Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Cocos Trisada, Rintis Usaha Alas Kaki Berbahan Limbah Eceng Gondok

Kompas.com - 14/04/2024, 19:00 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Para pelaku ekonomi kreatif kerap menemukan ide bisnis dari mana saja. Indonesia, yang merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah, bahkan bisa menjadi ladang inspirasi bagi mereka.

Salah satunya adalah Cocos Trisada (56) yang membuat alas kaki berupa sendal dan sepatu dari material alam, seperti eceng gondok, kulit kayu, daun pandan, palem, dan masih banyak lagi.

Usaha alas kaki-nya itu ia mulai tahun 2001 dengan nama Tangankoe. Bisnis Tangankoe merupakan bisnis dengan produk sustainable karena ramah lingkungan dan menggunakan limbah yang tak terpakai lagi, yang kemudian diubah menjadi produk yang bernilai tinggi.

Baca juga: Keewa, Bisnis Sepatu Kulit asal Yogya yang Menembus Pasar Luar Negeri

“Tangankoe ini memanfaatkan bahan yang melimpah di Indonesia, seperti eceng gondok yang hanya menjadi gulma atau kulit-kulit kayu yang menjadi sampah. Kami olah menjadi sendal atau sepatu yang unik,” Jelas Trisada beberapa waktu lalu di Jakarta.

Mengambil Eceng Gondok dari Sungai dan Kayu dari Tukang Kayu untuk Produksi

Trisada mengaku untuk memulai bisnis ini ia hanya memerlukan modal sekitar Rp 1 juta, karena menggunakan bahan-bahan yang murah bahkan tidak berbayar. Ia mengambil eceng gondok langsung dari sungai, sedangkan untuk kulit kayu-nya ia mengambil dari tukang kayu.

Setelah mendapatkan semua bahan yang ia butuhkan, ia melakukan treatment atau memproses bahan-bahan alam itu agar tidak jamuran dan bisa awet. Trisna menjelaskan bahwa ia mempunyai tempat seperti laboraturium sederhana untuk memprosesnya.

Setelah mengawetkan bahan-bahan alam itu, Trisna akan mendesain sepatu ataupun sendalnya. Lalu, ia akan membuat sampelnya terlebih dahulu untuk melihat pasar.

Omzet Hingga Rp 25 Juta

Meskipun dengan menggunakan bahan yang murah seperti eceng gondok, dan lain-lain, Trisna berhasil menjadikan bahan yang tak terpakai menjadi bernilai jual tinggi.

Produk Tangankoe dijual dengan rentang harga dari yang termurah yaitu Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta. Dalam sebulan, Trisna bisa menghasilkan omzet sebesar Rp 20 – 25 juta.

Produk Tangankoe Sendal di Pameran Kemenkop UKMKompas.com - Ester Claudia Pricilia Produk Tangankoe Sendal di Pameran Kemenkop UKM

Produksi Handmade Tanpa Bantuan Mesin Produksi dan Seorang Diri

Untuk mengerjakan sendal dan sepatu Tangankoe, Trisada mengaku hanya menggunakan tangan, tanpa bantuan mesin apapun. Ia sendiri juga yang menjadi desainer serta memasarkan produk Tangankoe.

Baca juga: Sebatik, Sepatu Buatan UMKM yang Berhasil Tembus Sarinah

“Yang ada bantuan alat-alat paling cuma jarum sama gunting, selebihnya menggunakan tangan sendiri,” kata Trisada

Dalam sehari, Trisada bisa menghasilkan 1-2 pasang sepatu atau sendal, atau perbulan ia akan menghasilkan sekitar 50pcs.

“Jadi memang saya melakukannya seorang diri, dari hulu ke hilir bisnis ini masih saya yang handle sendiri,” tambahnya.

