KOMPAS.com - Bagi Lisa Yumi, sepatu yang seharusnya digunakan oleh seseorang yang akan bekerja di suatu perusahaan adalah sepatu yang merepresentasikan keanggunan maupun kegagahan diri penggunanya.
Dari pengalaman yang dirasakannya sebagai seorang penggemar sepatu kets, Lisa merasa jika di luar sana banyak produk sepatu lokal yang sebenarnya bagus, tetapi kualitasnya belum maksimal.
Kedua hal tersebut melatarbelakangi kegiatan yang hingga saat ini ditekuninya, yakni menjalankan usaha bernama Sepatu Prabu.
Mari kita menarik mundur sedikit waktu kembali ke tahun 2019. Pada saat itu Lisa dan sang suami tergerakkan untuk membuat sepasang sepatu berbahan kulit sapi.
Baca juga: Kisah Anis, Kembangkan Bisnis Pelana Kuda Satu-satunya di Yogyakarta
Alasan kuat yang mendasari Lisa untuk menghasilkan produk sepatu lantaran dia melihat adanya kebutuhan akan sepasang alas kaki yang representatif dan cocok digunakan seorang pegawai baru.
“Seperti halnya anak-anak yang baru lulus kuliah dan baru masuk kerja, mereka kan butuh sepatu kerja yang nyaman, representatif, dan yang harganya oke itu kan agak susah, apalagi untuk bahan kulit,” papar Lisa saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.
“Karena kami lihat ada kebutuhan itu, akhirnya lahirlah Prabu,” tambah Lisa.
Baca juga: Kisah Ahmat, Rintis Usaha Limbah Kayu Jati dan Berdayakan Masyarakat Sekitar
Dari pengakuan yang dibeberkan Lisa, sebelum mulai menjalankan Sepatu Prabu, Lisa adalah seorang pegawai bank multinasional. Terdengar sangat tidak relevan bukan?
Meski bukan seorang perajin sepatu dan memiliki riwayat sebagai multinational banker, melalui hobi berbelanjanya, Lisa ingin mengalihkan pengeluaran belanja sepatu menjadi suatu produk sepatu kulit yang berkualitas.
“Saya dan suami memang doyan banget belanja, tapi setiap belanja selalu terbesit pikiran, kenapa sepatu lokal yang harganya oke, nggak ada yang cocok di hati,” katanya.
Kala itu, Lisa memulai usahanya dari rumah di sepetak ruang berukuran 2x2 meter, dan bekerjasama dengan seorang pembuat pola sepatu dan seorang penjahit sepatu.
Baca juga: Ballerbro, Berawal dari Kisah Kakak Adik Tak Mampu Beli Sepatu Basket
Dari sana lah dia menghasilkan sepatu-sepatu kulit yang kemudian banyak diminati.
Lisa menyadari jika dirinya memiliki tanggungjawab yang besar terhadap usaha yang dijalankannya.
Bukan sekedar tanggungjawab dalam hal keberlangsungan dan ketersediaan desain sepatu yang akan dihasilkan, tetapi Lisa bertanggungjawab dengan mencari ilmu dalam hal proses pembuatan sepatu. Semua dilakukan karena awalnya dia sangat awam soal bisnis sepatu.
“Berangkat dari passion yang kami miliki, akhirnya kami pelajari betul teknik pembuatan sepatu. Kami mempelajari teori-teorinya,” kata Lisa.