Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Upit Pitrianingsih Rintis Bisnis Produk Buah Kering saat Pandemi

Kompas.com - 11/10/2024, 15:16 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Makan buah potong sudah biasa, tapi makan buah kering apakah rasanya akan berbeda? Itu lah yang terlintas saat melihat produk-produk Herbor ID di booth Astra dalam acara Trade Expo Indonesia 2024.

Ternyata buah kering bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Buah naga, lemon, nanas, jeruk, hingga jeruk nipis menjadi irisan tipis yang sudah tidak ada kandungan airnya. Tidak perlu lagi takut tangan kotor karena buah karena Herboir.id menyediakan aneka ragam buah kering.

Founder Herbor ID, Upit Pitrianingsih (40) bercerita kepada Kompas.com, dirinya mulai merintis bisnis buah keringnya ini di masa pandemi Covid-19, tepatnya 1 November 2020. Herbor.id, bisnis yang sudah berjalan sekitar tiga tahun ini merupakan singkatan dari Herbal Organik Indonesia.

Baca juga: Pahami Strategi Kembangkan Bisnis Ekspor Buah Segar

Awal mulanya saat pandemi, Upit melihat masyarakat sangat memerhatikan dan menjaga daya tahan tubuh. Mengkonsumsi makanan sehat dan buah-buahan juga tak dilewatkan. Bahkan, beberapa harga buah-buahan juga sempat melambung tinggi.

Di samping itu, Upit justru melihat kondisi berbeda yang dialami oleh temannya, seorang petani buah di suatu daerah. Petani buah justru merasa terkendala untuk mendistribusikan buah-buahannya di masa yang serba sulit pada saat itu.

"Sempat waktu itu lemon harganya gila-gilaan. Sementara aku ada punya teman petani buah di daerah, dia malah kesulitan mendistribusikan lemonnya. Karena waktu itu kan PSBB jadi buahnya enggak bisa masuk Jakarta," ujar Upit, Rabu (9/10/2024).

Baca juga: Mengintip Perjalanan Bisnis Mochibo, Mochi Isian Buah Pala Oleh-oleh Khas Bogor

Bahkan, usut punya usut teman Upit yang seorang petani buah ini sampai membuang lemon secara percuma karena sulitnya pendistribusian. Melihat hal ini, tercetus ide dan inovasi untuk membuat buah yang dikeringkan.

Upit mengatakan, ia mencoba cari cara bagimana agar buah ini bisa dikeringkan dan menghilangkan kadar air, tujuannya supaya buah-buahan tersebut lebih awet masa penyimpanannya tetapi nutrisinya tetap terjaga.

Pada bulan November 2020 tersebut akhirnya lahir Herbor.id dengan produk pertama lemon. Ternyata Upit melihat respon dari masyarakat cukup baik, bahkan pasarnya cukup menjanjikan di masa pandemi.

Produk buah naga kering Herbor.idKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Produk buah naga kering Herbor.id

Baca juga: 5 Ide Bisnis Bahan Buah Mangga

Dari sini mulailah Upit gencarkan inovasi produk-produk buah kering yang lain berdasarkan permintaan dari pelanggan dan dari pasar. Mulai dari buah kering untuk infused water, untuk cemilan, hingga untuk garnish di hidangan.

"Pertama kami jualin ke teman-teman, kemudian kami masuk ke marketplace, dan Alhamdulillah lumayan bisa diterima," kata Upit.

"Jadi ingin membuat sesuatu dimana buah ini bisa dimakan kapan saja, tapi dengan cara yang menyenangkan dan bisa tetap buat kesehatan. Seperti buah kering ini di-mix dengan rempah, malah jadi sesuatu yang lebih unik gitu rasanya dan bisa diterima sama market," imbuhnya.

