Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara HMNS Perfume Kelola Keuangan, Awalnnya Enggak Ambil Profit?

Kompas.com - 31/08/2024, 15:06 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - HMNS Perfume, jenama parfum lokal yang terbilang laris. Kesuksesan penjualan HMNS Perfume pertama kali naik dengan pesat saat pandemi pada tahun 2020. Pada saat itu jarang ada yang menjual parfum secara online. HMNS Perfume mungkin satu-satunya dan menjadi pilihan teratas.

Di balik laris manisnya penjualan HMNS Perfume, ternyata para founder yaitu Rizky Arief Dwi Prakoso, Karina Innadindya dan Amron Naibaho memiliki komitmen tersendiri dalam mengelola produksi dan keuangan.

Tak tergiur dengan produksi dalam jumlah besar karena besarnya penjualan mereka, HMNS Perfume justru berhati-hati dalam jumlah produksi dan selalu memerhatikan respon pasar terlebih dahulu. Hal ini menjadi fondasi dari para founder HMNS Perfume dalam menjalankan bisnisnya.

Usut punya usut, bahkan mereka sempat pula tidak mengambil profit demi memutar keuangannya untuk produksi. Namun terbukti, bisnisnya semakin berkembang pesat bisa jadi karena komitmen mereka ini. Intip bagaimana komitmen dan cara founder HMNS Perfume dalam mengelola produksi dan keuangan berikut ini.

Baca juga: Cerita Laily Merintis Bisnis Parfum, Berawal dari Bertemu Wisatawan India

1. Menggunakan Skema Bootstrapping

HMNS Perfume, dirintis oleh tiga orang pebisnis muda pada masa fresh graduate-nya. Para founder ini sepakat dan berkomitmen untuk mengembangkan bisnis ini dengan skema bootstrapping.

Bootstrapping adalah strategi pengembangan usaha dengan mengandalkan modal dari internal perusahaan itu sendiri. Artinya, perusahaan tidak mengandalkan pendanaan dari luar untuk mengembangkan bisnisnya. Strategi ini pula yang digunakan oleh HMNS Perfume.

"Kami enggak mendatangkan investor dan enggak pinjam uang dari bank. Bahkan, di awal-awal kami enggak mengambil profit, kami putar uangnya untuk produksi," ungkap COO HMNS Perfume, Amron Naibaho kepada Kompas.com dalam acara BRONIS UMKM edisi 9 Agustus 2024.

2. Produksi Terbatas dan Lihat Tanggapan Pasar

Baca juga: Yamuna Home, Parfum Lokal Racikan Made Agus yang Kian Diminati Konsumen

Berbicara mengenai profit yang sempat digunakan untuk memutar produksi, jangan mengira bahwa HMNS Perfume selalu memproduksi dalam jumlah besar sehingga seluruh keuntungannya digunakan untuk produksi.

Justru sebaliknya, mereka produksi secara terbatas terutama saat meluncurkan produk baru. Untuk memperkirakan jumlah produksi, yang dilakukan oleh HMNS Perfume adalah melakukan tes ke pasar terlebih dahulu. Dengan begitu mereka dapat melihat tanggapan pasar.

"Kami komitmen untuk enggak langsung produksi ribuan, tapi produksi ratusan dulu. Kami lempar ke market untuk lihat responnya, kalau mereka suka baru di next batch-nya kami jual lebih banyak," jelas Amron.

Dapat disimpulkan HMNS Perfume mengelola produksi dengan pertimbangan yang matang dan sesuai kebutuhan. Menurut Amron, salah satu kebiasaan para pebisnis adalah takut stok barangnya habis sehingga produksi besar-besaran.

Sementara Amron berpikir lebih baik di awal-awal barangnya habis, kemudian lihat tanggapan pasar, baru menambah produksi selanjutnya.

3. Menghindari Flush Out

Baca juga: Cerita Naning Membangun Bisnis Parfum Beromzet Puluhan Juta Sebulan

Komitmen untuk produksi setelah melihat respon market adalah salah satu strategi HMNS Perfume untuk menghindari risiko flush out. Jika mereka terlanjur produksi dalam jumlah banyak tapi ternyata produk tersebut tidak diminati pasar, kemungkinan besar yang terjadi adalah flush out, yaitu menurunkan harga untuk menghabiskan stok yang ada.

Menurut founder HMNS Perfume, keputusan untuk flush out bisa berdampak buruk pada citra perusahaan karena mengakibatkan turunnya kepercayaan pelanggan. Bahkan yang terburuk adalah pelanggan mungkin saja menunggu-nunggu harga turun baru membelinya.

"Jangan sampai flush out yang artinya menurunkan harga. Ketika nurunin harga, pelanggan enggak akan percaya dengan harga aslinya justru mereka akan menunggu harga coretnya," ujar Amron.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau