"Ada kisahnya untuk buah pala di Bogor, di sini buah pala bukan barang asing. Sejarah zaman kerajaan, pernah ada perjanjian perdagangan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis untuk rempah-rempah, diantaranya buah pala. Terbukti, kebun pala memang banyak di Bogor. Jadi buah pala ini memang sesuatu yang lokal dari Bogor," cerita Ambar.
Baca juga: Berawal dari Lapak Pinggir Jalan, Kini Kardila Sukses Buka Galeri Lansekap dan Tanaman Hias
Saat memulai bisnis keluarga ini, di antara Ibu Ambar, Pak Indra dan Teh Rayi belum ada yang memiliki background kuliner.
Namun, Rayi akhirnya mengambil kuliah D3 di IPB University jurusan manajemen industri makanan dan gizi, kemudian melanjutkan S1 di Binus University jurusan manajemen bisnis.
Rayi mengaku, hal itu menjadi upayanya untuk membuat bisnis keluarga ini lebih sustain kedepannya.
Ambar dan keluarga yang tak memiliki latar belakang kuliner, melewati trials and errors mencari resep selama tiga bulan lamanya. Setelah mendapat resep yang fix, Mochibo mulai dipasarkan melalui bazar ke bazar.
"Kurang lebih kami cari resep selama tiga bulan, apalagi untuk buah pala ini sesuatu yang berbeda untuk dikombinasikan dengan mochi. Setelah kami yakin dengan produk ini, kami langsung mengurus perizinan untuk Mochibo," tutur Ambar.
Pertama kali kami berjualan itu 4 Agustus 2014 di bazar peresmian RSUD Bogor karena kami menjadi bagian dari binaan Pemerintah Kota Bogor," lanjutnya.
Dimulai dari bazar ke bazar, lama-kelamaan Mochibo mulai dititipkan ke toko oleh-oleh dan berbagai tempat wisata di Bogor sampai ke Puncak.
Menurut Rayi, karena Mochibo menjual oleh-oleh khas Bogor maka akan lebih tepat sasaran jika menitipkannya di tempat wisata, karena banyak wisatawan yang datang ke sana. Rupanya cara ini memang berhasil meningkatkan brand awareness Mochibo.
"Kalau official store Rumah Mochibo ini baru berdiri di tahun 2021," imbuh Rayi.
Baca juga: Dari Beauty Vlogger, Rania Merambah Bisnis Florist Beromzet Jutaan Rupiah
Bisnis apa pun tidak akan lepas dari tantangan. Khususnya di bisnis Food and Beverage (FnB), banyak sekali tren baru yang perputarannya sangat cepat. Mochibo berusaha tetap konsisten di tengah banyaknya tren FnB.
"Tantangan kami adalah bagaimana cara kami konsisten ketika banyak tren-tren baru yang masuk. Karena harus difilter mana yang masih masuk dengan Mochibo untuk bisa dikembangkan. Jadi kami enggak ikut-ikutan, karena belum tentu yang viral ini akan bertahan lama," ujar Rayi
Selain itu, Ibu Ambar juga mulai beradaptasi dengan era digital. Dibantu dengan anaknya, Teh Rayi yang memberi masukan untuk memperbarui frame Mochibo menjadi lebih menarik dan menggugah minat masyarakat.
Baca juga: Daging Buah Pala, dari Limbah Kini jadi Cuan
"Teh Rayi membantu bagaimana mengemas makanan dengan lebih menarik sampai membuat orang-orang kabita (Bahasa Sunda). Istilahnya ingin banget mencoba karena melihat fotonya, kemasannya, dan tagline bahasanya. Itu yang menjadi tantangan baru untuk saya selama perjalanan 10 tahun Mochibo ini," tambah Ambar.
Persaingan di bisnis FnB juga bukan hal yang asing lagi. Namun, Rayi berusaha menyikapinya untuk membangun kolaborasi dengan pebisnis lain.
Mochibo kini juga telah berkolaborasi dengan KWT Bina Tani untuk mendapatkan supply buah pala.
Di momen tertentu khususnya saat momen liburan, dalam satu hari Mochibo bisa memproduksi hingga 5.000 pieces mochi dengan 11 varian rasa.
Tidak hanya dicari oleh para wisatawan, tapi juga banyak masyarakat Bogor yang membawa Mochibo untuk oleh-oleh dan hampers di momen mudik lebaran.
Saat ini Mochibo sudah memiliki 11 karyawan dan turut memberdayakan masyarakat sekitar. Banyak pekerja ibu-ibu di Mochibo, yang mengisi waktu bekerja sambil menunggu anaknya pulang sekolah.
Baca juga: Kisah Farhan, Mantan Karyawan Kantoran yang Kini Punya Tiga Outlet Jus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.