JAKARTA, KOMPAS.com – Denyut bumi merupakan salah satu brand asal Indonesia yang menyajikan kreasi teh dan aromatherapy dengan konsep personalisasi. Banyak varian racikan teh herbal hingga perlengkapan sanitasi dengan nuansa rempah aromatik.
“Dari dulu kita suka dengan produk yang berbau herbal, Denyut Bumi ingin mengangkat herbal-herbal di Indonesia tidak untuk jamu saja, kita ingin mengemas herbal ini yang cantik dan elegan. Kita pengen rempah-rempah dan herbal bisa lebih tinggi market valuenya,” ujar Chief Operating Officer (COO) Denyut Bumi, Karina (30) pada pameran Oh Beauty Festival di Pondok Indah Mall 3 di Jakarta pada Jum’at (6/10/2023).
Baca juga: 7 Ide Bisnis Sampingan untuk Ayah, Wajib Dicoba
Tidak berjalan sendiri, Karina menjalankan usahanya dengan ketiga temannya, yaitu Irina Chatarina sebagai CEO Denyut Bumi dan Ricky Valianto Adiputra sebagai Chief Financial Officer (CFO).
Selain itu, Denyut Bumi juga bekerja sama dengan beberapa ilustrator Indonesia untuk membuat produk hampers natal, lebaran, dan suvenir pernikahan.
Produk awal dari Denyut Bumi ada dua, yaitu tea blend yang dicampur dengan bahan herbal lain. Produk ini sangat cocok untuk orang yang susah tidur dan menambah energi.
Baca juga: 4 Tips Sukses Co-founder Aca Craft by Abella Menggaet Konsumen Luar Negeri
“Pertama ada Moonlight Serenade dan yang kedua ada teh Choo Choo Ch’Boogie dengan kaya antioksidan dan bisa menambah energi saat beraktivitas di siang hari,” ujar Karina.
Saat ini, produk dari Denyut Bumi telah berkembang, seperti pewangi ruangan, hand sanitizer, lilin wangi, dupa wangi, dan tempat lilin.
“Semua berjalan seiring berkembangnya waktu, awalnya kita jualan retail aja, lama-lama banyak corporate yang menghubungi kita karena bentuk hampers kita yang lucu. Kita kerja sama dengan ilustrator untuk bikin gambar di suvenir-nya,” tuturnya.
Baca juga: 7 Peluang Bisnis Menarik untuk Pecinta Binatang
Brand asal jakarta yang berdiri sejak tahun 2020 tersebut baru saja ditawari kerja sama paket produk pernikahan dengan wedding asal Singapura dan Malaysia.
“Kami diajak kerja oleh wedding yang ada di Singapura dan Malaysia karena dihubungi mereka melalui online store,” ujarnya.
Selain itu, brand Denyut Bumi juga pernah mengikuti G20 Bazar yang diadakan di Bali pada 15 November 2022.
Baca juga: Awalnya Penikmat Seni, Kini Fathurachman Rintis Usaha Art Gallery
Konsep penjualan suvenir corporate paling banyak menggunakan konsep business to business atau B2B dibandingkan retail. Singkatnya, B2B merupakan konsep transaksi bisnis yang terjadi antar perusahaan.
“Biasanya sekali wedding itu bisa 20 hingga 500 paket produk suvenir pernikahan. Berbeda-beda tergantung permintaan. Harganya juga sangat terjangkau mulai dari Rp 15 ribu aja,” kata Karina.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Karina yaitu sulit memperkenalkan produk teh ke masyarakat Indonesia yang mayoritas setiap hari meminum teh.
Baca juga: 6 Cara Efektif Mengelola Keuangan Bisnis
“Banyak dari mereka yang masih menganggap teh sebagai barang yang murah, jadi kalau dari segi harga kita sulit bersaing. Padahal kalau di luar negeri seperti Inggris, mereka rela mengeluarkan uang yang besar untuk membeli produk teh. Budaya ini lah yang menyulitkan kita sebetulnya,” ungkap Karina.
Bukan hanya itu, produk parfum Denyut Bumi juga sulit untuk bisa go internasional karena produk cairan yang lebih susah untuk dikirim dibandingkan yang bukan cairan.
“Issue logistik seperti takut meledak dan berbagai persyaratan membuat kita sulit untuk menguasai pasar luar negeri. Karenanya, saat ini kita fokus di pasar lokal dulu,” tuturnya lagi.
“Denyut Bumi sedang rebranding supaya bisa lebih cepat penetrasi ke retail atau B2B, dan kita bisa lebih mengeksplorasi rempah-rempah agar lebih high value. Bukan hanya itu, semoga kita lebih memberikan manfaat lagi,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.