Baca juga: 5 Tips Sukses Membangun Bisnis Keripik Olahan Buah

Selain itu, salah satu alasan mengapa Upit mengeringkan buah-buahan tersebut karena sifat buah yang terbilang musiman. Biasanya, pas lagi musim panen harga jual dari para petani cenderung turun drastis.

Jadi dengan dikeringkan seperti ini, selain Upit bisa membantu petani dengan harga beli yang lebih bagus, ia juga bisa memudahkan pembeli yang mungkin ingin makan buah tetapi sedang tidak musim panen.

Sehubungan dengan sifat buah yang musiman ini, Upit juga merasakan tantangan dengan kesulitan mendapat bahan baku di pasar pada saat ada permintaan tetapi sedang tidak musim.

Untuk mengatasinya, Upit berusaha memaksimalkan produksi saat buah tersebut sedang berada di musim panen.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Supplier Jus Buah Segar

"Tapi kami nyiasatin dengan produksi pada saat lagi musim. Itu coba kami produksikan lebih banyak dan itu kami simpan. Bisa lebih awet ya, jadi biar secara ketersediaan tetap sepanjang musim itu tetap ada," jelas Upit.

Berbicara mengenai produksi buah kering, Upit mengaku banyak bekerja sama dengan petani buah dari berbagai daerah dengan penghasil buah masing-masing.

Seperti petani buah naga di daerah Banyuwangi, petani buah lemon dari Aceh, petani buah nanas dari Pemalang, dan masih banyak petani dari daerah-daerah lainnya.

Saat ini, kapasitas produksi Herbor.id bisa sampai 1.500 bungkus dalam sehari. Namun, Upit mengatakan tidak melakukan produksi setiap harinya karena berdasarkan pre-order, jadi memproduksi sesuai pesanan dan kebutuhan.

produk buah keiring mix fruit Herbor.idKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana produk buah keiring mix fruit Herbor.id

Baca juga: Hasilkan Jutaan Rupiah dari Usaha Jus Buah Segar, Ini Tips Memulainya

Herbor.id merupakan salah satu UMKM binaan Astra melalui YDBA, sudah bergabung sejak tahun 2023. Siapa sangka, Upit yang ternyata dulu bekerja di Astra kini bisnisnya menjadi binaan dari Astra.

"Banyak banget manfaatnya, yang pasti di YDBA aku ikut pelatihan yang memang aku pakai itu 5R, ya. Ini cukup membantu kami untuk mengoptimalisasikan ruang tata ruang di tempat produksi. Sehingga itu bisa lebih efisien lebih efektif juga," ungkapnya.

Selain monitoring, Herbor.id selaku UMKM binaan juga mendapat akses pasar, baik untuk Business to Business (B2B) ataupun Business to Customer (B2C). Bahkan Upit mengaku bisa meningkatkan koneksi dengan pelaku UMKM lain hingga bisa berkolaborasi dengan petani.

"Aku bisa dapet supplier yang bagus. Jadi banyak yang bisa diambil dengan aku bergabung atau jadi binaannya Astra. Karena binaannya YDBA itu benar-benar diperhatiin banget sih, Kerasa banget impactnya," cerita Upit.

Baca juga: 4 Langkah Memulai Usaha Bibit Tanaman Buah, Cocok Untuk Pemula

Saat ini Herbor.id dipasarkan secara online dan offline. Sejauh ini, jangkauan pembeli mereka sudah ada beberapa yang membawa produk Herbor.id ke luar negeri seperti Singapur, Paris, Amerika, Dubai, dan Qatar.

Harapannya Upit dengan mengikuti Trade Expo Indonesia 2024 untuk lebih mempromosikan produk. Menarik lebih banyak kontrak dengan market global dari luar negeri atau di domestik.

"Jadi ini adalah tempat di mana aku bisa memperkenalkan produk lebih luas lagi. Kemudian di sini juga banyak buyer-buyer. Harapannya bisa ketemu dengan buyer dan memperkenalkan produk ini," tutup Upit.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau