Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Puji Sastro, Kembangkan Bisnis Perhiasan Kontemporer asal Bali

Kompas.com - 15/04/2024, 16:00 WIB
Alfiana Rosyidah,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Kebudayaan yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai macam bentuknya. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan. Maka dari itu, perlu suatu cara untuk memperkenalkan kebudayaan lokal pada orang-orang lain. 

Dalam acara Solo Art Market, terdapat produk kerajinan khas Bali yang diberi nama Cakralini. Produk ini berupa kalung pelindung yang berisi doa-doa dan harapan. Puji Sastro (50) adalah sosok perempuan di balik keberadaan usaha ini.

Kalung Cakralini dibuat dengan menggunakan bahan katun dan proses pembuatannya menggunakan keterampilan tangan. Hal inilah yang membuat satu kalung pelindung khas Bali ini dijual dengan harga Rp50.000.

Baca juga: Kiat Sukses Kembangkan Bisnis Perhiasan hingga Bisa Go-International

Filosofi Cakralini

Kalung pelindung Cakralini adalah perhiasan kontemprorer dari Bali yang berisi doa-doa dan harapan bagi penggunanya. Kedua hal tersebut diikat dan dilipat dengan bahan benang katun dan bisa digunakan sebagai kalung, gelang, atau hiasan. 

Puji mengatakan, motif yang ada dalam kalung tersebut berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Motif kalung yang berisi harapan akan keberuntungan berbeda dengan motif kalung untuk kesuksesan karir. 

"Ada motif kalung yang terinspirasi dari Mesir Kuno. Untuk motif lainnya, yang jelas saya berusaha untuk berkenalan dengan orang-orang yang memiliki jiwa seni," ucap Puji saat diwawancarai oleh Kompas.com pada Minggu (14/4/2024). 

Baca juga: Kisah Nunik Anurningsih, Berawal Hobi Desain, Kini Sukses Berbisnis Perhiasan

Meski berasal dari Bali, Puji mengatakan, kalung pelindung Cakralini bersifat universal. Artinya dapat digunakan oleh seluruh kepercayaan, tidak terbatas pada Hindu saja. 

Berhadapan dengan Persepsi Banyak orang

Ketika Puji pertama kali menjual Cakralini, ia berhadapan dengan berbagai persepsi dan pendapat banyak orang. Ia menceritakan ada beberapa orang yang nyinyir dengan produk yang ia jual. 

"Waktu awal-awal itu banyak yang nyinyir, malah ada yang bilang kalau kalung ini jimat. Padahal bukan. Namun, pada akhirnya memang penilaian orang-orang berbeda terhadap Cakralini," lanjut perempuan tersebut. 

Baca juga: Desainer Asal Bali Ini Berhasil Ekspor Produk Fesyen ke Sejumlah Negara

Meski demikian, Puji tetap berusaha menjelaskan bahwa kalung Cakralini adalah perhiasan khas Bali. 

"Setelah saya jelaskan kalau produk ini dari Bali, baru mereka paham dan mulai bisa menerima," jawabnya. 

Produk CakraliniKompas.com - Alfiana Rosyidah Produk Cakralini

Proses Pembuatan yang Tidak Bisa Sembarangan

Lebih lanjut, Puji mengatakan, kalung Cakralini tidak bisa dibuat sembarangan. Menurutnya, perpaduan warna itu penting agar bisa memunculkan kesan hidup dalam kalung pelindung tersebut. 

Baca juga: Tas Berbahan Baku Goni Berpadu Kain Endek Bali jadi Souvenir G20

"Jadi membuat kalung seperti ini juga tidak bisa dipaksa idenya. Kalau dipaksa, hasilnya tidak akan bagus. Maka saat kehabisan ide, saya istirahat dulu dan tidak membuat kalung," lanjut perempuan yang telah belajar membuat Cakralini di Bali tersebut. 

Puji pun juga harus teliti dalam mengelompokkan motif-motif yang digunakan untuk Cakralini. Supaya tidak tertukar antara motif dan fungsinya, Puji menggunakan wadah tersendiri. Alasannya, beda motif pasti berbeda energi atau auranya. 

Harapan-harapan yang ada dalam kalung Cakralini juga terdiri dari banyak jenis. Diantaranya ada prosperity & success, power & authority, love, dan good fortune. Berdasarkan pengalaman Puji, kalung dengan harapan good fortune merupakan kalung yang paling banyak dibeli. 

Baca juga: Azis Bachtiar Konsisten Lestarikan Metode Produksi Tradisional untuk Perhiasan Logam

"Kalau yang prosperity & success ini juga ada yang beli. Biasanya dipakai untuk menyenangkan bos-bos atau atasan mereka," tutur Puji. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau