menyadari kalau teh itu sekompleks kopi,” lanjutnya.
Oleh karena itu, sebagai pelaku usaha special tea, jangan bosan untuk terus mengedukasi market.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.