"Saya tutup akhirnya, gimana lagi, masa pengunjung yang boleh ke stan hanya lima orang, sedangkan saat itu juga buka pelatihan di tempat itu," katanya.
Meski begitu, Siti tetap berusaha dengan cara membuka pelatihan ecoprint berbayar demi menutupi hutangnya saat itu. Suaminya yang merupakan anggota TNI bertugas sebagai Babinsa di Koramil Dau yakni Sertu Donatus Rema juga terus memberikan support.
Kemudian, Siti juga menjual ramuan sebagai bahan tambahan pembuatan ecoprint supaya menghasilkan warna yang lebih bagus.
"Enggak mahal, harga standarnya ibu-ibu, dari situ perlahan saya bisa menutupi hutang seluruhnya," katanya.
Saat ini, Siti juga sering diminta mengisi materi ecoprint secara offline dan sudah kemana-mana. Seperti ke kampus-kampus di Kota Malang, instansi pemerintah, kemudian masyarakat di Bekasi dan Gresik.
Kini, masyarakat yang ingin mengikuti pelatihannya bisa secara online dengan dikenakan biaya berbeda-beda sesuai jenis pelatihan yang diambil.
"Biaya pelatihan mulai dari kelas basic sampai yang lancar, kadang diundang sampai ke Bekasi, Gresik. Kalau online hanya membayar materi saja, ada yang hanya Rp 75.000, Rp 100.000, Rp 125.000 tergantung materinya," katanya.
Berjalannya waktu, minat masyarakat yang ingin belajar ecoprint kepada Siti juga besar. Orang-orang yang pernah mengikuti pelatihannya menjadi anggota Sanggar Kreasi Mamalya. Saat ini, Siti memiliki sekitar 1500 anggota tersebar di seluruh Indonesia.
Para anggotanya diberi kesempatan untuk menjadi wirausahawan dengan menjual produk-produk ecoprint-nya atau sebagai reseller. Mereka juga diperbolehkan untuk memiliki merk dagang sendiri dari barang-barang produksinya.
"Ketentuannya sudah mengikuti pelatihan baik online maupun offline, tujuannya kalau ada orang tanya cara pembuatannya seperti apa, mereka sudah tahu, dan tidak bisa dijual sembarang orang, harus anggota saya sendiri," katanya.
Ide membangun sistem usaha itu didapat dari pengalamannya pernah menjadi marketing di salah satu bank dan berjualan produk mengikuti Multi Level Marketing (MLM). Namun, sistem usaha tersebut tidaklah sama dengan MLM dan sejenisnya.
"Beda dengan MLM, jauh sekali, kalau saya tidak ada ikatan, tidak ada paksaan, tidak ada pemberian reward, ya murni usaha jual - beli produk seperti pada umumnya, anggota saya mau jualan produk saya, saya produksi dan kirim barangnya, kemudian anggota saya bisa jualan dengan harga sampai dua kali lipat," katanya.
Untuk omzet setiap bulan dari hasil usahanya itu bisa mengantongi antara Rp 30 juta hingga Rp 80 juta.
Baca juga: Serka Heri Tekuni Bisnis Kopi hingga Kuasai Pasar Kafe di Malang Raya
Menurutnya, usaha ecoprint masih menjanjikan dengan potensi yang besar karena permintaan barang tidak selalu dapat terpenuhi olehnya.
"Ke depan kami ingin membeli mesin untuk membantu produksi skala besar terutama untuk kulit buat tas, sehingga produksinya bisa lebih banyak lagi," katanya.
Siti juga menjelaskan bagaimana proses pembuatan salah satu produk yakni kain ecoprint. Untuk proses awal, siapkan dua kain dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kemudian, kain direndam air yang sudah diberikan tawas, asetat dan lainnya selama 30 menit serta diaduk.
Setelahnya satu kain dibentangkan dan diberi dedaunan di atasnya sesuai selera. Daun-daun yang biasa digunakan seperti kayu afrika, jati, kentular dan lainnya. Setelah itu, kain lainnya ditaruh di atas kain pertama yang sudah diberi dedaunan tadi dan selanjutnya ditutup plastik keseluruhan pada bagian paling atasnya. Kemudian plastik diinjak-injak hingga merata selama 15 menit.
Selanjutnya, gulung keseluruhan bagian dan kemudian dikukus selama dua jam. Setelahnya, bentangkan kembali kain dan bersihkan dari dedaunan yang menempel. Kemudian kedua kain dijemur hingga kering.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.