Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mengelola Retur, Agar Bisnis Terhindar dari Kerugian

Kompas.com - 12/09/2024, 20:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kamu pasti pernah dengar istilah retur dalam bisnis. Terlebih lagi dalam usaha dagang yang menjual suatu produk, seperti toko bangunan, toko kelontong, supermarket, hingga toko pakaian, bahkan hingga toko makanan.

Dalam kegiatan jual-beli, pastinya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Penjual menjual barangnya dan mendapat keuntungan, sementara pembeli mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan suatu barang.

Dalam hal ini, penjual perlu menjamin keamanan dan kelayakan prodknya, karena pembeli telah membayar produk tersebut dengan harga yang sesuai maka kualitas yang ia dapat juga harus sesuai. Oleh karena itu, penjual tidak boleh menyembunyikan kecacatan dalam suatu produk, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.

Baca juga: Kelebihan Menjual Produk Tunggal, Lebih Efisien dan Dinantikan Pembeli

Maka dari itu, retur berguna sebagai konsep pengembalian barang apabila barang yang dijual ternyata memiliki cacat dan pembeli ingin mendapat haknya kembali untuk barang yang seharusnya.

Biasanya, penjual akan menanggung ganti rugi dengan pengembalian dana atau menukarnya dengan barang baru karena pada dasarnya kerugian pertama terdapat di pihak pembeli. Namun, sebagai penjual juga perlu tahu bagaimana mekanisme retur yang baik sehingga terhindar dari kerugian akibat retur.

Seperti yang dilansir dari Gramedia.com, berikut ini adalah tips untuk mengelola retur dalam bisnis,

1. Tegaskan Kebijakan Retur yang Jelas

Sebelum terjadinya retur, kamu perlu menegaskan dan menghimbau kepada pembeli mengenai kebijakan retur di toko kamu dengan jelas. Hal ini untuk mengantisipasi pembeli yang seenaknya mengembalikan produk atau justru sengaja melakukannya.

Beberapa kebijakan retur yang paling sering diterapkan adalah mengenai kondisi barang yang bisa di retur. Misalnya, tidak menerima retur barang yang tag harganya sudah dicopot atau, tidak menerima retur barang jika ada barang sudah tidak utuh, dan semacamnya.

Baca juga: Sedang Sepi Pembeli? Jangan Khawatir, Coba Atasi Dengan 5 Tips Ini

Selain itu, jangan lupa untuk meminta para pembeli yang jika ingin melakukan retur untuk membawa kuitansi belanja agar kamu benar-benar bisa memastikan bahwa produk yang ia beli memang dari toko kamu.

Tak bisa disangkal saat ini banyak sekali toko pesaing yang mungkin menjual produk serupa. Selain itu, mungkin saja kamu tidak ingat atau tidak bisa mengidentifikasi produk yang di retur tersebut memang produk yang dijual di toko kamu atau tidak.

Dengan menyertakan kuitansi, setidaknya ada bukti bahwa barang tersebut memang berasal dari toko kamu dan kamu terhindar dari risiko mengganti barang yang tidak kamu jual.

2. Tetapkan Batas Waktu Retur

Menetapkan batas waktu retur adalah salah satu upaya untuk mencegah pembeli mengembalikan barang dengan seenaknya. Semakin lama produk itu dikembalikan, semakin banyak kemungkinan yang tidak diinginkan terjadi.

Jika barang semakin cepat di retur, maka kondisi kecacatan barang bisa langsung kamu ketahu di mana saja letaknya dan berapa banyak ganti rugi yang harus kamu keluarkan.

Namun, jika retur baru dilakukan dalam jangka panjang seperti berbulan-bulan kemudian setelah pembelian, mungkin saja kecacatan produk semakin bertambah karena kelalaian pembeli itu sendiri.

Baca juga: Sudah Tahu Trik Marketing Cross-Selling? Pembeli Jadi Auto Borong

Umumnya, retur dilakukan dengan batas waktu tiga atau tujuh hari setelah pembelian. Kamu juga perlu memberikan batas waktu yang wajar kepada pembeli.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau