Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Crossborder Ekspor Bagi UKM

Kompas.com - 31/01/2022, 15:46 WIB
Wientor Rah Mada,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

Ekspor sekarang ini menjadi hal yang menarik. Tak hanya karena selalu didorong untuk naik, melainkan selalu dibandingkan dengan hal lain, yaitu impor. Secara neraca, surplus ekspor lebih menjadi prioritas. Ya iyalah.

Bulan Maret tahun 2021, ketika impor crossborder menjadi viral karena dapat dilakukan dengan mudah, tidak ada yang membicarakan tentang kemudahan ekspor. Secara logika, ketika barrier masuk mudah ke negara ini rendah, harusnya keluar ke negara lain juga mudah.

Kenyataannya tidak demikian. Crossborder impor, dengan difasilitasi oleh beberapa marketplace luar, melaju kencang. Bagi yang belum memahami, crossborder impor ini adalah masuknya barang buatan luar negeri ke negara kita dalam jumlah satuan. Iya, satuan. Maksudnya barang bisa dikirim satu biji dan masuk dengan mudah.

Secara khusus harus digarisbawahi, bahwa kasus viral crossborder impor tahun lalu itu sudah direspon dengan sangat baik oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki. Pak Menteri langsung meminta marketplace tersebut untuk menghentikan impor crossborder untuk 13 kategori produk, termasuk baju muslim, kebaya sampai dengan batik. Hasilnya terpantau juga dirasakan langsung dengan kenaikan omset UKM lokal pada kategori produk yang sama.

Balik lagi, bagaimana dengan ekspor kita? Dari nilai ekspor UKM yang sekitar 14 persen, sekarang sedang didorong agar bisa mendekati angka 16 persen. Ini memerlukan perjuangan bersama dan saling sinergi. Salah satu yang harus dilakukan adalah dengan merubah secara radikal mindset dan cara kita ekspor dengan mengakselerasi hal ini: crossborder ekspor.

Dahulu, problem ekspor adalah lead-time pengiriman. Sekarang permasalahan itu sudah terpecahkan, asalkan dikirimkan ke negara terdekat. Mengirimkan produk secara satuan ke Malaysia atau Singapore misalnya, saat ini sudah seperti kita mengirimkan barang dari Jakarta ke Surabaya. Besok hari sampai.

Produk yang dikirim juga sudah beragam, yang paling potensial adalah produk makanan minuman dan fashion. Tentu saja dikarenakan di negara sebelah banyak sekali pekerja migran kita yang bekerja disana. Ini adalah pasar yang sangat potensial, bisa dijadikan pintu masuk.

Di jaman digital seperti ini, crossborder ekspor sangat mungkin dilakukan dalam volume yang besar. Bahkan bisa menggantikan cara ekspor konvensional. Selain berbagai platform e-commerce internasional yang sudah melayani lintas negara, juga fasilitas periklanan digital yang memungkinkan untuk memasarkan produk lintas negara dengan biaya murah.

Dukungan dari pemerintah menjadi penting karena insentif harus diberikan kepada perusahaan ekspedisi di jalur ini agar dapat meningkatkan jumlah produk yang dibawa ke negara tujuan.

Memang kebijakan ini akan menjadi tidak populis diantara perusahaan besar, terutama perusahaan perdagangan ekspor. Namun, keberpihakan pemerintah terhadap UKM juga harus diperkuat. Perluasan pasar dengan masuk ke pasar negara lain adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan oleh setiap UKM.

Secara khusus, pendapat pribadi saya, keberpihakan pemerintah terhadap sektor UKM untuk ekspor tidak bisa hanya dengan memperkuat ekosistem ekspor yang sudah ada, melainkan juga harus bisa menemukan cara baru untuk ekspor yang lebih efisien tetapi berpotensi masif.

Dalam kacamata saya, kebijakan ekspor kita sudah berpihak kepada UKM apabila, misalnya, UKM di Tasikmalaya bisa mengirimkan satu mukena ke pembelinya di Malaysia secara mudah, murah dan cepat. Setuju?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com