JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia menyimpan segudang keunikan dan juga kekhasan kebudayaan setiap daerahnya. Salah satunya Lombok yang menyimpan sejumlah destinasi wisata yang memanjakan mata.
Bukan hanya sebagai destinasi wisata yang memanjakan mata, melainkan di Lombok terdapat beberapa kerajinan yang cukup unik dan memiliki khas tersendiri, seperti UD Lopan Artshop.
UD Lopan Artshop merupakan usaha yang didirikan oleh Sunardi Wahip (48) sejak tahun 2010. Meskipun demikian, Sunardi menjadi pengrajin topeng sejak tahun 1991.
Baca juga: Berbahan Kulit Buaya, Dhito Sukses Meraih Omzet Ratusan Juta Per Bulan
“Zaman dulu di daerah kami, Desa Labuapi, Lombok, nenek moyang kami diberikan hadiah dari pementasan di Bali berupa topeng,” kata Sunardi saat ditemui KOMPAS.com pada acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 Di ICE BSD pada Kamis (19/10/2023).
Lebih lanjut Sunardi menuturkan, saat mereka berlayar menggunakan sampan, mereka membuang topeng itu. Namun, begitu sampai di daratan ternyata topeng tersebut sudah sampai terlebih dahulu. Dari sanalah muncul ide untuk nenek moyang kami untuk membuat topeng seperti itu.
"Saya menggunakan Lopan itu karena nama ulama yang ada di Lombok, Tuan Guru Haji Lalu Muhammad Shalih atau yang lebih dikenal dengan panggilan Datuq Lopan. Saya gunakan supaya berkah usahanya," ujar Sunardi
Baca juga: KSP Maju Wijaya Dorong Anggota Punya Produk Unik dan Bernilai Budaya
“Lopan juga saya ambil dari nama anak saya dan nama jalan yang ada di desa kami supaya desa kami lebih terkenal,” tambahnya..
Dalam menjalankan usahanya, Sunardi telah memiliki Sistem Verifkasi dan Legalitas Kayu (SVLK) sejak tahun 2015 dan diperbarui setiap lima tahun sekali.
Di desa Labuapi, banyak warga yang membudidayakan kayu mahoni di kebunnya sehingga stok kayu berlimpah.
Baca juga: OJK Ingatkan UMKM untuk Berhati-hati Terima Tawaran Pinjol
“Kita memilih menggunakan kayu Mahoni karena serat pada kayu tersebut sangat bagus sehingga lebih mudah untuk dibentuk,” tuturnya.
Pada tahun 2002 saat terjadinya Bom Bali, Sunardi sempat merasakan dampak dan pengaruh dari tragedi tersebut.
“Tahun 2002 saya pernah menjual rumah samapai ngontrak hingga bangkit kembali pada tahun 2010,” ujar Sunardi.
Baca juga: Cerita Perjalanan Kelor Organik Indonesia, Berdayakan Ibu-ibu hingga Masuk Alfamart
Tragedi tersebut juga menjadi tantangan bagi Sunardi. Pda saat itu, produknya yang sudah sampai di agen di Bali harus dikembalikan.
Sementara itu, Sunardi pernah meminjam ke bank sebesar Rp 25 Juta pada tahun 2015 yang digunakan untuk modal pengembangan usaha.
Awal memulai usaha Lopan Art Shop, Sunardi menggunakan modal sebesar Rp5 juta dengan membuat topeng, copok/toples, dan sampan untuk tempat bumbu atau permen dengan menggunakan kayu Mahoni.
Baca juga: 6 Strategi Pengembangan Bisnis Sepatu Kulit, Catat!
“Penjualan kita sudah sampai ke Malaysia sejak tahun 2015 melalui agen kami yang ada di Bali, kita tak perlu ribet-ribet untuk mengurus perizinan, semua diurus oleh agen kita,” ungkapnya.
Bukan hanya itu,penjualan produk Lopan Art Shop juga sudah sampai ke Kota Medan dan Yogyakarta.
Dengan penjualan tersebut, Sunardi mampu meraup omzet sebesar Rp10 juta per bulan. Ia juga membuka sebuah Gallery yang digunakan untuk menaruh barang atau pameran produk Lopan Art Shop saja.
Baca juga: Pesan untuk Pelaku UMKM Perempuan: Jangan Mudah Putus Asa, Libatkan Keluarga
Sunardi berharap semoga semakin banyak pameran seperti ini. Pameran seperti TEI 2023 sangat bagus untuk mempromosikan dan mengenalkan produk kembali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.