Syarif juga menambahkan, umumnya buyer membeli barang dengan perhitungan kuantitas yang besar. Hal ini karena mereka tidak mungkin beli sedikit dengan ongkos kirim yang mahal. Supaya antara barang dengan harga pengiriman itu balance, buyer tentu sekali order dengan jumlah produk yang banyak.
"Pasti mereka juga akan merangkum itu dengan akhirnya kuantiti ordernya lumayan besar. Sedangkan kalau UMKM-nya enggak siap ya otomatis nantinya buyer juga akan mundur. Berarti dari UMKM harus bisa menyanggupi kapasitas produksi," terangnya.
Baca juga: Melalui Desa Devisa, Produk Tenun, Sagu, dan Kopi Gayo Jadi Penggerak Ekspor
Sebagai agregator, Syarif sudah menggandeng dan menjembatani total 35 UMKM dengan lingkup kerajinan seperti gerabah, bambu, dan lain sebagainya untuk ekspor. UMKM tersebut kebanyakan dari daerah Jawa Tengah.
Bahkan, ia mengaku sudah dua kontainer yang berhasil dikirim ke Amerika. Kontainer pertamanya melibatkan 20 UMKM, dan kontainer kedua melibatkan 15 UMKM.
Biasanya, Syarif mengirim kontainer ke luar negeri dalam kurun waktu tiga bulan. Nanti barang-barang berisi permintaan buyer dari Amerika. Jumlah dan jenis barang kerajinannya beragam, tetapi biasanya dalam sekali kirim berisi 20-30 item yang berbeda dalam satu kontainer.
Baca juga: UMKM Binaan Bank Indonesia NTB Ekspor Anyaman Rotan ke Jerman
Di samping itu, Syarif sudah bergabung dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sejak lama, tepatnya di tahun 2019 saat masih menjalankan bisnisnya yang lama dan langgeng menjadi nasabah dan binaan hingga hari ini.
Awalnya, Syarif mengaku masih meraba-raba mengenai kegiatan ekspor. Namun, setelah bergabung dengan LPEI ia menjadi lebih terbantu. Mulai dari dibukakan akses pasar hingga kini menjadi agregator jembatan ekspor UMKM di Indonesia.
"Saya ingat ada sesi LPEI itu bikin semacam business matching, dipertemukan sama buyer-buyer yang tertarik dengan produk kami. Jadi nanti diberi jalan, khususnya dari Exim Bank atau LPEI untuk kami bisa dapat buyer, menurut saya sudah cukup bagus," tutup Syarif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya