Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Ciri Khas Kupat Tahu Pak Pangat Magelang yang Bikin Beda

Kompas.com - 21/04/2024, 20:00 WIB
Alfiana Rosyidah,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Apabila kamu mengunjungi Magelang, Jawa Tengah kamu akan menjumpai banyaknya warung kupat tahu. Diantara banyaknya warung kupat tahu tersebut, ada beberapa warung kupat tahu yang terkenal di kalangan warga Magelang. 

Kupat Tahu Pak Pangat, warung kupat tahu yang telah berdiri sejak 1997 ini sering menjadi pilihan bagi warga Magelang. Letaknya pun berada di tengah kota sehingga mudah diakses dari arah manapun. 

Selain karena letaknya, Kupat Tahu Pak Pangat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan warung kupat tahu lain di Magelang, seperti Kupat Tahu Pojok dan Kupat Tahu Pak Slamet. 

Baca juga: Kisah di Balik Perjalanan Kupat Tahu Pak Pangat Magelang yang Legendaris

Kubis yang Digoreng

Ciri khas pertama yaitu terletak pada kubisnya. Kupat Tahu Pak Pangat menyajikan kupat tahu dengan kubis yang sudah digoreng. Hal ini dikatakan oleh Didik Sunarto (51), menantu Pak Pangat. 

"Kalau di tempat kami kubisnya matang ya, jadi langsung digoreng lalu disajikan bareng kupat tahunya," ucap Didik saat berbincang dengan Kompas.com pada Jumat (19/4/2024). 

Didik lalu mengatakan bahwa kubis yang digoreng inilah yang membuat Kupat Tahu Pak Pangat berbeda dengan kupat tahu lain yang menggunakan kubis mentah. 

Baca juga: Klaster Bisnis Tahu-Tempe Binaan BRI Ini Punya Aturan Bisnis Sendiri, Seperti Apa?

Proses Pembuatan Langsung dalam Satu Porsi

Jika warung kupat tahu lain menyusun kupat tahu dalam beberapa piring lalu baru dituang kuahnya, Kupat Tahu Pak Pangat tidak menggunakan cara seperti itu. Menurut mereka, cara tersebut justru mengurangi kualitas rasa dari kupat tahu. 

Kupat Tahu Pak Pangat selalu menyelesaikan seluruh proses pembuatan untuk satu porsinya. Jadi jika ada pesanan lebih dari satu porsi, Kupat Tahu Pak Pangat tetap membuat secara satu per satu. 

"Misal kalau ada yang pesan lebih dari satu, ya kami tetap buatnya satu-satu. 1 porsi bumbunya diulek dulu, kasih kuah, kupat tahu, dan kubisnya. Baru lanjut ke porsi yang lain," tutur Didik. 

Baca juga: Agar Bisnis Kuliner Tetap dalam Kendali Pemilik, Intip Strategi Warung Soto Ini

Hal inilah yang membuat antrian Kupat Tahu Pak Pangat terkesan agak lama. Apalagi saat masa-masa lebaran. 

"Makanya kalau lebaran, orang-orang sering bilang kalau pesanannya lama. Ya, soalnya kami memang buatnya satu persatu, untuk menjaga rasa juga," lanjut Didik.

Perpaduan Rasa Asin dan Manis

Pada umumnya, kupat tahu memiliki cita rasa yang dominan manis. Namun, Kupat Tahu Pak Pangat menambah rasa asin dalam kupat tahu mereka. 

Baca juga: Siswa SMKN Berinovasi Ciptakan Kuliner Khas Daerah Manggarai Timur

"Kami pakai rasa asin dan manis yang imbang, supaya orang-orang yang enggak suka manis tetap bisa menikmati kupat tahu," ucapnya. 

Selain itu, Kupat Tahu Pak Pangat juga selalu menjaga kualitas rasa. Mereka sangat teliti dalam persoalan bumbu, kacang, kecap, dan kuah yang ada dalam satu porsi kupat tahu. 

"Soal bumbu itu kami juga sudah ada standar sendiri. Jadi supaya kualitas mutunya terjaga, bumbunya jangan sampai dikurangi," pungkas Didik. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jagoan Lokal
Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Training
Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Jagoan Lokal
Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Jagoan Lokal
UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

Program
Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Program
Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Jagoan Lokal
Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Program
Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Program
BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

Program
TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

Program
DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau