Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rena Arifah, Berhasil Olah Sampah Organik Kayu menjadi Arang Berkualitas

Kompas.com - 20/07/2022, 10:56 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

KOMPAS.com - Sampah organik berupa sisa batang dan dahan pohon kerap dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Banyak petugas kebersihan yang menolak untuk mengangkut sisa-sisa potongan sampah tersebut ke tempat pembuangan akhir.

Meski kerap dianggap tak memiliki ekonomi, sampah organik kayu dan batang pohon justru punya nilai jual tinggi jika diolah dengan tepat.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rena Arifah (61), seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di Medan Sumatera Utara, sekaligus wirausahawan dengan produk arang briket merek Briket-Q.

Baca juga: Kisah Hajjah Zaenab, Kembangkan UMKM dan Ajak Masyarakat Ikut Koperasi

Sebagai dosen, Rena Harifah melakukan terobosan untuk menjawab persoalan besar yang ada lingkungan sekitarnya, yakni sampah organik berupa potongan kayu yang tidak pernah diangkut oleh petugas kebersihan.

Dan di tangannya, sampah-sampah organik tersebut bisa diolah dan menghasilkan pundi-pundi cuan. Tak hanya bagi dia sendiri, namun juga masyarakat sekitar.

Mengolah Sampah Organik agar Bernilai Ekonomi

Rena Harifah berkisah bahwa awal mula dia punya inisiatif mengolah sampah batang pohon dimulai pada 2015. Saat itu dia melihat di berbagai sudut Kota Medan ada banyak batang pohon yang tidak diangkut oleh petugas kebersihan. Batang-batang itu teronggok begitu saja di pinggiran jalan.

Tak hanya itu, kanal yang ada di beberapa lokasi di Medan juga dipenuhi oleh sampah-sampah batang pohon.

Karena merasa prihatin dengan kondisi itu, dia mulai berinisiatif untuk memrosesnya melalui pembakaran tidak sempurna.

"Kalau sempurna, kayu-kayu tadi jadi abu dan tidak bisa diolah. Setelah selesai pembakaran selesai, akan dihasilkan dua produk yakni arang dan asap cair. Arang bisa dibuat menjadi briket, sedangkan asap cair bisa dimanfaatkan sebagai pengawet kayu," kata dia saat ditemui di acara pelatihan penulisan konten digital yang diselenggarakan oleh Kemenkop UKM dan Kompas.com, Senin (4/7/2022).

Rena menuturkan, arang yang dihasilkan kemudian dihaluskan hingga menjadi abu. Setelah itu, dicampur dengan tepung kanji dan dikeringkan. 

"Hasilnya berupa briket, dan jika briket yang dioleh tersebut dibakar, itu hasilnya akan bagus dan bersih karena tidak ada abu yang keluar.

Baca juga: Cara Bangkit dari Kegagalan Bisnis Setelah Kena Tipu

Sementara itu untuk produk berupa asap cair, Rena menjelaskan, dia langsung menjual hasil tersebut kepada pembeli karena dia tidak fokus pada bisnis pengawetan kayu.

"Satu liter asap cair saya jual seharga Rp 10.000. Kemudian untuk briket arang saya menjualnya per kilogram Rp 10.000," jelas Rena.

Bisnis Turunan

Rena bercerita bahwa usaha usaha pengolahan sampah kayu menjadi briket arang ini juga memunculkan bisnis turunan, yakni alat pembakaran. Alat tersebut diciptakannya agar bisa digunakan untuk mengolah sampah-sampah organik serupa agar memiliki nilai ekonomi.

Khusus untuk alat ini, segmen yang disasar adalah pemerintah daerah. Ini karena harga per unitnya relatif mahal, serta untuk membantu menyelesaikan persoalan sampah organik yang ada d berbagai lokasi.

"Saya menyasar pemda karena alat ini per unitnya seharga Rp 100 juta. Dengan alat ini diharapkan para pemda bisa menyelesaikan persoalan sampah organik ini," jelasnya.

Alat produksi pengolahan sampah kayu menjadi arang buatan Rena Arifahdok pribadi Rena Arifah Alat produksi pengolahan sampah kayu menjadi arang buatan Rena Arifah

Hingga kini, Rena dan suaminya telah berhasil memproduksi 4 unit alat pengolahan. Di mana salah satu pemesannya adalah PT PLN (Persero). BUMN kelistrikan itu membeli alat buatan Rena untuk diberikan kepada kelompok UMKM agar bisa memproduksi sendiri arang dari sampah organik.

Wirausahawan Sosial

Dari usaha yang dijalankan tersebut, Rena dalam sehari setidaknya berhasil meraup omzet sebesar Rp 1 juta hanya dari penjualan arang. Di luar itu, dia juga dapat penghasilan dari penjualan asap cair, dan yang pasti penjualan alat pengolahan.

Produk arang merek Briket-Q yang diproduksi Rena telah dijual ke berbagai daerah. Bahkan, hotel-hotel di Medan telah menggunakan Briket-Q untuk memanggang daging serta BBQ.

"Di daerah-daerah seperti Kabanjahe dan Sidikalang, banyak penginapan yang menggunakan Briket-Q sebagai penghangat ruangan karena tidak menimbulkan abu," jelas Rena.

Namun yang lebih penting dari itu, inisiatif Rena mengolah sampah organik kayu menjadi briket arang telah mendorong munculnya kelompok-kelompok yang memproduksi arang briket dari sampah organik.

Baca juga: Flame Leather, UMKM Purworejo Olah Kulit Sapi hingga Beromzet Belasan Juta Rupiah

Rena bercerita bahwa setelah dia berhasil memproduksi arang tersebut, sejumlah kelompok masyarakat menjadi tertarik untuk belajar cara membuatnya. 

"Saya latih mereka secara gratis jika mereka mau datang ke rumah saya," kata Rena.

Selain itu, inisiatif mengolah sampah organik kayu ini juga membuat petugas kebersihan antusias untuk mengangkut sisa potongan kayu untuk kemudian dipotong-potong dan disetorkan ke Rena.

"Mereka para petugas dan honorer kebersihan itu saya kasih tambahan uang jika mau memotong-motong kayu sebagai bahan baku arang. Mereka menjadi bersemangat untuk memungut kayu-kayu sisa," ujarnya.

Apa yang telah dilakukan oleh Rena untuk mengolah sampah organik kayu menjadi briket, telah memberikan dampak yang bagi perbaikan ekonomi bagi masyarakat. Kelompok-kelompok yang membuat arang, mendapatkan tambahan penghasilan dari mengolah sampah kayu. 

Selain itu, inisiatif ini juga berhasil menyelesaikan persoalan sampah kayu yang selama bertahun-tahun tak terselesaikan di Kota Medan.    

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jagoan Lokal
Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Training
Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Jagoan Lokal
Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Jagoan Lokal
UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

Program
Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Program
Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Jagoan Lokal
Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Program
Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Program
BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

Program
TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

Program
DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau