JAKARTA, KOMPAS.com – Di dalam dunia kuliner, tidak sedikit orang yang memulai karir mereka dari bawah. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, mereka fokus untuk menjadi seorang chef (juru masak). Setelah puas bekerja di dapur, banyak juga yang memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri.
Salah satunya adalah Nurhayati (51), ia merupakan seorang chef di bidang pastry dan bakery. Nurhayati bekerja dari tahun 1991 sebagai chef. Kemudian, pada tahun 2007 ia memutuskan membuka bisnis kuenya sendiri, yang diberi nama Cahaya Cookies.
Baca juga: 4 Kiat Sukses bagi Mantan Chef Restoran Memulai Bisnis Kuliner Pribadi
“Saya memang bekerja di FnB jadi chef, tapi sekarang ini handle di back office-nya saja. Waktu itu pernah juga jadi asesor kompetensi juga yang medamping UMKM, terus melihat peluang mereka ternyata besar juga, jadi saya juga buka bisnis sendiri,” jelas Nurhayati di Jakarta, Senin (08/04/2024).
“Kalau ditanya kenapa saya pilih bisnis kue, karena kalau bakery atau pastry itu kayak seni. Selain itu ya juga karena basic dan passion saya memang di kue,” tambahnya.
Tahun 2007 Nurhayati mengaku masih melakukannya dengan iseng-iseng saja, karena masih fokus pada pekerjaan utamanya yaitu chef. Namun mulai tahun 2015, Nurhayati fokus untuk menjadi entrepreneur dan fokus kepada Cahaya Cookies.
Ia mulai mencari bantuan pemerintah atau komunitas-komunitas yang dapat membantunya berkembang dalam bisnis. Tahun 2015 ia mulai bergabung dengan Jakarta Entepreneur, yaitu komunitas wrausaha di Jakarta. Ia mengaku mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk terus membangun bisnisnya tersebut.
Jakpreneur telah banyak membantu Nurhayati, termasuk dalam pengurusan sertifikasi halal dan P-IRT. Jakpreneur juga selalu membawa Cahaya Cookies untuk mengikuti pameran di berbagai daerah.
Bentuk keseriusan Nurhayati dan bantuan Jakpreneur bagi Cahaya Cookies nyata terlihat. Memasuki bulan Ramadhan ini, Nurhayati bisa menerima puluhan ribu pesanan kue kering dan kue-kue lainnya. Bahkan tahun ini, Nurhayati menerima pesanan 5.000 toples dari hotel bintang lima di Jakarta.
Baca juga: Cerita Rosalia, Bisnis Kue Kering hingga Laris Ribuan Toples saat Ramadhan
“Dengan pencapaian itu, saya mau membuktikan bahwa produk UMKM juga kuat dan bisa bersaing dengan makanan atau merek-merek mewah di luar sana,” ujarnya.
Banyaknya pesanan yang masuk itu berdampak pada kenaikan omzet Cahaya Cookies. Di bulan Ramadhan, Nurhayati mengaku ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 150 juta, padahal jika di bulan biasa, ia hanya menerima sekitar Rp 9 juta per bulannya.
Padahal untuk memulai bisnisnya pun tak menggunakan modal yang tinggi. Nurhayati mengaku ia hanya memerlukan modal sebesar Rp 5 juta untuk memulai Cahaya Cookies.
Cahaya Cookies menggunakan bahan-bahan kelas satu atau premium untuk memproduksi kue-kuenya. Namun, Nurhayati memasarkannya dengan harga-harga yang cukup murah, yaitu mulai dari Rp 15.000 sampai yang termahal hanya di angka Rp 80.000.
“Cahaya Cookies itu, rasa nintang lima, harga kaki lima. Walaupun pakai bahan premium, tapi harganya saya buat murah. Jadi saya siap dan berani bersaing,” ungkap Nurhayati.
Varian-varian di Cahaya Cookies itu terdiri dari rice crispy, roti panggang, lapis peanut, bomboloni, puding kelapa cokelat, choco chips, nastar berbentuk tulip, dan masih banyak lagi. Varian unggulan Nurhayati adalah rice crispy.
Nurhayati berkomitmen untuk melakukan produksi yang tidak biasa dan spesial. Ia terus bereksperimen agar produknya berbeda dan tidak dipunyai oleh kompetitor lain seperti rice crispy tersebut yang tidak dimiliki di bisnis cookies lainnya.