Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Geliat Kampung Layang-layang di Cimande Kabupaten Bogor

Kompas.com - 22/04/2024, 21:55 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Desa Cimande Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor selama ini dikenal sebagai pusat pengobatan dan terapi patah tulang. Ada puluhan terapis tulang di desa ini yang siap menangani berbagai keluhan pasien yang datang dari berbagai daerah.

Di balik tenarnya Cimande sebagai pusat terapi tulang, daerah ini sebenarnya juga memiliki aktivitas ekonomi lainnya yang turut berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat, yakni produksi layang-layang.

Bagi masyarakat Cimande, utamanya mereka yang tinggal di Kampung Tarikolot, membuat layang-layang merupakan aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di sela-sela berkebun dan bertani, banyak warga di kampung ini yang membuat mainan tersebut.

Baca juga: Ingin Ajukan KUR BRI? Pahami Persyaratan dan Aturan Mainnya

Hal ini pula yang kemudian membuat Kampung Tarikolot selama bertahun-tahun menjadi sentra perajin layang-layang. Banyak pedagang dari luar daerah yang mengambil barang dari daerah ini untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Aktivitas produksi dan jual-beli layang-layang semakin bergeliat ketika memasuki musim kemarau. Perputaran uang cukup besar dan membuat para perajin menikmati hasil yang lumayan.

Sentra Layang-layang di Tarikolot Cimande

Salah satu perajin dan pengepul layang-layang di Kampung Tarikolot, Cimande Kabupaten Bogor adalah Tinawati atau akrab dipanggil Titin (37). Sudah sekitar 7 tahun dia menekuni usaha ini, dan saat ini memiliki mitra sebanyak 15 orang perajin layang-layang.

“Layang-layang yang saya jual ini sebagian besar dibuat oleh mitra perajin. Semua bahan baku dari saya dan saya membayar jasa ke para perajin tersebut,” kata Titin saat ditemui di kediamannya, Sabtu (20/4/2024).

Para perajin tersebut setiap minggu menyetorkan layang-layang yang dibuat kepada Titin dengan jumlah yang beragam, mulai dari 2 bal hingga 3 bal. Di mana, 1 bal berjumlah 1.000 lembar layang-layang.

Baca juga: Klaster Bisnis Tahu-Tempe Binaan BRI Ini Punya Aturan Bisnis Sendiri, Seperti Apa?

Para perajin yang menjadi mitra Titin membuat layang-layang di sela-sela waktu luang usai bekerja dari sawah dan kebun, dan menjadi tambahan pendapatan mereka yang pekerjaan utamanya adalah bertani dan berkebun.

“Jasa pembuatan yang saya berikan kepada perajin bermacam-macam, mulai dari Rp 50.000 per bal hingga Rp 70.000 per bal tergantung jenisnya,” kata Titin.

Ongkos pembuatan paling murah diberikan untuk perajin yang menggunakan bahan dari plastik yakni Rp 50.000 per bal. Menempati urutan kedua adalah layang-layang berbahan kertas, yang dihargai RP 60.000 per bal.

Termahal adalah layang-layang yang menggunakan bahan kertas sablon. Titin menghargai perajin Rp 70.000 per bal untuk pembuatan jenis ini.

Kerajinan Turun-temurun

Tinawati atau Titin (37) tengah menata bahan baku layang-layang. Bahan baku ini nantinya diberikan ke perajin untuk kemudian dibuat layang-layangKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Tinawati atau Titin (37) tengah menata bahan baku layang-layang. Bahan baku ini nantinya diberikan ke perajin untuk kemudian dibuat layang-layang
Tinawati merupakan warga asli Kampung Tarikolot, Cimande, Kabupaten Bogor. Sejak kecil hingga sekarang, dia tidak beranjak dari kampung ini.

Titin mengungkapkan karena lahir dan besar di Tarikolot, dia sangat memahami seluk-beluk bisnis layang-layang. Termasuk siapa saja yang selama ini menjadi perajin layang-layang serta para pemasok bahan bakunya.

“Dari para tetangga dan kerabat, layang-layang tersebut saya jual kembali ke agen yaitu pedagang yang lebih besar lagi di Cimande,” kata Titin.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau