KOMPAS.com - Alam menyediakan apapun yang dibutuhkan manusia. Tanpa harus mengeksploitasinya, manusia akan mendapatkan segala sesuatu dari alam.
Prinsip itulah yang dipegang oleh peternak lebah yang ada di Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Slamet Suryadi (33). Sebagai peternak lebah, dia sangat menyadari bahwa alam yang lestari adalah kunci sukses menjalankan usaha berbasiskan lingkungan.
Slamet Suryadi merupakan peternak lebah yang sudah lebih dari 10 tahun menjalankan usaha ini. Sebelumnya, dia lebih banyak menghabiskan waktu membantu orang tuanya mengelola kebun kopi yang ada di wilayahnya.
Baca juga: Ini Strategi Mengelola Bisnis agar Tidak Kehabisan Uang
Saat beraktivitas di kebun, banyak petani yang menganggap bahwa lebah adalah musuh atau hama yang harus dibasmi. Sehingga keberadaan lebah di lahan pertanian dan perkebunan kerap dianggap berbahaya sehingga harus diusir.
Namun saat itu dia punya pemikiran lain. Lebah bukanlah tawon yang memang kerap membahayakan karena sengatnya. Justru, kehadiran lebah bisa memberikan berkah karena madu yang dihasilkan.
Pun, keberadaan hewan jenis serangga ini juga menjadi indikator bahwa kondisi lingkungan memang lestari sehingga mendukung lebah bisa mendapatkan madu dari tanaman yang ada di sekitarnya.
"Tapi saya nggak ikut-ikutan anti dengan lebah. Justru dari berbagai tulisan yang saya baca, lebah adalah kawan. Jika dibudidayakan, lebah akan menghasilkan madu dan punya nilai ekonomi tinggi," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Berangkat dari itu, sekitar tahun 2010 Slamet mulai mencoba untuk membudidayakan lebah madu. Sedikit demi sedikit koloni lebah yang dibudidayakan menghasilkan.
Usaha peternakan lebah madu pun mulai berjalan. Dia punya prinsip tidak mau mencampur madu dengan bahan lain agar madu yang dijual ke konsumen benar-benar murni.
Karena komitmen untuk menjaga mutu inilah, dia mulai mendapatkan kepercayaan dari konsumen, utamanya dari lembaga pemerintahan dan korporasi swasta. Dari konsumen intstitusi tersebut, Slamet mendapatkan order tetap setiap bulannya.
Slamet juga melayani konsumen perorangan yang memang membutuhkan madu. Untuk memperluas jangkauan pasar, dia melakukan diversifikasi produk. Yakni dengan membuat produk madu herbal yang berupa madu murni dengan bawang putih. Produk-produk tersebut dijual secara langsung maupun melalui e-commerce yang ada.
"Alhamdulillah sepanjang tahun ini omzet penjualan madu mencapai Rp 370 juta, kalau dirata-rata mencapai sekitar Rp 30 juta per bulan," kata Slamet.
Kesuksesan Slamet Suryadi menjalankan usaha lebah madu tak dinikmati sendiri. Dia juga berkolaborasi dengan warga lain di sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi madu.
Dalam hal ini, warga diberi pembinaan untuk membudidayakan lebah madu dengan pengawasan langsung dari Slamet Suryadi. Sehingga dengan pengawasan tersebut, dia bisa memastikan proses produksi dilakukan secara benar dan bisa menghasilkan madu dalam kuantitas yang optimal.
Madu yang dihasilkan warga sekitar, kemudian disetor ke Slamet untuk kemudian dijual di bawah brand Madu Takoma. Saat ini ada sekitar 600 stup atau kotak sarang lebah yang dikelola oleh Slamet Suryadi.
Baca juga: Pinjaman hingga Rp20 Juta dari PIP untuk Pelaku Ultra Mikro, Ini Syaratnya