KOMPAS.com - Beragam barang bekas yang dihasilkan dari olah lapangan sebah jasa kontraktor, umumnya hanya akan menjadi sampah, karena tidak memiliki nilai jual.
Sosok Alip Damanto atau yang akrab disapa Alip, mulanya adalah seseorang yang bekerja di sebuah sub kontraktor di daerah Purworejo, Jawa Tengah.
Pekerjaan itulah yang akhirnya membawa dia untuk memulai bisnis Syahda Craft, yakni sebuah bisnis ukir dan lukis di atas media paralon bekas.
Baca juga: Cerita Alberthina Asal NTT Membangun Bisnis Cokelat DHokiest
“Asal mula Syahda Craft muncul dari keprihatinan saya terhadap sampah yang melimpah hasil dari pembangunan perumahan. Dari sisa-sisa paralon itu, saya manfaatkan kembali jadi sesuatu yang memiliki nilai jual lebih,” jelas Alip kepada Kompas.com dalam sambungan telepon beberapa waktu lalu.
Dia mengolah pipa paralon bekas yang didapatkan dari lokasi pembangunan perumahan, menjadi ukiran dan lukisan dinding.
“Saya buat limbah pipa paralon itu jadi beragam hiasan dinding, baik itu jam dinding, hiasan ukiran dinding, lampu hias, dan banyak lagi macamnya,” sambung Alip.
Alip memulai bisnis Syahda Craft sejak tahun 2019. Sebelumnya, ia pernah membangun usaha dengan memanfaatkan bahan baku karton bekas yang dibuat menjadi gift box.
Bisnis itu dia jalankan sejak tahun 2005 silam dengan alasan yang sama, yakni keprihatinannya terhadap sampah karton yang menumpuk dan tidak bernilai ekonomis.
Selama memproduksi gift box pesanan, Alip juga memberdayakan tetangga sekitarnya untuk turut membantunya.
“Itu orang-orang di lingkungan sekitar rumah, saya suruh ikut membuat boks dan dulu kan ramai ditaruh di toko-toko giu, jadi dulu seminggu bisa menghasilkan 400 - 500 boks,” lanjutnya.
Bisnis membuat beragam gift box ini, dijalankan Alip hingga memasuki tahun 2020, di saat pandemi mewabah dan membuat bisnisnya ini tidak berjalan lagi.
Baca juga: Cerita Roy Anugrah, Perajin Kayu yang Produknya Sampai Spanyol
Saat membangun Syahda Craft di 2019, Alip mengaku mengeluarkan modal tidak lebih dari Rp 2 juta. Modal tersebut digunakannya untuk membeli bor besar dan kecil, gerinda, dan gerinda amplas.
“Modalnya itu cuma buat beli alat-alat itu saja, karena kalau yang lainnya tuh, ya saya sudah ada, bisa manfaatkan yang ada di rumah,” kata Alip.
Ia mengungkap, saat ini omzet Syahda Craft per tahunnya mencapai Rp100 - Rp120 juta.
Jumlah ini tentu tidak selalu sama, mengingat kebutuhan untuk bisnisnya juga tidak menentu, menyesuaikan dengan pesanan dan kebutuhan bahan baku.