Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Lebaran, Perajin Rebana di Kota Malang Kebanjiran Pesanan

Kompas.com - 19/04/2023, 13:00 WIB
Nugraha Perdana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Perajin rebana di Kota Malang kebanjiran pesanan saat bulan Ramadhan ini. Hal itu salah satunya dirasakan oleh Arief Priyadi (35) asal Jalan Kyai Parseh Jaya yang tampak masih sibuk mengerjakan pesanan bersama dua pekerjanya.

Arief terlihat sedang memukul-mukul rebana untuk menemukan bunyi tepat sesuai standar. Sedangkan dua pekerjanya mengerjakan pemasangan kulit sapi.

Pesanan yang diterima seperti dari sekolah-sekolah Paud, TK, SD dan SMP. Selain itu juga ada pesanan dari kelurahan-kelurahan di Kota Malang.

Baca juga: Jangan Sampai Rugi! Ini Tips Penting untuk Menghitung Diskon

"Tahun kemarin, pesanan rata-rata dari masjid-masjid, jemaah-jemaah, tahun ini dari kelurahan-kelurahan juga ada. Ada yang pesan 21 set, 15 set, 10 set, macam-macam," kata Arief pada Selasa (18/4/2023).

Pesanan datang jauh-jauh hari, bahkan satu bulan sebelum Ramadhan. Total, sudah lebih dari 50 set rebana yang dikerjakannya hingga jelang lebaran dalam kurun waktu satu bulan.

"Satu bulan sebelum puasa mengalami peningkatan, rata-rata pesannya sebelum Ramadhan, paling banyak pesan yang rebana satu set," katanya.

Harga rebana yang dijualnya berbeda-beda. Untuk harga satuan, mulai dari Rp 247.000 hingga Rp 350.000. Sedangkan untuk rebana satu set ada dari Rp 2,7 juta hingga Rp 3,5 juta.

"Yang versi Banjari Rp 1,950 juta, itu satu setnya ada lima alat, terdiri dari empat rebana, satu bass," katanya.

Ukuran standar satu rebana yakni dengan diameter antara 30 sampai 32 sentimeter. Sedangkan untuk pemesan dari Paud atau TK, biasanya ukuran rebana berdiameter 25 sentimeter.

Selain itu, Arief juga melayani pembuatan bedug baru dan reparasi rebana rusak. Hingga saat ini telah ada dua pesanan bedug yang dikerjakannya dengan diameter satu meter.

"Kalau bedug biasanya Rp 12,5 juta itu ukuran 1 meter, ya dikerjakan di sini, terus jadi dibawa ke lokasinya," katanya.

Baca juga: Cara Sukses Menarik Pelanggan Lewat Promo Lebaran

Lebih lanjut, di tengah banyaknya pesanan rebana yang datang, tantangan Arief yakni susahnya mencari stok kayu berkualitas.

Rebana yang dibuatnya biasanya menggunakan kayu mahoni atau kayu nangka sebagai bahan baku. Tapi, umumnya rebana memakai kayu mahoni. Diakuinya untuk saat ini kayu nangka sulit dicari dan harganya mahal.

"Kalau untuk bunyinya (kayu) nangka sebenarnya yang bagus, daripada mahoni. Tapi kayu nangka sulit, yang lagi ramai pakai kayu mahoni, biasanya dapat dari Jepara dan Kudus," katanya.

Untuk bahan baku lain seperti kulit tak ada kendala. Dirinya telah memiliki pemasok terpercaya untuk kulit sapi dari wilayah Blitar, Probolinggo, Jombang hingga Salatiga.

Kini, ia berharap agar bahan baku kayu utama untuk produksi rebananya mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Hal ini agar mengurangi beban ongkos produksi.

"Ya harapannya bahan baku mudah, produksi lancar, dan pemesanan datang terus. Apalagi ini Covid kan sudah reda, ini saja naik 30 persen, dibanding ketika Covid itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau