Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penilaian Utama jika UMKM Ingin Ekspor

Kompas.com - 13/10/2024, 20:35 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Syarif Ihsan, (26) sebagai CEO dan juga Founder dari CV Sabila Multi Kreasindo merupakan produsen khususnya kerajinan kerang. Mulai dari piring, mangkok, lampu, dan pajangan-pajangan lain terbuat dari kerang simping yang berasal dari sepanjang Pantai Utara Jawa.

Usut punya usut, Syarif sudah lama memiliki bisnis kerajinan, tetapi ia rebranding dan resmi berjalan dengan nama CV Sabila Multi Kreasindo sejak Februari 2023. Bahkan, hingga saat ini Syarif mengaku masih fokus pada penjualan ekspor.

Tidak hanya itu, kini CV Sabila Multi Kreasindo juga merangkap sebagai agregator bisnis UMKM yang menjembatani UMKM dari Indonesia untuk dibawa ke luar negeri, saat ini fokusnya ekspor ke Amerika.

Syarif menjadi agregator di lingkup UMKM kerajinan, mulai dari bambu, gerabah, dan masih banyak lagi. Syarif mengaku ia menyesuaikan kebutuhan buyer dari Amerika tersebut terkait produk permintaan untuk di ekspor.

"Iya, kita fokusnya ke Amerika. Kalau untuk Eropa dan Asia ingin menyusul, insyaallah. Mungkin karena saya fokusnya di kraf ya atau kerajinan, sejauh ini memang yang potensial itu kraf sih," ungkap Syarif.

Baca juga: Kemenkeu Nilai Kopi dan Cokelat asal Sumbar Berpotensi untuk Ekspor

Dalam dunia ekspor dan peran sebagai agregator, Syarif memiliki tolak ukur dalam mengkurasi UMKM yang akan dijembatani untuk ekspor. Ia menyebutkan, ada tiga penilai utama, yaitu kualitas, harga, dan kuantitas.

"Nah buat UMKM, sebagai agregator saya melihat dari sisi kualitas pasti yang pertama, kemudian harganya, dan yang ketiga kapasitasnya. Dari saya sendiri juga ekspor produk kerajinan kerang pasti memerhatikan itu.  Jadi tiga poin itu komponen penting untuk kita bisa stabil ekspornya. Karena kalau satu dari tiga itu kurang ya akhirnya mengurangi nilai dari si UMKM itu," jelas Syarif.

1. Kualitas

Syarif menjelaskan, jika ada UMKM yang mau ekspor maka hal utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas. Terlebih lagi produk yang ia jual untuk ekspor ini adalah produk kerajinan, tentu dituntut untuk rapi dan memiliki standar kualitas sesuai dengan permintaan buyer.

Di samping itu, Syarif menyadari barang kerajinan ini sangat membutuhkan keamanan packaging dalam pengiriman ke luar negeri untuk terus menjaga kualitas sampai tiba ke tangan buyer. Oleh karena itu, Syarif tidak hanya melakuka tes terhadap kualitas produk tetapi juga tes kualitas packaging.

Baca juga: Kisah Batik Aromaterapi dari Madura, Berhasil Ekspor ke Amerika Serikat

"Jadi Kalau dari kami yang namanya keamanan packaging pasti sudah diperhitungkan. Artinya sebelum dikirim pasti kami juga akan menguji kualitas dari packaging-nya, apakah aman atau enggak. Ini sudah jadi SOP lah di kami untuk memastikan produk itu akan sampai dengan tidak ada kerusakan," jelas Syarif.

Produk kerajinan kerang CV Sabila Multi KreasindoKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Produk kerajinan kerang CV Sabila Multi Kreasindo

2. Harga

Kemudian yang kedua terkait harga. Bagi Syarif, jika UMKM ingin ekspor maka perlu memerhitungkan harga yang sesuai, artinya harga tidak terlalu murah pun tidak terlalu mahal. Tergantung dengan kuantitas yang juga dipesan, buyer juga akan menentukan jumlah orderan dengan pertimbangan harga.

"Nah kalau misalkan dari harga ini sambil saya juga cerita dari pengalaman saya, kalau dari sisi harga sih menurut saya kompetitif ya. Artinya gak terlalu mahal dan gak terlalu murah selama buyer pun juga oke kita pun juga oke. Artinya itu tinggal kesepakatan dua belah pihak sih," cerita Syarif.

Baca juga: Meningkatkan Kontribusi UMKM di Pasar Ekspor

Ia juga menambahkan, sama seperti kegiatan berjualan di lokal yang sudah wajar melakukan negosiasi, dalam ekspor juga lumrah jika terjadi tawar menawar. Syarif pun pernah bernegosiasi dengan buyer, sama seperti kalau bisnis pada umumnya untuk sepakat soal harga.

3. Kapasitas

Hal terakhir yang sangat penting jika UMKM ingin ekspor adalah dari segi kapasitas. Ekspor umumnya mengirim dengan kuantiti skala besar, sayangnya terkadang UMKM ini jika diberi orderan dalam jumlah banyak kualitasnya justru menurun, dengan kata lain tidak menyanggupi konsisten untuk produksi jumlah besar.

"Terkadang ketika dikasih orderan besar itu kan kualitasnya menurun. Nah, makanya kami perlu lihat mereka harus bisa produksi dengan kapasitas yang besar tapi kualitasnya juga harus bagus, enggak boleh asal-asalan," pungkas Syarif.

Syarif juga menambahkan, umumnya buyer membeli barang dengan perhitungan kuantitas yang besar. Hal ini karena mereka tidak mungkin beli sedikit dengan ongkos kirim yang mahal. Supaya antara barang dengan harga pengiriman itu balance, buyer tentu sekali order dengan jumlah produk yang banyak.

"Pasti mereka juga akan merangkum itu dengan akhirnya kuantiti ordernya lumayan besar. Sedangkan kalau UMKM-nya enggak siap ya otomatis nantinya buyer juga akan mundur. Berarti dari UMKM harus bisa menyanggupi kapasitas produksi," terangnya.

Baca juga: Melalui Desa Devisa, Produk Tenun, Sagu, dan Kopi Gayo Jadi Penggerak Ekspor

Syarif Ihsan, (26) sebagai CEO dan juga Founder dari CV Sabila Multi Kreasindo, Produsen kerajinan kerang dan sebagai agregator ekspor UMKM ke Amerika.Kompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Syarif Ihsan, (26) sebagai CEO dan juga Founder dari CV Sabila Multi Kreasindo, Produsen kerajinan kerang dan sebagai agregator ekspor UMKM ke Amerika.

Sebagai agregator, Syarif sudah menggandeng dan menjembatani total 35 UMKM dengan lingkup kerajinan seperti gerabah, bambu, dan lain sebagainya untuk ekspor. UMKM tersebut kebanyakan dari daerah Jawa Tengah.

Bahkan, ia mengaku sudah dua kontainer yang berhasil dikirim ke Amerika. Kontainer pertamanya melibatkan 20 UMKM, dan kontainer kedua melibatkan 15 UMKM.

Biasanya, Syarif mengirim kontainer ke luar negeri dalam kurun waktu tiga bulan. Nanti barang-barang berisi permintaan buyer dari Amerika. Jumlah dan jenis barang kerajinannya beragam, tetapi biasanya dalam sekali kirim berisi 20-30 item yang berbeda dalam satu kontainer.

Baca juga: UMKM Binaan Bank Indonesia NTB Ekspor Anyaman Rotan ke Jerman

Di samping itu, Syarif sudah bergabung dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sejak lama, tepatnya di tahun 2019 saat masih menjalankan bisnisnya yang lama dan langgeng menjadi nasabah dan binaan hingga hari ini.

Awalnya, Syarif mengaku masih meraba-raba mengenai kegiatan ekspor. Namun, setelah bergabung dengan LPEI ia menjadi lebih terbantu. Mulai dari dibukakan akses pasar hingga kini menjadi agregator jembatan ekspor UMKM di Indonesia.

"Saya ingat ada sesi LPEI itu bikin semacam business matching, dipertemukan sama buyer-buyer yang tertarik dengan produk kami. Jadi nanti diberi jalan, khususnya dari Exim Bank atau LPEI untuk kami bisa dapat buyer, menurut saya sudah cukup bagus," tutup Syarif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau