MAGELANG, KOMPAS.com - Potensi Sungai Elo yang membentang di daerah Magelang, rupanya dapat dimanfaatkan sebagai wisata arung jeram atau rafting. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh 21 operator bisnis rafting di Magelang.
Sisi menarik dari 21 operator tersebut ialah sistem paguyuban yang diterapkan untuk mempersatukan bisnis arung jeram Sungai Elo.
Untuk menelisik lebih dalam, Kompas.com berjumpa dengan Ketua Paguyuban Arung Jeram Sungai Elo, Nuryana (57) pada Sabtu (20/4/2024).
Sebelum berbincang, Kompas.com dipersilakan untuk duduk di tepi Sungai Elo. Di bawah naungan atap gazebo berbahan kayu, Nuryana mulai membicarakan sistem kerja sama Paguyuban Arung Jeram Sungai Elo yang sudah dilakukan bertahun-tahun.
Baca juga: Festival Budaya Pasar Terapung 2023 Jadi Kesempatan Mengenalkan Produk UMKM dan Wisata
Sesuai dengan namanya yang berupa paguyuban, artinya 21 operator bisnis arung jeram Sungai Elo tidak bersaing untuk memperebutkan tamu atau peserta rafting.
Mereka tidak berlomba-lomba untuk mencari keuntungan yang paling besar dibandingkan yang lain.
Supaya tidak berebut tamu, tiap operator memiliki fasilitas yang sama. Nuryana menyebut fasilitas ini meliputi paket snack, makan, dan kelapa muda.
"Di tiap operator fasilitasnya sama, sehingga tamu enggak perlu khawatir soal fasilitas. Alhamdulillahnya juga jarang ada kendala dan kami selalu memantau," tutur Nuryana.
Baca juga: Simak Prospek Cerah Jual Bir Pletok di Tempat Wisata
Tidak hanya tamu, Paguyuban Arung Jeram Sungai Elo juga sudah bekerja sama dengan berbagai travel agent.
Para travel agent pun bebas untuk memilih operator arung jeram, dengan fasilitas yang sama.
Meski menggunakan sistem paguyuban, 21 operator bisnis arung jeram Sungai Elo tetap mendapatkan keuntungan. Caranya adalah dengan saling menyewakan perahu.
Nuryana bercerita, tidak semua operator memiliki jumlah perahu yang cukup, sehingga paguyuban berfungsi untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut.
Baca juga: Impian Murniati Wujudkan Desa Wisata Petik Nanas di Pemalang
"Jadi misal operator A butuh perahu, nanti operator B bisa menyewakan. Nah, keuntungannya ya dapat dari operator A yang bayar sewa ke operator B. Begitupula dengan alat-alat yang lain," ucap Nuryana.
Karena menggunakan sistem saling menyewa perahu, operator yang meminjamkan juga harus membatasi jumlah tamu yang datang. Jika tamu datang pada pagi hari, pihak operator akan menyarankan untuk datang kembali di siang hari.
"Lalu kalau ada operator yang perahunya habis karena disewakan, dia juga tetap dapat untung. 'Kan dia dapat uang dari sewa perahu itu," lanjutnya.
Baca juga: Manfaatkan Ekosistem Wisata Borobudur, Desa Ini Raup Pendapatan Rp 400 Juta