JAKARTA, KOMPAS.com - Era 1960-an hingga tahun 2000-an, meninggalkan kesan bagi orang -orang yang pernah hidup di masa itu. Ada diantara mereka yang bernostalgia melalui kaset musik zaman dulu (jadul). Rupanya, kaset musik di masa itu bisa menjadi peluang bisnis di masa kini.
Yor (35) adalah salah satu dari beberapa orang lainnya yang membuka bisnis kaset jadul di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain di Pasar Santa, bisnis kaset jadul miliknya juga buka di daerah Grogol, Jakarta Barat. Produk yang ia jual mulai dari musisi lokal hingga internasional.
Ketika Kompas.com berjumpa dengan Yor di toko kaset jadul miliknya, Yor mengatakan ada beberapa alasan bisnis kaset jadul bisa selalu bertahan. Ia juga berharap nantinya semakin banyak toko kaset jadul yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca juga: Hobi Berburu Radio Lawas, Rizky Sukses Berbisnis Barang Antik
Para musisi di era 60-an hingga 2000-an rutin membuat vinyl atau piringan hitam serta kaset-kaset yang diproduksi ribuan copy. Mereka pun mendapatkan royalti secara langsung begitu vinyl dan kaset selesai dibuat.
Inilah yang membuat Yor menyebut bisnis kaset jadul bisa selalu bertahan. Pembelian kaset dan vinyl merupakan bentuk menghargai karya para musisi tersebut. Berbeda dengan mendengarkan musik mereka melalui platform digital.
"Kalau lewat kaset-kaset begini, musisi itu bisa langsung dapat royalti begitu kasetnya jadi. Beda sama digital. Mereka harus nunggu dulu baru bisa dapat royalti," ucapnya pada Jumat (24/5/2024).
Baca juga: Cerita Vera, Kumpulkan Kebaya Lawas Hingga Terjual ke Spanyol
Hal inilah yang menyebabkan beberapa band musik pada masa kini tetap mengeluarkan rilis fisik berupa vinyl dan kaset seperti Taylor Swift dan Lana Del Rey.
"Jadi orang yang mengoleksi rilisan fisik ini bukan semata-mata fomo atau ikut-ikutan. Tapi mereka beli agar lebih menghargai karya musisi tersebut," sambungnya.
Menurut Yor, orang-orang masih suka mendengarkan dan mengoleksi kaset jadul karena ada rasa kebanggaan tersendiri. Kaset yang sudah dibeli bisa dikumpulkan, dipajang, lalu didengarkan sambil membaca lirik yang sudah tersedia.
Baca juga: Ka Nung Bakery Ungkap Strategi Bisnisnya hingga Mampu Bertahan Puluhan Tahun
"Rasanya itu enggak lengkap kalau enggak dengerin lagu dari kasetnya. Kurang mantep gitu. Tapi bukan berarti benci ke digital," tuturnya.
Meski penyuka kaset jadul sudah mendengarkan via digital, mereka tetap merasa "tidak sah" kalau belum mendengarkan dari rilis fisiknya. Bahkan, ada pengunjung yang membeli vinyl tetapi belum memiliki alat pemutar vinyl tersebut.
"Sampai ada orang yang dia itu beli vinyl, tapi bilang kalau belum punya pemutarnya. Bilangnya pelan-pelan mau koleksi vinylnya dulu," tambahnya.
Baca juga: Rahasia Es Bir Kotjok Si Abah Bertahan sejak 1965 meski Hanya Jualan di Gerobak
Akar dari bertahannya bisnis kaset jadul yaitu hobi dan kesukaan dari si pemilik bisnis itu sendiri. Yor sebagai pemilik bisnis kaset jadul pun memang menaruh minat pada vinyl dan kaset dari para musisi.
"Kalau saya itu memang awalnya dari hobi, suka mengoleksi kaset. Saya pribadi juga mencintai bisnis ini. Bahkan saya juga sambil mempelajari musik-musik yang baru saya beli," ujar Yor.
Lebih lanjut, Yor juga menceritakan upayanya untuk mendapatkan kaset-kaset tersebut hingga ke luar kota. Hal ini dilakukan jika Yor tidak mendapatkan kaset dari perusahaan label musik.
Baca juga: Cara Tan Ek Tjoan Bakery Bertahan dari Persaingan Bisnis dan Perubahan Zaman
"Biasanya kami dapat kaset musisi lokal yang terbaru itu dari perusahaan labelnya langsung. Cuma kalau enggak ada, ya akhirnya saya sama teman saya ke luar kota buat cari kasetnya," kata Yor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.