Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Rp 500 Ribu Risma Merintis Usaha Katering, Siapkan Menu Sahur dan Berbuka

Kompas.com - 18/03/2024, 10:15 WIB
Alfiana Rosyidah,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di bulan Ramadan, bisnis makanan menjadi peluang usaha yang banyak menghasilkan keuntungan. Alasannya, banyak orang mencari berbagai menu makanan dan minuman, baik untuk berbuka maupun sahur.

Risma (42), owner Butter & Salt Kitchen menjadi salah satu pelaku usaha yang melihat peluang tersebut.

Awalnya, di tahun 2020, Risma merintis bisnis katering rumahan dengan modal Rp 500 ribu. Kemudian merambah bisnis katering sahur dan buka puasa.

Baca juga: 4 Alasan Memulai Bisnis Katering Rumahan, Cocok Buat Dicoba!

Dari Katering Sekolah hingga Katering Ramadan

Risma mengungkap, bisnis katering dengan nama Butter & Salt Kitchen ini dimulai dengan membuka katering di sekolah anaknya.

"Awalnya dari katering sekolah anak dan satu orang temannya. Lalu lama-lama makin bertambah dan mulai ada yang nanya soal katering rumahan," kata Risma kepada Kompas.com, Jumat (15/3/2024).

Pada Ramadan tahun 2024 ini, Butter & Salt Kitchen mulai merambah bisnis katering sahur dan buka puasa. Menu yang ditawarkan pun bermacam-macam. Menurut Risma, cumi sambal ijo menjadi menu yang paling laris. 

Baca juga: Perjuangan Izma Bangun Katering Dapur Bu Sastro hingga Jadi Langganan Artis

"Kalau buka puasa, kami buat menu yang bermacam-macam. Di waktu sahur, biasanya kami jual frozen food, karena orang-orang biasanya ingin menu yang ready to heat," lanjutnya.

Pelanggan katering di bulan puasa kali ini juga beragam. Mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, anak kos, bahkan ibu kos yang biasa menyiapkan buka puasa untuk anak-anak kosnya. 

Selain katering sahur dan berbuka, Butter & Salt juga membuka pesanan kue kering dan hampers lebaran.

Mulai dengan modal Rp 500 Ribu 

Saat membuka bisnis katering pada tahun 2020, Risma memulainya dengan modal 500 ribu rupiah. Uang tersebut dibelanjakan untuk membeli lauk-pauk seperti daging ayam dan daging ikan frozen

"Di awal-awal kami pakai lunchbox paper, terus kalau peralatan dapur, kami pakai yang sudah ada. Pakai dapur sendiri," ungkapnya. 

Setelah tiga hari pembukaan katering miliknya, pesanan ternyata melonjak hingga penggorengan miliknya tidak cukup lagi. Namun, dari hasil pesanan yang masuk, ia bisa segera membeli peralatan masak baru.

"Alhamdulillahnya bisa beli alat-alat yang baru dengan uang hasil pesanan. Soalnya kan, mereka bayarnya mingguan," jelas Risma. 

Baca juga: 7 Tips Sukses Jalankan Bisnis Katering Ramadan

Dengan modal Rp 500 ribu tersebut, Risma berhasil menjual 100 porsi per hari untuk katering rumahan. Sedangkan di bulan puasa, Risma menjual 50 porsi per harinya. 

"Jadi 50 porsi ini, di luar yang beli frozen food untuk sahur," lanjutnya. 

Dapat Kurir yang Tidak Bisa baca Maps 

Selama menjalankan bisnis katering, Risma juga menemukan berbagai kendala dalam lika-liku bisnisnya. Mulai dari mendapatkan kurir yang tidak bisa baca maps hingga makanan jatuh saat proses pengantaran.

Salah satu foto menu Butter & Salt KitchenInstagram - @butterandsaltkitchen Salah satu foto menu Butter & Salt Kitchen

"Waktu awal-awal saya juga pernah merangkap semuanya. Merangkap jadi chef, mengemas makanan, dan jadi kurir juga," kenang Risma. 

Selain itu, kendala yang sering muncul adalah soal rasa dari makanan. Menurutnya, lidah setiap orang berbeda-beda. Bisa saja rasanya sudah pas menurut penjual, tetapi berbeda dengan yang dirasakan pembeli.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Risma melakukan marinasi lebih lama pada menu-menu tertentu, seperti daging. Marinasi daging dilakukan selama satu malam. 

Baca juga: 5 Tips Optimalkan Peluang Bisnis Katering Rumahan

Sementara tantangan katering di bulan Ramadan, membuat Risma dan krunya harus mengejar waktu buka puasa. Mereka harus mempersiapkan makanan sedini mungkin, agar bisa sampai di tangan konsumen tepat waktu. 

"Sebelumnya pernah ada kejadian, menu buka puasa tidak segera sampai ke konsumen. Saat itu kurir terjebak macet, karena jalanan dipenuhi orang-orang yang pergi mencari takjil," tutur Risma.

"Cara mengatasinya, kami mulai masak setelah zuhur, lalu harus selesai jam setengah 4 sore, supaya jam 4 kurang sudah bisa diantar. Namun, kalau menu sayur ada beberapa yang harus dimasaknya mepet, seperti bayam," lanjutnya menjelaskan. 

Risma berharap, Butter & Salt Kitchen dapat terus berkembang dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang sekitarnya. 

"Saya juga berharap punya ruang workshop dapur yang sesuai dengan standar, bisa mengisi event, dan bermanfaat buat orang banyak," ucap Risma di akhir sesi wawancara. 

Baca juga: 4 Tips Bisnis Katering Ramadan ala Owner Butter & Salt Kitchen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau