Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layang-layang, Permainan Tradisional yang Tetap Memiliki Nilai Ekonomi

Kompas.com - 29/04/2024, 11:16 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah semakin gencarnya permainan digital dari berbagai game developer, beberapa jenis mainan tradisional tetap mendapatkan tempat di hati masyarakat. Salah satunya adalah layang-layang, yang hingga kini masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak.

Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang menjadi pilihan anak-anak di Indonesia. Dengan memanfaatkan bahan baku bambu, kertas, dan benang, alat permainan ini bisa diperoleh dengan biaya yang cukup murah.

Layang-layang pastinya dimainkan saat memasuki musim kemarau. Di Jawa Barat, mainan ini kerap bersanding dengan permainan tradisional lainnya yang juga memanfaatkan angin, yakni kincir angin dari bambu atau dalam istilah Sunda disebut kolecer.

Baca juga: Melihat Geliat Kampung Layang-layang di Cimande Kabupaten Bogor

Berbeda dengan permainan tradisional lain yang mulai ditinggalkan, layang-layang masih dipilih karena menawarkan sejumlah keseruan. Mulai dari proses menghias, menerbangkan, hingga mengadu menjadi kelebihan yang ditawarkan oleh alat permainan ini.

Hal ini pula yang membuat layang-layang permainan tradisional yang memiliki nilai ekonomi. Ini terlihat dari banyaknya perajin yang membuat mainan ini untuk dijual ke pasar, dan menciptakan rantai pasok sendiri.

Salah satu lokasi yang menjadi sentra produsen layang-layang adalah Kampung Tarikolot, Kecamatan Cimande, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Di lokasi ini, ada puluhan perajin layang-layang yang setiap hari memproduksi alat permainan tradisional tersebut.

Memberdayakan Petani

Salah satu perajin dan juga pengepul layang-layang adalah Tinawati (37). Dia sudah 7 tahun ini menggeluti usaha layang-layang karena selalu ada permintaan dari konsumen.

Dia mengungkapkan bahwa usaha layang-layang ini bisa menjadi sumber pendapatan keluarganya maupun perajin lain yang dia koordinir.

“Ada sebanyak 15 perajin yang saya koordinir. Mereka membuat layang-layang kemudian disetor ke saya,” kata Tinawati saat ditemui di rumahnya, Sabtu (20/4/2024).

Baca juga: Pernah Merugi Berbisnis Beras dan Kayu, Titin Sukses jadi Perajin Layang-layang

Wanita yang akrab dipanggil Titin ini mengungkapkan permintaan terhadap layang-layang cukup besar, terlebih saat musim kemarau. Hal ini membuat dia kerap kewalahan untuk memenuhi pesanan pelanggan.

Karena itu, dia memilih untuk menggandeng perajin yang ada di sekitar rumahnya. Mereka sebagian di antaranya adalah petani yang setiap hari menggarap sawah dan kebun.

Di sela-sela bertani dan berkebun, para petani tersebut juga membuat layang-layang di waktu senggangnya. Hasilnya, mereka setorkan kepada Titin.

Tinawati atau Titin (37) salah satu perajin dan pengepul layang-layang di Kampung Tarikolot, Cimande, Kabupaten Bogor Jawa BaratKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Tinawati atau Titin (37) salah satu perajin dan pengepul layang-layang di Kampung Tarikolot, Cimande, Kabupaten Bogor Jawa Barat

“Setiap perajin bisa memproduksi satu hingga dua bal layang-layang atau 1.000 hingga 2.000 lembar per minggu,” jelas dia.

Sementara bagi Titin, dalam sepekan dia bisa mengumpulkan sekitar 15 bal hingga 30 bal layang-layang yang dijual kembali kepada agen layang-layang senilai Rp 350.000 per bal.

Menjadi Desa Wisata

Keberadaan perajin layang-layang ini semakin melengkapi potensi ekonomi yang ada di Cimande yang sebelumnya banyak ditopang oleh perekonomian berbasis kearifan lokal.

Kearifan lokal yang dimaksud adalah pengobatan patah tulang oleh warga setempat. Karena itu pula, banyak masyarakat dari luar Caringin yang datang ke tempat ini untuk berobat.

Pemerintah Kecamatan Caringin dalam website resminya kecamatancaringin.bogorkab.go.id menyatakan banyak warga di Cimande yang mampu menghasilkan layang-layang dengan kualitas baik. Hal ini bisa menjadi nilai tambah bagi perekonomian desa ini.

Baca juga: Ingin Jalankan Bisnis Desa Wisata? Ini Tips dari Kemenparekraf agar Sukses

“Selain potensi pertanian, potensi produk-produk kreatif juga ada di desa ini, seperti yang dihasilkan oleh warga di RT 12 hingga RT 16, disini warganya banyak yang memproduksi layang-layang yang dikenal memiliki kualitas terbang yang baik. Cimande sebagai Desa Wisata, tetap harus berdasarkan kearifan lokal dan tetap menjaga nilai budaya,” tulis Pemerintah Kecamatan Cimande.

Mendapat Kucuran KUR BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) pun membaca potensi ekonomi tersebut. Melalui BRI Unit Cijeruk, bank BUMN ini memiliki program pemberian kredit kepada perajin layang-layang di Cimande.

Tinawati atau Titin (37) tengah menata bahan baku layang-layang. Bahan baku ini nantinya diberikan ke perajin untuk kemudian dibuat layang-layangKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Tinawati atau Titin (37) tengah menata bahan baku layang-layang. Bahan baku ini nantinya diberikan ke perajin untuk kemudian dibuat layang-layang

Mantri BRI Unit Cijeruk Ricki Rahmat menuturkan daerah Cimande memang menjadi sentra kerajinan layang-layang. Para perajin banyak ditemui di Kampung Tarikolot dan Lemahduwur.

“Memang ada keunikan pada klaster layang-layang ini. Di Kampung Tarikolot dan Lemahduwur perajin masih bertahan. Selain petani, kebun, di sana ada pekerjaan sambilan yakni membuat layang-layang,” kata Ricki.

Ricki mengungkapkan bahwa bisnis layang-layang di Cimande ini turut berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat setempat. Sebagaimana yang dilakukan oleh Tinawati, usaha yang dijalankan bisa membantu perekonomian warga lainnya yang menjadi perajin.

Baca juga: Dari Driver Ojek Online, Olan Sukses Jadi Juragan Loyang dengan Bantuan KUR

“Kami mengucurkan KUR untuk perajin layang-layang guna mendukung usaha yang dijalankan ini bisa berkembang lebih baik,” kata Ricki.

Sementara itu, Titin menyampaikan terima kasih atas fasilitas KUR dari BRI yang dia terima. Menurutnya, pinjaman tersebut dipakai untuk memperkuat modal usaha, terutama untuk membeli bahan baku serta membayar para perajin yang berada di bawah koordinasinya.

“Alhamdulillah, dengan KUR BRI saya bisa menjalankan usaha ini. Harapannya ke depan usaha layang-layang ini bisa berkembang lebih baik lagi,” jelas Titin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau