Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Septi Merintis Bisnis Kerajinan Seven and Only dengan Modal Rp 300 Ribu

Kompas.com - 30/09/2023, 19:56 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Kompas.com – Kerajinan tangan selalu menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Hal ini dibuktikan oleh Septi, Owner Seven and Only. Ia menjalankan usaha ini sejak 8 Maret 2015.

Seven and Only merupakan brand yang bergerak di bidang fesyen dan craft.

Sebelum memulai brand Seven and Only, di tahun 2011-2012, Septi pernah membuat barang-barang dari bahan flanel, seperti tempat pensil.

Kemudian di tahun 2015, Septi mulai membuat tas handmade berbahan wastra nusantara atau ecoprint yang didesain sendiri.

“Saya suka produk handmade, meski saya tidak punya keterampilan menjahit. Saya belajar semuanya secara otodidak melalui komunitas pembuatan tas,” kata Septi (33), Owner Seven and Only kepada Kompas.com, Sabtu (30/9/2023).

Baca juga: Perjalanan Ahmad Fauzi Bangun Usaha, dari Beternak hingga Ciptakan Sijalu Smart Poultry

Makna Nama Seven and Only

Seven and Only merupakan ide Septi dan suami. Seven diambil dari nama Septi. Septi berarti tujuh. Menurut bahasa Jawa, tujuh itu pitu, yang berarti pitulungan atau pertolongan.

Septi berharap, dengan pemberian nama ini, semoga suatu hari bisa menjadi pertolongan dan menjadi sebuah brand yang memberikan manfaat.

“Kalau only itu berarti “hanya”. Dalam artian, Seven and only memiliki produk yang limited dan tentunya berbeda, sehingga produk itu hanya ada di kami,” lanjutnya.

Baca juga: Kisah Sukses Maulidin, Anak Disleksia yang Sukses Memproduksi Diorama

Produk Seven and Only

Septi memulai usaha kerajinan tangan, khususnya tas, dengan bermodalkan satu mesin jahit dan uang Rp 300 ribu untuk membeli bahan dan aksesoris tas.

Ia mengatakan, awalnya hanya membuat dan mencoba menawarkan ke teman-teman dekat dan mempromosikan di Facebook saja.

“Kalau omzet, perbulan kita bisa laku sekitar 20 produk. Omzet tidak menentu juga, kadang hanya mendapatkan Rp 5 juta, kadang bisa lebih dari Rp 10 juta. Rata-rata bisa Rp 7 juta per bulan,” jelasnya.

Diungkap Septi, saat ini sudah ada 100 model produk yang dimiliki Seven and Only, antara lain Deenara slingbag, Marie slingbag, Notty slingbag, Bhanavi slingbag, Annaila slingbag, dan Ecosy slingbag.

Harga produk dari brand Seven and Only juga terbilang ramah di kantong, mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung jenis dan varian produk.

Produk Seven and Only, Sabtu (30/9/2023)Nur Wahyu Pratama Produk Seven and Only, Sabtu (30/9/2023)
     
Produk Seven and Only, Sabtu (30/9/2023)Nur Wahyu Pratama Produk Seven and Only, Sabtu (30/9/2023)

 

Tantangan Seven and Only

Sama seperti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Seven and Only juga tak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Apalagi, Septi memproduksi tas handmade yang bukan kebutuhan pokok setiap orang.

“Kita sampai mengurangi 2 orang karyawan dari 7 orang, sekarang sisa 5 orang. Penjualan juga menurun dari 80 persen hingga 20 persen,” tuturnya.

Meski demikian, Septi tidak patah semangat. Ia memanfaatkan loyal customer untuk bisa bangkit menghadapi pandemi dengan menjual produk yang lebih inovatif dan menarik.

Selain pandemi Covid-19, ada banyak tantangan yang dihadapi oleh Septi selaku owner brand Seven and Only, seperti semakin banyaknya persaingan brand besar, brand KW, dan brand lokal yang bermunculan.

"Salah satu tantangan terbesar yaitu mengenalkan produk lokal ke masyarakat dan mengubah mindset masyarakat mengenai brand lokal, serta bagaimana caranya memperluas produk kita dan keberadaan kita," aku Septi.

Baca juga: Teten Masduki Sampaikan Dampak Perkembangan E-Commerce Terhadap UMKM

Pemasaran Seven and Only

Sejak awal memulai usaha, Septi sudah menjajakan produknya ke media sosial, yakni Facebook.

“Selain Facebook, sekarang kita juga gunakan Instagram (@sevenandonly), dan online shop seperti Shopee. Tahun 2017 juga kita pernah dapat orderan dari buyer luar negeri,” jelasnya.

Selain digitalisasi, Septi juga membuka kesempatan bagi reseller. Kini sudah ada 10 reseller yang bekerja sama dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kalimantan.

“Bahkan penjualan terbanyak itu di Pontianak, Kalimantan. Kemungkinan, mereka suka produk-produk handmade,” ujar Septi.

Baca juga: 6 Tips Sukses Membuka Jasa Pembuatan Website bagi Pelaku Usaha Pemula

Untuk mengembangkan usahanya, Septi juga bergabung dengan Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, dan Dinas Industri.

“Dinas Koperasi memberikan fasilitas untuk bisa bergabung dengan Pasar Kotagede yang di Yogyakarta International Airport (Bandara YIA) ,dengan program yang bernama Sibakul,” katanya.

Selain itu, Septi juga diajak berpartisipasi dalam pameran lokal, seperti Jogja Expo Center dan Inacraft di Jakarta.

Produk Seven and Only juga tersedia secara offline, di hotel Mercure dan Plaza Malioboro.

Baca juga: Bisa Dari Rumah, Simak Tips Sukses Memulai Usaha Sushi Rumahan

Septi berharap, ke depannya produk lokal UMKM bisa memiliki pangsa pasar, target pasar, dan daya minat pembeli yang lebih tinggi dibanding produk tas KW, sehingga masyarakat bisa memiliki rasa bangga terhadap produk lokal.

Bukan hanya itu, ia juga berharap, para pelaku UMKM  mendapatkan support untuk terus tumbuh dan berkembang, hingga bisa membawa nama bangsa ke dunia global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com