Sebelumnya Grow Up merupakan toko pakaian anak yang dijual secara grosir. Namun, karena tahun ini Hendrik membuka outlet baru di Little Bangkok, Tanah Abang, Jakarta Pusat, maka Ia memutuskan menjual eceran, untuk menjaga pemasukan tetap ada.
"Grow Up sudah berjalan sekitar 3 bulan di Litte Bangkok, dengan berjualan secara ecer. Outlet Grow Up yang berada di Little Bangkok ini, merupakan outlet Grow Up yang ketiga," katanya.
Sementara untuk promosi, Grow Up memanfaatkan media sosial Instagram (@growup_kidsclothing) dan TikTok (Grow Up Kids).
Baca juga: 4 Tips Memulai Bisnis Fesyen ala Hilda Turaiza, Owner TRICK&TRICKY
Untuk membangun usaha kids clothing impor, diakui Hendrik membutuhkan modal awal lumayan besar, sekitar Rp 250 juta. Modal ini ia pakai untuk mengimpor pakaian dari beberapa negara dan menyewa kios untuk berjualan.
Namun demikian, menurutnya keuntungan yang didapatkan juga lumayan besar. Dalam sehari, Hendrik bisa mendapat omzet sekitar Rp 15 - 20 juta, jika sedang ramai pembeli. Namun, jika sedang sepi pembeli, hanya mencapai Rp 5 juta per harinya.
Untuk fesyen anak-anak, Hendrik mengaku mengandalkan warna-warna cerah untuk menarik perhatian. Selain warna, ia juga banyak menggunakan karakter yang disukai anak-anak.
Sementara untuk model, tren fesyen anak biasanya tak jauh berbeda dengan fesyen dewasa. Misalnya, salah satu tren fesyen anak saat ini yakni oversized dan kargo, yang mana modelnya memang seperti pakaian dewasa.
“Target pasar kita itu orangtua. Biasanya, orangtua itu suka yang bisa kembaran baju sama anak-anaknya, makanya kita juga ikut tren fesyen orang dewasa, agar bisa dipakai samaan orangtuanya,” jelas Hendrik.
Selain mengikuti tren, Grow Up juga selalu mengeluarkan koleksi terbaru sesuai musim.
Seperti saat Natal, mereka akan mengeluarkan baju-baju bertema Natal yang didominasi dengan warna merah dan banyak mengeluarkan model dress.
Baca juga: Desainer Asal Bali Ini Berhasil Ekspor Produk Fesyen ke Sejumlah Negara
Begitu juga saat bulan Ramadan, Grow Up mengeluarkan koleksi baju lebaran, yaitu baju-baju yang agak panjang, seperti gamis.
“Bulan Ramadan kali ini agak berbeda dibanding tahun kemarin. Tahun ini agak menurun. Padahal biasanya kalo Ramadan itu penjualan naik drastis,” aku Hendrik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.