Ia mengungkapkan, awalnya ditertawakan tapi ada satu orang yang sangat berjasa, yakni Bupati Ngawi, Budi Sulistyono Kanang dengan memberikan masukan dan arahan desain supaya menjadi produk unggulan khas Ngawi.
Baca juga: LIVE Bronis UMKM 10 November: Kiat Sukses Ekspor Batik Maos, Dari Cilacap ke Mancanegara
“Apapun karya yang kami buat digunakan oleh beliau. Akhirnya, seluruh jajaran harus menggunakan baju batik seperti itu dan kami kebanjiran order. Kemudian, kami mulai mengikuti tren dengan masuk ke dunia media sosial seperti Instagram dan TikTok,” jelas Yohanes.
Sejauh ini, usaha Batik Widi Nugraha telah mengikuti berbagai event pameran dan fashion show di luar negeri seperti Tokyo, London, Moskow, dan Brunei.
Ketika ditanya modal, ia mengatakan sebesar Rp 60 juta. Sebanyak Rp10 juta dari tabungan dan Rp50 juta dari pinjaman bank. Pendapatan selama satu bulan sekitar Rp50 juta sampai Rp70 juta.
Hal yang membedakan dengan produk pesaing ada tiga hal, yakni tak meniru desain orang lain, bekerja sama dengan teman difabel tuli, dan menggunakan bahan yang berkualitas.
Yohanes berharap kondisi pasar kembali normal setelah pandemi dan minat orang untuk belanja baju khas daerah kembali tinggi, anak muda bangga menggunakan barang branded dalam negeri alias batik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.