Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Muhamad Ali, Buka Bisnis Ayam Guling saat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 14/06/2023, 19:00 WIB
Zalafina Safara Nasytha,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu mengakibatkan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya pandemi Covid-19 menjadi salah satu kendala yang hampir dirasakan oleh semua pelaku bisnis, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia.

Sama halnya dengan yang dirasakan oleh Muhamad Ali Nur Zaman (30), salah satu pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19.

Tadinya, ia menjalankan bisnis kopi sejak tahun 2019, tetapi karena terkendala Covid-19 akhirnya ia memutuskan untuk banting setir memulai sebuah bisnis baru yang diberi nama Ayam Guling Tjahaja.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Tak Halangi Yudhistira Hartanto Merintis Usaha Dean Harts Bbq

“Awal mulanya itu di bulan Juli 2021. Itu kita buka outlet di Jemursari, Surabaya. Sebenarnya, sebelum ini saya ada usaha lain juga, yaitu usaha bimbel yang masih sampai sekarang dan usaha kopi, tetapi karena ada Covid-19 dan terkendala operasional (usaha kopi) akhirnya berpindah ke jualan ayam,” jelas Ali saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (14/6/2023).

Alasannya memilih ayam pada saat itu karena ia melihat adanya peluang akan permintaan di pasar terkait makanan pokok untuk dikonsumsi sehari-hari. Terlebih lagi saat itu aktivitas di luar rumah masih dibatasi.

Baca juga: Founder EITR Fragrance Bagikan 5 Tips Memulai Bisnis

“Banyak orang yang mengonsumsi ayam tiap hari. Kemudian kenapa Ayam Guling karena pada saat itu kebutuhan akan makanan sehat juga lagi tinggi-tingginya, yang free MSG, tanpa, gula kemudian minyak,” tutur Ali.

Berdasarkan hal tersebut juga kemudian Ali memilih untuk menjual ayam guling sebagai makanan yang diproduksinya. Selain itu, kehadiran ayam guling juga menjadi salah satu keunikan yang ada di tengah-tengah banyaknya olahan ayam di pasaran.

“Ayam Guling ini sebenarnya resep keluarga kemudian saya coba untuk pasarkan dengan beberapa kali percobaan juga untuk memodifikasi rasa saat dijual ke konsumen,” ucapnya.

Baca juga: Cara Tingkatkan Brand Awareness Bisnis Kuliner, Sudah Tahu?

Untuk proses memasaknya sendiri dibutuhkan waktu cukup lama dengan awal mula ayam dibumbui, kemudian dimarinasi, dan dimasukkan ke pendingin selama minimal 12 jam supaya bumbunya meresap. Barulah setelah itu ayam siap dipanggang selama 2 jam.

Ali mengungkapkan bahwa dalam proses produksinya, sebagian besar masih ia lakukan sendiri mulai dari membuat bumbu hingga memasak ayamnya. Ayam guling yang dipanggangnya tersebut memiliki ciri khas bau rosemary.

Mengalami kendala dalam hal pemasaran, Ali mengungkapkan dirinya menggunakan strategi pemasaran digital untuk mengatasi hal tersebut. Pada saat pandemi sendiri banyak orang menghabiskan waktunya di rumah dan tidak jauh-jauh dari bermain ponsel.

Baca juga: Resmi Diluncurkan, Smesco-Skyeats Siapkan Teknologi Retort untuk UMKM Kuliner

“Kemarin itu kita ambil strategi dengan hire KOL jadi kita bekerja sama dan mengundang food vlogger. Akhirnya karena orang-orang itu berada di rumah dan pasti pegang hp akhirnya booming tuh,” kata Ali.

Terbukti efektif, penjualan yang tadinya hanya seperempat ekor per hari mengalami peningkatan hingga 16 ekor per hari. Tak hanya itu, ia juga memasukkan Ayam Guling Thajaja ke dalam platform ojek online yang di dalamnya terdapat fitur pesan antar makanan.

Di samping Ayam Guling, Ali juga menghadirkan menu paket lengkap dengan nasi dan sambalnya. Adapun nasi yang digunakannya merupakan Nasi Mandhi khas Arab, bukan nasi putih biasa.

Baca juga: Pemilik Kalav Burger Bagikan 3 Tips Strategi Marketing untuk Bisnis Kuliner

“Itu sebagai keunikan juga gitu ya. Karena kami juga ingin meningkatkan penjualan selain dari ayam akhirnya kita pilih Nasi Mandhi. Apalagi saat itu di Surabaya sangat jarang ada yang jual Nasi Mandhi ini. Saya melihat itu sebagai suatu peluang,” ujarnya.

Selain menyediakan menu paket reguler, Ali juga menawarkan paket hampers yang cocok untuk dikirim saat hari-hari besar, seperti Idul Fitri. Dengan memanfaatkan hari-hari besar, ia mengungkapkan penjualan dapat meningkat 2-3 kali lipat dari hari-hari biasa.

Meskipun masih berbentuk home industry, per bulannya Ali dapat menghabiskan sekitar 300-400 ekor ayam untuk memenuhi permintaan konsumen. Tercatat per bulannya sendiri Ali mampu mendapatkan omzet minimal Rp 30 juta dari bisnis Ayam Guling Tjahaja ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau