Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Pisang Goreng Madu Bu Nanik, Awalnya Ditolak karena Dikira Gosong

Kompas.com - 27/06/2024, 21:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Namun siapa sangka, pandemi ternyata juga menjadi titik balik dari keterpurukan, penjualan Pisang Goreng Bu Nanik meningkat drastis saat orang-orang mulai konsumtif memesan makanan lewat aplikasi online, karena tak bisa bepergian.

Semenjak bekerja sama dengan aplikasi ojek online, pesanan yang datang kian hari kian bertambah.

Keuntungan yang paling terasa oleh Bu Nanik adalah produknya bisa menjangkau pembeli di berbagai lokasi, melalui pemesanan online tanpa harus membuka cabang.

Sembari menerapkan protokol kesehatan, seperti pembatasan karyawan yang tidak boleh sembarangan keluar hingga memasang bilik pembatas antara karyawan dan pembeli, Pisang Goreng Madu Bu Nanik semakin legit diborong pembeli online saat pandemi.

Baca juga: Mengintip Perjalanan Bisnis Bakmi Gang Kelinci, Berdiri Sejak Tahun 1957

Menjaga Kualitas Produk dan Hubungan Baik dengan Karyawan

Menurut Bu Nanik, menjaga mutu produk adalah yang utama. Jangan sampai kualitas produk naik turun, sehingga membuat pembeli kecewa.

Hal itulah yang membuat Bu Nanik hingga saat ini, masih turun langsung melakukan quality control dan memastikan menggunakan bahan baku berkualitas.

"Dalam bisnis kita harus fokus memertahankan kualitas, terlebih lagi ini soal rasa yang tidak bisa dibohongi. Jadi kalau stok pisangnya habis, saya akan jujur dan tidak lanjut buat pesanan, daripada memaksa tapi kualitasnya tidak sesuai," paparnya.

Untuk itu, selain pisang goreng madu, Bu Nanik juga menyediakan berbagai menu lain, seperti cempedak, ubi, dan nanas. 

"Supaya pelanggan yang datang enggak terlalu kecewa kalau pisang goreng madunya habis, jadi kami siapkan beberapa pilihan lain, ada cempedak, ubi, dan nanas. Yang asin juga ada, tahu tempur, martabak, dan ote-ote," jelas Bu Nanik.

Stok pisang, cempedak, ubi, dan nanas didapatkan dari beberapa suplier yang telah ia percaya, suplier tersebut berasal dari Lampung, Cianjur, Sukabumi, Semarang, dan Bengkulu.

"Yang pasti kualitas buah sangat diperhatikan, terutama pisang. Hanya pisang dengan kondisi prima yang bisa digoreng, tidak bisa pisang yang belum matang atau justru terlalu matang," ungkapnya.

Baca juga: Sejarah Tan Ek Tjoan, Roti Legendaris asal Bogor Sejak 1920

Selain kualitas produk, hubungan baik dengan karyawan juga menjadi kunci Bu Nanik dalam menjalankan bisnis.

Jumlah karyawan tetap saat ini mencapai 30 orang, bahkan di antaranya sudah ada yang bekerja hingga puluhan tahun.

"Saya ini kan enggak mungkin mengerjakan semua sendiri. Jadi sejak dulu, kami memang selalu memperlakukan karyawan seperti keluarga. Kalau salah harus diberi tahu, kalau benar harus diapresiasi. Dengan begitu karyawan juga akan loyal," ujar Bu Nanik.

Ke depannya, Bu Nanik berencana menyediakan produk frozen untuk memudahkan distribusi ke luar pulau hingga luar negeri.

"Awalnya ada yang meminta dibawakan pisang goreng madu dari Indonesia ke Jerman. Jadi saya coba bawa pesanan pisang tersebut dalam bentuk frozen. Ternyata setelah melalui beberapa hari perjalanan, saat digoreng kembali rasanya tetap lezat," katanya.

"Dari situ saya lihat adanya peluang membuat produk frozen food agar bisa aman dikirim ke mana saja," pungkas Bu Nanik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau