JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak kaum anak muda seperti pelajar atau mahasiswa yang terjun ke dunia bisnis untuk untuk mencari pundi-pundi uang. Mereka berbisnis untuk menambah uang jajannya.
Tyara Aulia Anjani merupakan salah satunya. Perempuan berusia 23 tahun itu memutuskan terjun ke dunia bisnis bakery saat dirinya masih berada di bangku perkuliahan, tepatnya di tahun 2020 lalu. Bisnis bakery-nya itu ia namakan “Pawoonku” yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Dari Mahasiswa “Kupu-Kupu”, Elisa Angela Sukses Bisnis A Cake A Day
Tyara mengaku sangat suka memasak, tepatnya baking. Ia menyukai baking sejak dibelikan oven oleh sang nenek tercinta.
Pertama kali ia mencoba memasak makanan yang sedang viral dan kemudian Ia bagi-bagikan kepada keluarga dan teman-teman dekatnya.
“Awalnya coba masak yang lagi viral kayak waktu itu kan Garlic Cheese Bread. Aku buatin ke keluarga dan temen-temen, katanya pada cocok sama rasanya, makanya aku berani coba jualan,” katanya saat dihubungi Kompas.com pada (19/03/2024).
Awalnya Tyara hanya berjualan di Facebook. Seiring berjalannya waktu, Ia bermain di media sosial lain seperti Instagram dan Twitter. Promosi juga dilakukan mulut ke mulut, yaitu kepada teman-teman Tyara, yang akhirnya menyebar ke seluruh lingkungan kampusnya.
Modal awal yang dibutuhkan Tyara untuk membuka usaha ini tidak terbilang besar karena ia selalu menggunakan sistem pre order (PO). Ia hanya menghabiskan modal tak sampai Rp 2 juta untuk membeli bahan-bahan kue.
Dengan Rp 2 juta itu, bahan yang dipakai tak sekali habis dan bisa digunakan untuk produksi beberapa kali lagi. Dengan modal yang minim itu, Tyara dapat menghasilkan omzet sebesar Rp 8,5 juta perbulannya.
Dalam sebulan, Tyara hanya membuka 4-5 kali PO. Sekali PO, pesanan bisa masuk hingga 100 buah dan bahkan lebih.
“Bulan kemarin masih empat kali PO aja, untuk bulan depan mau diperbanyak, jadi 8 kali PO dalam sebulan,” ujar Tyara.
Baca juga: Adri Sukses Berbisnis Kue Kering di Tengah Kesibukan sebagai Petugas ATC
Saat pertama kali menjalankan usaha, ia kerap merasakan kendala karena harus menyesuaikan waktu dengan pendidikannya. Saat awal, usahanya pernah berhenti sejenak karena ia harus fokus menyelesaikan skripsinya.
Maka dari itu, ia belum yakin apa ia serius menjalankan usaha ini atau tidak. Akibatnya ia kurang konsisten dalam menjalankan Pawoonku.
“Awal mula buka usaha, aku masih labil, seperti kalau jualan tergantung mood atau kalo lagi luang aja. Jadi sempat bingung seriusin bisnis ini atau enggak. Ditambah waktu menyelesaikan skripsi sama beberapa masalah lainnya,” kata Tyara.
Setelah resmi menyandang gelar sarjana, Tyara justru mulai fokus dan berkomitmen akan usahanya itu. Berbeda dengan fresh-graduate di luar sana yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, Tyara justru ingin menekuni bisnisnya sendiri.
Melihat teman sebaya sudah mendapatkan kerja, membuatnya semakin terpacu untuk membesarkan nama bisnisnya, yaitu Pawoonku. Tyara mengaku lebih menikmati berbisnis daripada harus menjadi karyawan untuk usaha orang lain.