Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trisna Berdayakan Kaum Difabel untuk Produksi Fesyen Model Jepang

Kompas.com - 06/04/2024, 10:29 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemahaman mengenai sustainable business diperlukan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan usaha terhadap lingkungan dan masyarakat.

Salah satu pelaku usaha UMKM yang mulai menyadari pentingnya sustainable dalam berbisnis adalah Keytabee, sebuah brand yang fokus pada bidang fesyen anak-anak dengan mengadopsi gaya Jepang.

Owner Keytabee, Trisna Utami Lestari menyatakan bahwa ia sangat ingin bisnis yang dia jalankan kelak bisa masuk kategori fesyen yang sustainable.

Baca juga: Kenali Bisnis Sustainable Fashion yang Punya Peluang Jangka Panjang

“PBB menetapkan ada 17 Social Development Goals agar kehidupan di bumi bisa lebih baik dan lebih berkelanjutan. Sama seperti anak sekolahan yang naik kelas dari kelas satu sampai akhir, Keytabee juga berproses seperti itu agar menjadi bisnis yang bisa mencakup 17 poin itu,” jelas Trisna di Jakarta dalam acara Bronis UMKM, Jumat (05/04/2024).

Untuk menerapkan prinsip berkelanjutan tersebut, Trisna melakukan berbagai upaya agar bisnis fesyen yang dijalankan bisa berjalan optimal.

Trisna mengatakan untuk mengikuti keberlanjutan itu, ia berfokus pada gaya oversize. Semua bahan yang Keytabee gunakan juga tentunya bahan yang bersifat ecofriendly.

“Tujuannya supaya rentang waktu atau masa pakainya bisa lebih lama. Jadi anak-anak yang pakai tidak cepat berganti ke pakaian-pakaian baru, dimana nanti akan berdampak juga kepada waste,” ungkap Wanita itu.

Proses Produksi yang Bertanggung Jawab

Selain itu, Keytabee juga bertanggung jawab pada proses produksi baju-bajunya. Bisnis fesyen pasti menghasilkan sisa-sisa kain yang tak terpakai lagi. Untuk mengatasi hal itu Keytabee akan bertanggung jawab penuh.

Mereka akan memperkerjakan atau bekerja sama dengan kaum-kaum difabel di Cianjur (lokasi usaha Keytabee) untuk membuat hal-hal baru yang bermanfaat dan menambah nilai dari limbah-limbah kain itu.

Kain sisa produksi baju akan dibuat menjadi bantal perca, totebag, dan jepitan yang mana akan dijual kembali.

“Kami memperkerjakan teman-teman difabel dan membayar mereka secara fair dan layak. Tidak seperti konveksi kebanyakan yang menggaji dengan kecil,” kata Trisna.

Untuk meminimalkan limbah produksinya, Keytabee juga bermitra dengan Ecobrick Cianjur untuk bisa memanfaatkan limbah yang sama sekali tak bisa terpakai lagi.

Mereka akan memakai limbah itu dan dimasukkan ke bekal-bekal plastik, yang mana dibuat untuk kursi, meja, dan peralatan lainnya.

Baca juga: LSA Awards 2024 Apresiasi Bisnis Lokal Berkelanjutan

Selain dalam urusan produksi, mereka juga memberikan edukasi atau pendidikan kepada anak-anak jaman sekarang yang membeli dan memakai produk dari Keytabee.

Trisna memakai hal dan pendekatan yang mudah untuk anak-anak, yaitu ia menggunakan karakter hewan untuk produk-produk bajunya.

Contoh Produk Keytabeedok. Instagram Keytabee Contoh Produk Keytabee

Trisna ingin sekali memberitahu kepada anak-anak Indonesia bahwa Indonesia mempunyai hewan-hewan endemik yang lucu, unik, dan bagus. Contohnya adalah Komodo, Kekah Natuna, dan masih banyak lagi.

“Hewan-hewan itu merupakan hewan yang harus mereka ketahui dan lindungi. Jadi memang niatnya memberikan pengetahuan yang tidak diterima di sekolah,” bebernya.

Memanfaatkan Teknologi

Edukasi yang ia berikan itu tak lepas dari adanya bantuan teknologi. Trisna mengaku untuk memperkenalkan hewan-hewan endemik itu pada bajunya, ia menggunakan teknologi AR.

Jadi bisa dipindai untuk penjelasan lebih lanjut tentang hewan-hewan endemik yang ada di bajunya. Tujuannya adalah agar anak-anak dapat menonton video lebih lanjutnya tentang hewan-hewan tersebut, untuk menambah pengetahunnya.

Baca juga: Jangan Hindari Teknologi agar UMKM Anda Sukses

Teknologi AR yang digunakan oleh Trisna tentu menggunakan modal yang tak sedikit. Ia mengaku membutuhkan modal yang besar dan effort yang lebih untuk menjadikan produk-produk Keytabee menjadi produk yang berkualitas tinggi mulai dari jahitan, desain, hingga edukasi tersebut.

“Pengembangan teknologi AR itu memang menggunakan biaya yang besar, tapi untungnya bisa kebantu dari craft-craft yang kita hasilkan itu, jadi tetep ada profit tambahan juga,” ujar Trisna.

Salah satu prinsip keberlanjutan dalam bisnis juga ditopang oleh bantuan dari teknologi. Hingga saat ini Keytabee juga selalu beriringan dengan teknologi untuk operasional bisnisnya. Teknologi itu dapat membantu UMKM seperti Keytabee untuk lebih maju dan naik level.

Keytabee menggunakan teknologi dari proses produksi hingga distribusi, yaitu untuk inventarisasi (pergudangan), laporan keuangan, percetakan (digital printing), desain (desain digital), marketing (media sosial dan e-commerce) Keytabee menggunakan bantuan teknologi.

Baca juga: 3 Tips Sukses Menjalankan Strategi Sustainable Branding ala Co-Founder Kayn Label

Pada akhir, Trisna berharap agar pemerintah tak hanya memberikan pelatihan (teori) saja, tetapi juga memberikan sosialisasi secara real atau nyata, yang dipraktekan langsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com