Produk kriya yang dipasarkan oleh Craftote menggunakan prinsip sustainability dan ramah lingkungan. Hal ini diterapkan pada bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk kriya.
Kerajinan tangan milik Craftote ada yang terbuat dari abaka lalu dianyam. Kemudian, Craftote juga menggunakan pelepah pisang, eceng gondok, mendong, dan bambu. Nantinya bahan-bahan ini dianyam lalu dijadikan home decor, laundry bag, keranjang, dan hiasan lampu.
"Jadi semua bahan itu kami bentuk menjadi produk anyaman," jelas Tio.
Baca juga: Kresek Project, Bisnis Kerajinan Tangan dari Daur Ulang Sampah Kresek
Dalam proses produksi, Tio dibantu oleh pengrajin yang memiliki bidang keahlian masing-masing sesuai dengan bahan yang dianyam.
"Pengrajin pelepah pisang sendiri, eceng gondok sendiri. Memang sudah ada keahliannya masing-masing dan mereka gamau kalau ditukar karena sudah bukan bidangnya," cerita pemilik Craftote tersebut.
Selain itu, Craftote memiliki prinsip 3P, yaitu profit, people, dan planet. Tio mengatakan, profit artinya mendatangkan keuntungan, people artinya produk miliknya dapat bermakna bagi manusia.
Baca juga: UMKM Anyaman Pandan di Cileles Lebak Disebut Tumbuhkan Ekonomi Warga
"Kalau planet artinya produk kami harus ramah lingkungan dan tidak mencemari planet bumi ini," katanya.
Selanjutnya, Tio menyebut keuntungan yang didapat oleh Craftote berkisar Rp 50 juta per bulannya.
"Karena kami masih baru jadi omzetnya kira-kira Rp 50 juta per bulannya. Namun, saya harap ke depannya saya bisa juga memasarkan produk di Jerman pada 2029 nanti," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.