Memberikan Ilmunya kepada Orang Banyak di Berbagai Daerah

Walaupun bekerja seorang diri, Trisna juga menularkan atau mengajarkan cara mengrajin sendal dan sepatu yang menggunakan bahan alami itu ke banyak perajin atau mereka yang belum mempunyai basic  sama sekali.

Trisada mengajarkan orang-orang itu di berbagai daerah Indonesia, contohnya Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan beberapa di pulau Jawa. Perajin-perajin yang sudah diajarkan oleh Trisna jika ditotal bisa sebanyak 100 orang.

“Mereka juga seperti partner saya, jadi selain saya ajarkan mereka supaya mereka bisa menghasilkan produk, mereka juga akan membantu saya membuat produk Tangankoe kalau permintaan atau pesanan melonjak,” ungkap pria asli Semarang itu.

Produk Tangakoe Sampai ke Pasar Singapura, Australia, Italia, Singapura

Produk Tangankoe ini berhasil tembus ke pasar ekspor. Trisada melakukan eskpor secara mandiri, yaitu mulai dari menjualnya, mencari buyer-nya, dan lain-lain.

Untuk melakukan ekspor itu ia menggunakan aplikasi-aplikasi dari luar negeri. Selain itu juga ia menggunakan media sosial Instagram (@tangankoe_rek), serta pameran untuk pemasaran Tangankoe.

Dengan pemasaran yang ia lakukan, produk Tangankoe telah berhasil ekspor ke luar negeri yaitu Singapura, Australia, Italia hingga masih banyak lagi. Sekali ekspor bisa sampai 300 hingga 400 pasang.

“Dari awal memang target pasar saya lebih ke ekspor. Namun kalau dalam negeri saya lebih menargetkan orang yang lebih menghargai nilai-nilai seni dalam sebuah produk,” ujar Pria berusia 56 tahun itu.

Kendala Pemasaran Online dan Produksi serta Solusi yang dilakukan

Sama seperti usaha lainnya yang mempunyai kendala, Trisada juga kerap merasakan adanya kendala dan tantangan dalam usaha Tangankoe ini. Pertama dalam sektor pemasaran.

Usaha alas kaki seperti sepatu dan sendal adalah usaha yang produknya harus dilihat secara lansgung dan harus dicoba untuk mengetahui apakah ukurannya cocok atau tidak. Jadi untuk pemasaran online, Trisada mengaku agak menjadi hambatan atau kendala pemasaran Tangankoe.

Untuk hal ini Trisada selalu mencantumkan size chart-nya agar pembeli mengetahui ukuran mereka. Maka, Trisada sangat membutuhkan pameran yang dilakukan sesering mungkin.

Kedua adalah permasalahan tenaga kerja. Jika ekspor atau pesanan yang masuk banyak, maka tentu membutuhkan kapasitas produksi yang besar. Tangankoe adalah produk yang dibuat oleh tangan.

Produk Tangankoe Sendal di Pameran Kemenkop UKMKompas.com - Ester Claudia Pricilia Produk Tangankoe Sendal di Pameran Kemenkop UKM

Untuk memenuhi target permintaan itu Trisada sering mengalami kesulitan karena sedikitnya perajin yang bisa mengerjakan sesuai dengan target dan waktu yang telah ditentukan.

UMKM Binaan KemenKopUKM

Dari tahun 2018, Tangakoe merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang telah dibina oleh Kementrian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM). Trisna mengaku dibina dari awal untuk mengelola bisnisnya hingga kepada pemasaran.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta UMKM Gunakan Bahan Baku Lokal

“Beberapa kali pun saya juga pernah dijadikan narasumber olek KemenKopUKM untuk membagikan ilmu tentang apa yang saya buat dari produk-produk Tangankoe,” ungkapnya.

Pada akhir, Trisna berharap ilmu yang ia bagikan ke banyak orang, termasuk kepada binaan pengrajinnya bisa bermanfaat agar pengrajin itu bisa menghasilkan produk yang bernilai tinggi dan bisa menambah penghasilan mereka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau