Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ana Khairani Membangun Batik Organik hingga Diminati Pasar Global

Kompas.com, 13 Desember 2024, 18:06 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Pagi itu hujan mengguyur seisi Kota Bogor, tetapi di sudut Kelurahan Cipaku, sebuah rumah dengan nama 'Rumah Batik Organik' tampak tetap ramai silih berganti lantaran dikunjungi oleh para pembeli.

Pemilik rumah tersebut sekaligus founder Batik Organik, Ana Khairani (40), berhasil memulai langkah besar dalam dunia batik dengan mengusung konsep keberlanjutan melalui Batik Organik.

Kini, setelah lebih dari satu dekade tepatnya dari 2013 silam, Batik Organik tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga telah merambah ke pasar global.

Baca juga: Kisah Perajin Batik Kujur Tanjung Enim Angkat Warisan, Inovasi, dan Keberlanjutan

Passion di Bidang Agribisnis

Cerita ini bermula dari kecintaannya pada alam, Ana menggabungkan latar belakang akademisnya di bidang Agribisnis IPB dengan visinya untuk menciptakan produk fashion yang ramah lingkungan.

“Visi saya adalah membangun pusat riset dan edukasi serat serta warna alami terbesar di Asia. Batik Organik ini adalah kendaraan kami untuk mewujudkan itu,” kata Ana saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (7/12/2024).

Nama 'Batik Organik' sendiri dipilih untuk mencerminkan nilai keberlanjutan dan daya tarik modern. Selain akrab ditelinga karena dua kata ini memiliki akhiran yang sama, 'Batik Organik' juga relevan dengan fokus bisnis mereka pada bahan alami.

Baca juga: Peluang Bisnis Batik Ramah Lingkungan dari Limbah Kertas

Pada tahun 2013, ia memulai langkah pertama dengan melakukan riset mendalam tentang pewarna alami. Pasalnya, pewarna ini diekstrak dari berbagai bagian tanaman, seperti daun, kulit buah, bunga, hingga batang pohon.

Keunikan utama Batik Organik terletak pada penggunaan serat alami seperti kayu akasia, eucalyptus, katun, hingga sutra eri. Serat-serat ini dikenal biodegradable, yang berarti dapat terurai sepenuhnya di tanah dalam waktu sekitar 21 minggu.

Rumah Batik Organik, di Kelurahan Cipaku, Kota BogorKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Rumah Batik Organik, di Kelurahan Cipaku, Kota Bogor

Baca juga: Inovasi dalam Industri Batik, CV. Astoetik Buat Kompor Batik Listrik

Couplepreneur Membangun Bisnis dari Nol

Membangun bisnis dari nol bukanlah hal mudah. Dengan modal awal hanya Rp 500.000, Ana dan suaminya memulai segalanya dari bawah. Mereka berbagi tugas, Ana fokus pada pengembangan bisnis dan pemasaran, sementara suaminya menangani keuangan dan sumber daya manusia.

"Karena memang kami inginnya tumbuh secara organik. Kami enggak mau bisnis by accident, tapi bisnis by design. Saya mau seperti ini karena saya punya vision kedepan climate change akan terus ada, industrialisasi semakin naik, orang-orang juga semakin berbeda habit-nya. Karena itu aku lihat di luar negeri sudah ada eco living seperti itu, kayaknya Indonesia pun akan seperti ini. Saya melihatnya di 2013 seperti itu dan ternyata betul kan, tiga tahun terakhir gencar sustainable," jelas Ana.

Baca juga: Kisah Batik Aromaterapi dari Madura, Berhasil Ekspor ke Amerika Serikat

Perlahan tapi pasti, adalah gambaran perjalanan Ana selama membesarkan bisnisnya. Kian hari semakin terlihat pencapaian dari kerja kerasnya tersebut. Saat ini, bahkan kapasitas produksi Batik Organik mencapai 7.000-9.000 kain batik setiap bulannya.

Tak heran jika kini nama Batik Organik bukan lagi terdengar di pasar lokal, tapi juga sudah menembus pasar internasional. Bahkan, perjalanan Batik Organik menuju pasar internasional dimulai hanya setahun setelah didirikan. Ekspor pertama dilakukan ke Nigeria pada 2014.

“Ya memang awalnya sih banyak pertanyaan, kenapa Batik Organik cukup menarik market global? Bahkan waktu itu kami baru satu tahun berjalan dan sudah ada permintaan dari Nigeria, itu ekspor Batik Organik pertama kali ke sana,” kenang Ana.

Baca juga: Para Pelaku Usaha Ini Membuat Inovasi Produk yang Unik dengan Batik

Perlahan Tapi Pasti, Berhasil Tembus Pasar Global

Setelah Nigeria, Batik Organik terus melebarkan sayapnya ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Kanada, Prancis, Puerto Rico, dan Korea Selatan. Setidaknya jika ditotal terdapat 10 negara yang sudah berhasil dijangkau.

Selain untuk keperluan fesyen, ternyata kain Batik Organik juga digunakan untuk beragam keperluan produk di negara yang berbeda. Misalnya untuk inner exclusive bag, hingga alas matras, seperti yang ia ceritakan pengalaman uniknya dengan pelanggan dari Filipina.

Halaman:

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau