JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan jumlah sampah yang besar masih menjadi tugas bersama.
Corporate Relation Lead Waste4Change, Rara menyampaikan, akar atau awal munculnya perusahaan pengelolaan sampah ini adalah kesadaran akan masih banyaknya permasalahan yang terjadi di Indonesia terkait sampah.
"Secara umum di Indonesia itu menghasilkan sampah sebesar 175.000 ton per hari, dan baru 7,5 persen dari total tersebut yang sudah terserap untuk didaur ulang atau dijadikan kompos," ujar Rara saat acara media gathering Haya Festival di Menara Sentraya, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Waste4Change sendiri berdiri pada 2014 dengan fokus adalah mengelola sampah dari hulu ke hilir. Pengelolaan tersebut bertujuan mengurangi timbunan sampah saat tiba di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Kami mengumpulkan sampah-sampah tersebut untuk didaur ulang dan juga diproses menjadi kompos sehingga semakin banyak yang kita buang ke TPA," tutur Rara.
Dengan menerapkan prinsip zero waste dan juga circle economy dari proses perputaran sampah yang dihasilkan para kliennya, Waste4Change hadir untuk mengelolanya.
Kembali ke permasalahan sampah yang masih berat di Indonesia, Rara menjelaskan, umumnya sampah dengan jumlah besar tersebut akan langsung dibuang ke TPA. Hal itu sangat disayangkannya.
"Sampah yang seharusnya masih bisa didaur ulang, tapi malah tertimbun di TPA. Ada juga yang kemudian dibakar, dikubur, atau unmanaged (tidak terkelola sama sekali) yang pada akhirnya terbawa ke lautan dan merusak ekosistemnya," ungkap Rara.
Berangkat dari sana, Rara menambahkan bahwa salah satu sumber sampah terbanyak atau terbesar adalah dari pagelaran event-event yang ada.
Oleh karena itu, Waste4Change kerap bekerja sama dengan kliennya untuk mengumpulkan dan mengelola sampah-sampah yang dihasilkan dari sebuah event.
"Waste4Change sebagai pengelola sampah akan melakukan pengangkutan sampah, lalu juga menyediakan plastik terpilahnya nanti, jadi sampah yang diangkut sudah secara terpilah," jelas Rara.
Setelah proses pengangkutan sampah tersebut, mereka akan membawanya ke rumah pemulihan atau material recovery facility (MRF) untuk dipilah kembali dan di-retail agar dapat dimanfaatkan sebagai produk daur ulang. Terkhusus untuk sampah organik, Waste4Change akan mengelolanya menjadi kompos.
Tidak hanya sampai di sana, Rara mengungkapkan Waste4Change juga akan selalu memberikan laporan untuk melacak tingkat traceability (pengolahan sampah) klien mereka. Laporan tersebut mencakup jumlah sampah hingga bentuk pengolahannya.
Untuk sistem bisnisnya sendiri, Waste4Change menerapkan sistem tarif per jasanya dan juga seberapa banyak sampah yang dikumpulkan. Untuk besarnya biaya, bergantung pada kesepakatan bersama klien mereka.
Per 2021 yang lalu, Waste4Change juga tidak hanya berpusat di Jakarta, tapi juga sudah mulai beroperasional di Bandung, Jawa Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.