Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Vita Lestarikan Kain Tenun Tradisional, Berinovasi dengan Motif Kekinian

Kompas.com - 19/05/2024, 17:12 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam budaya Indonesia perlu diwariskan dari generasi ke generasi agar tidak hilang ditelan zaman. Salah satu cara melestarikannya bisa melalui industri fesyen.

Mengapa demikian? Karena fesyen adalah salah satu industri yang akan terus memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga fesyen tidak akan pernah hilang dan selalu dicari-cari.

Misalnya untuk salah satu kebudayaan Indonesia yaitu kain tenun, teknik ini bisa terus dilestarikan namun untuk motif, warna, hingga model bisa terus di-update mengikuti tren terkini.

Baca juga: Upaya Olix Jaga Kain Tenun Tradisional Tetap Punya Pamor di Masyarakat

Seperti cerita dari Owner Tenun é-Boon, Vita Sari yang melestarikan tenun melalui brand fesyen lokal. Tenun é-Boon menjual beragam jenis produk dari kain tenun.

Pada acara Bronis UMKM yang tayang Jumat, (17/5/2024), Vita membagikan ceritanya melestarikan warisan kebudayaan Indonesia melalui Tenun é-Boon.

Melestarikan Tenun di Pasar Jakarta

Vita bercerita bahwa perjalanan bisnis ini dia mulai di tahun 2017. Wanita yang merupakan keturunan asli Suku Sasak Lombok ini memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan mulai berpikir bagaimana caranya melestarikan budaya melalui sebuah produk usaha.

Kebetulan, Vita yang menetap di Jakarta ini semakin bertekad untuk memperkenalkan tenun yang mudah diterima oleh segmentasi pasar di Jakarta.

"Kebetulan saya keturunan Suku Sasak asli yang tinggal di Jakarta. Jadi saya berpikir, bisa enggak ya saya bangun bisnis dengan memproduksi tenun yang disesuaikan dengan pasar di Jakarta," kata Vita kepada Kompas.com.

Akhirnya Vita memantapkan niatnya untuk membangun Tenun é-Boon. Vita mengaku para penenun yang bekerja pun masih merupakan saudara Vita. Sehingga ini lebih memudahkannya dalam berkomunikasi dengan para penenun untuk menciptakan tenun dengan motif baru yang lebih modern.

Baca juga: Kisah Sukses Sarinda Farid Bisnis Kerajinan Perak dan Tenun

Inovasi Tenun Dengan Motif Kekinian

Tenun Rangrang motif Yin-Yang, Tenun e-BoonDok. Bronis UMKM Tenun Rangrang motif Yin-Yang, Tenun e-Boon

Sambil memperlihatkan sehelai syal berwarna biru muda yang melingkar di lehernya, Vita menjelaskan salah satu tenun produksinya yang sudah bermotif modern.

Syal yang dikenakannya tersebut terbuat dari Tenun Rangrang. Ini adalah jenis tenun yang memiliki ciri khas motif geometris zigzag dan memiliki lubang-lubang seperti sarang semut rangrang.

Jika biasanya Tenun Rangrang bermotif zigzag saja dengan warna-warni yang mencolok, Vita mencoba memodifikasinya dengan menggunakan sedikit warna sehingga lebih simpel, yaitu benang biru yang berasal dari pewarna alam.

Kemudian motif yang dibuat pun adalah motif filososfi yin-yang. Seperti yang kita ketahui bahwa motif yin-yang berbentuk bulat, cukup kontras dengan motif zigzag seperti Tenun Rangrang umumnya.

"Saya coba dengan motif yin-yang. Mungkin pasar di Jakarta banyak yang suka modifikasi seperti ini," imbuhnya.

Baca juga: Perjuangan Tiga Perempuan Tangguh Merawat Dedang Tenun Puncatiti di Pelosok NTT

Penenun Lokal Asli Lombok

Meskipun motif-motifnya banyak diperbaharui, namun produksi tenun di Tenun é-Boon masih tradisional dan otentik. Para penenun masih menenun menggunakan alat gedogan.

Mengikatkan alat gedogan di pinggang sembari menenun di lantai, seperti itu lah cara para penenun menghasilkan kain tenun handmade.

Vita turut memberdayakan para penenun lokal di beberapa desa. Awalnya terdapat sekitar 50 orang penenun, tetapi dampak dari pandemi kini hanya tersisa setengahnya saja.

"Penenun asli Lombok karena masih saudara, hingga berkembang ke beberapa desa. Awal mula ada sekitar tiga desa dengan 50 orang. Setelah pandemi ada yang beralih profesi jadi sekarang sisa separuhnya saja," jelas Vita.

Sistem produksi di Tenun é-Boon ternyata menghubungkan dua daerah yaitu Jakarta dan Lombok. Vita yang berlokasi di Jakarta akan mengirim ide desain kepada para penenunnya yang di Lombok.

Cara Terhubung Antar Jakarta-Lombok

Vita akan mengirim cetakan foto dan konsep kain tenun yang hendak di produksi, mulai dari motif, warna, model, penggunaan benang, hingga ukuran.

Setelah konsep sampai di Lombok, Vita meminta bantuan saudaranya yang turut mengurus bisnis ini dari Lombok untuk mengkomunikasikannya kepada para penenun. Pasalnya, banyak penenun yang belum mengerti Bahasa Indonesia, jadi perlu diterjemahkan ke Bahasa Lombok terlebih dahulu.

Setelah itu para penenun akan mulai bergerak untuk memproduksi kain tenun. Jadi produksinya memang tradisional, tetapi pemanfaatan digitalisasi tetap ada di dalam prosesnya yaitu melalui pengiriman konsep yang dicetak tersebut.

Baca juga: Hendar Sukses Jalankan Bisnis Kain Tenun Khas Garut

Kini produk Tenun é-Boon bisa dibeli secara offline maupun online. Vita mengaku pemasaran digital tentunya berpengaruh untuk bisnis fesyennya tersebut dalam melestarikan warisan budaya tenun.

"Tentunya kami dan para penenun sangat terbantu dengan program-program pemasaran digital. Contohnya seperti acara Bronis UMKM ini sehingga cerita kami lebih terdengar di masyarakat. Dengan begitu kami bisa turut melestarikan budaya Indonesia secara lebih luas lagi," ujar Vita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau