JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis thrifting tak hanya terbatas pada pasar pakaian bekas layak pakai, tetapi juga sepatu-sepatu bekas yang kualitasnya masih bagus.
Thrifting sepatu banyak diminati, karena harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sepatu baru.
Akhir-akhir ini, toko Head of Market yang menjual sepatu bekas impor, viral di media sosial. Toko yang berlokasi di Villa Bintaro Indah, Tangerang Selatan ini, menawarkan berbagai merek sepatu bekas yang diimpor dari Thailand.
Pemilik Head of Market, Reza (24) menceritakan perjalanan bisnisnya kepada Kompas.com, Minggu (31/3/2024). Termasuk tantangan yang ia hadapi dan pengalaman selama mengimpor produk di Thailand.
Baca juga: Kisah Miftakhu Khafid, Raup Omzet Belasan Juta Per Bulan dari Bisnis Thrifting
Sebelum berbisnis sepatu bekas impor, Reza adalah penjual sepatu merek Vans selama 4 tahun. Ia kemudian beralih ke bisnis thrifting sepatu. Perhatian Reza condong pada negara Thailand untuk mencari sepatu bekas.
Reza mengatakan, Thailand merupakan pusat sepatu-sepatu bekas yang menampung dari berbagai negara seperti China, Singapura, dan Pakistan.
Menurutnya, target pasar bisnis sepatu bekas di Indonesia terbilang besar. Apalagi ,saat bulan Ramadan dan menjelang lebaran.
Baca juga: Jangan Keliru, Bisnis Preloved Berbeda dengan Barang Bekas
"Menurut saya di bulan Ramadan ini juga ada keberkahan, jadinya apa-apa bisa sold out. Termasuk bisnis thrifting sepatu ini," ucapnya.
Harga sepatu bekas yang dijual oleh Reza berkisar dari harga Rp150.000 hingga Rp 800.000. Merek sepatu bekas yang dijual pun juga bermacam-macam.
"Ada banyak merek terkenal yang kami jual, di antaranya ada Nike dan Converse. Kemudian ada sepatu Docmart juga," lanjutnya.
Baca juga: 3 Tips Sukses Membangun Bisnis Sepatu
Saat ditanya pengalamannya mengimpor sepatu bekas dari Thailand, Reza mengungkap banyak kendala yang dialaminya. Ia mengaku kesulitan mencari supplier yang menyediakan sepatu bekas berkualitas di Thailand.
"Cari supplier di Thailand itu susah dan enggak semudah itu. Enggak bisa langsung dapat dan perjalanannya sangat panjang," ucap Reza.
Belum lagi permasalahan transportasi untuk mengangkut sepatu-sepatu bekas tersebut selama di Thailand.
Baca juga: Mengulik Tren Bisnis Thrifting di Purworejo, Bertahan di Kalangan Millenial
"Selama di sana, kami menggunakan kereta untuk membawa sepatu-sepatu bekas ke pusat toko sepatu kami di Thailand. Perjalanan menggunakan kereta itu selama 5 jam dan keretanya enggak ada AC. Bahkan kami sampai berdiri juga," tutur pemilik Head of Market tersebut.
Selain itu, kendala yang sering dialami oleh Reza adalah soal bahasa. Untuk berkomunikasi dengan supplier di Thailand, tentu harus saling memahami bahasa masing-masing, agar terjadi kesepakatan yang diinginkan.