JAKARTA, KOMPAS.com – Di zaman serba modern ini, teknologi terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi bergerak di seluruh bidang, termasuk di dunia peternakan.
Namun demikian, saat ini para peternak masih menggunakan cara manual untuk pemberian pakan, menjaga suhu ruang, dan menjaga kelembaban kandang.
Sebagai bentuk upaya digitalisasi peternakan, Ahmad Fauzi (30), menciptakan teknologi manajemen pengolahan kandang yang efektif dan efisien.
Baca juga: 7 Tips Jitu Mendongkrak Penjualan dengan Program ‘Flash Sale’
Fauzi memulai usaha peternakan sejak tahun 2018, dengan beternak bebek dan sapi. Namun, keduanya gagal karena kurangnya pengetahuan dan market yang kecil.
“Saya gagal beternak sapi, karena kalah dengan sapi impor dari Australia dan juga marketnya kurang besar,” kata Fauzi (30), founder ternakayam kepada Kompas.com di acara Enterpreneur Hub di hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Kegagalannya tak membuat Fauzi patah semangat. Dari pengalaman sebelumnya, ia mencoba kembali memulai usaha di akhir tahun 2020. Kali ini, ternak ayam, dengan membudidayakan 10 ribu ekor ayam.
“Saya beternak ayam 10 ribu ekor dengan model apartement type close house,” jelasnya.
Perjalanan usahanya tak mulus, ia harus emnghadapi kenyataan kematian ayam hingga mencapai 10 persen.
Baca juga: Jeli Melihat Peluang, Evi Sukses Membangun Usaha Kuliner Damelecho
Kejadian tersebut membuatnya mencoba membuat teknologi, untuk mengontrol otomatisasi manajemen budidayanya.
“Saya melakukan trial and error sistem dan aplikasi teknologi manajemen budi daya selama kurang lebih satu tahun, dan menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta lebih,” ungkapnya.
Teknologi ini dapat mengatur berbagai equipment kandang, seperti lampu, pemanas, suhu, blower, kelembaban, CCTV, hingga indikator Amonia ayam.
“Kami juga punya aplikasinya. Jadi, bisa dikontrol dari jarak jauh. Sebagai contoh, saya bisa mengatur kandang yang ada di Bandung, meski saya di Jakarta,” jelasnya.
Selain itu, teknologi ini juga bisa digunakan untuk tanaman, seperti budi daya jamur yang hanya membutuhkan suhu dan kelembaban.
Sijalu Smart Poultry dibanderol dengan harga Rp 10 juta hingga Rp 15 juta, sudah termasuk pemasangan.
“Kami juga ada layanan uji coba gratis selama sebulan, untuk para peternak yang ingin mencoba dahulu teknologi kami,” katanya.
Baca juga: Kisah Jefri Wardana Merintis Usaha Kerajinan dari Bambu, Berawal sebagai Sampingan
Menurut Fauzi, banyak peternak Indonesia yang masih menggunakan metode konvensional dan kurang mahir dalam bermain gawai, sehingga kesulitan menggunakan teknologi baru.
“Mayoritas peternak kan orang tua, jadi sulit untuk mereka adopsi teknologi ini. Solusinya, kita mengincar peternak yang lebih muda, sehingga lebih mudah untuk mengadopsi teknologi ini,” terang Fauzi.
Saat ini, Sijalu Smart Poultry sudah masuk di beberapa daerah, yakni Cimahi, Kabupaten Bandung, Ciamis, dan Tasik.
“Kami juga sudah kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar seperti PLN melalui program CSR. Kami diminta untuk mengelola teknologi di program mereka,” ujarnya.
Dalam setahun, Fauzi mengungkap, dirinya mampu meraup omzet ratusan juta.
Ia juga meyakini, ke depannya bidang agrikultur juga pasti akan beralih ke digitalisasi, karena lebih efisien dan lebih murah.
Ia berharap bisa memberikan kontribusi lebih banyak untuk para peternak dan masyarakat.
“Saya ingin memperluas relasi dan mendapat ilmu baru. Saya juga berharap ada investor yang masuk, sehingga bisnis ini lebih besar dan lebih cepat berkembang,” pungkasnya.
Baca juga: Kisah Sukses Isa Juarsa Membangun Bakso Rusuk Joss hingga Punya Puluhan Cabang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.