Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rauf Rintis Ichinogami Papercraft Expert hingga Berhasil Meraih Rekor MURI

Kompas.com - 01/06/2024, 18:14 WIB
Alfiana Rosyidah,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Dalam membuat pohon natal tersebut, Rauf menggunakan karton gelombang untuk menguatkan konstruksinya. 

Baca juga: Cerita Wayan Merintis Bisnis Virtual Reality, Ingin Buat Edukasi Sejarah Lebih Menarik

Banyak Melakukan Kerja Sama

Selama mendirikan bisnis Ichinogami Papercraft Expert, Rauf telah menggandeng banyak pihak untuk bekerja sama.

Dari tergabung dalam program Jakpreneur, bekerja sama dengan Museum Indonesia untuk pameran di Malaysia, komik Si Juki, TransJakarta, dan sebagainya. 

"Dulu kami juga sempat membuat papercraft untuk Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI sekarang. Beliau waktu itu senang banget dapat papercraft dari kami," sambung Rauf. 

Selain itu, Rauf juga mengadakan workshop yang bekerja sama dengan berbagai sekolah dan mall.

Ia mengadakan 50.000 paket workshop setiap tahunnya secara gratis. Bahkan, saat ini Rauf sudah mengadakan workshop secara rutin di Seaworld Ancol. 

"Sekarang kami juga sudah buat workshop secara regular di Seaworld Ancol. Biasanya setiap hari Sabtu dan Minggu," jelas mantan penyiar radio tersebut.

Baca juga: 5 Ide Bisnis Mainan Edukasi untuk Anak, Apa Saja?

Menghadapi Stigma Negatif

Selama terjun dalam dunia papercraft, Rauf mengaku mendapatkan berbagai tantangan. Salah satunya, sempat mendapatkan stigma negatif dari banyak orang. Mereka menilai papercraft hanya mainan kertas yang mudah remuk. 

"Mereka masih beranggapan kalau papercraft ini cuma mainan kertas yang pasti remuk dan hancur. Padahal, yang menjadi perhatian kami bukan hasil kertasnya, tapi proses merakitnya," ungkap Rauf. 

Baca juga: 6 Rekomendasi Bisnis Mainan Anak

Dengan proses merakit papercraft, anak-anak akan dilatih motorik halusnya, koordinasi mata dan tangan, serta melatih fokus. Selain itu, papercraft juga membantu mengenalkan anak pada bentuk tiga dimensi.

"Kalau dunia pendidikan sekarang kan baru bisa mengenal tiga dimensi itu waktu SMP. Jadi, kami berusaha mengenalkan tiga dimensi ini lebih awal pada mereka. Karena tiga dimensi pasti selalu ada di sekitar kita," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau