Hingga pada akhirnya, orang-orang justru berkeinginan untuk membeli soto buatan Yanto.
"Orang sakit kalau makan soto 'kan seger, akhirnya pada beli soto. Ada yang pesan online, ada juga yang datang langsung ke sini. Alhamdulillah semua tetap sehat," ucapnya.
Baca juga: Soto Lamongan Bu Hj Kuwat, 60 Tahun Layani Pembeli hingga Lakukan Digitalisasi
Kaki sapi yang telah diimpor dari Australia, harus diolah selama lima hingga enam jam. Proses yang lama ini, membuat Yanto tidak bisa menambah stok jika soto habis terjual sebelum pukul lima sore.
"Pernah ada orang yang bilang, 'tambahin lagi dong pak stoknya', tapi ya enggak bisa, karena masaknya emang lama," tambah laki-laki berusia 66 tahun tersebut.
Pengolahan kaki sapi juga harus benar-benar diperhatikan, supaya tidak bau. Biasanya, Yanto merendam kaki sapi terlebih dahulu. Baru kemudian dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih.
Baca juga: Kisah Mbah Abu, 43 Tahun Jualan Bakso dan Soto untuk Layani Santri
"Sebelum dimasak itu dimasukin dulu ke freezer. Terus habis itu baru direndam, terus dimasak di panci yang mendidih airnya. Baru dikasih ramuan bumbu-bumbu. Makanya kaki sapinya enggak bau," jelas Yanto.
Saat ini, Soto Gragot Kaki Sapi Djadoel H. Yanto sudah memiliki empat cabang yang berada di Tangerang, Cirebon, Serang, dan Bekasi. Keempat cabang tersebut dikelola oleh keluarga dari Yanto.
"Yang ngelola cabang itu ada dua anak saya, sama saudara yang lain," ucapnya.
Baca juga: Kisah Sukses Soto Medan RM Sinar Pagi, Bertahan Hampir 60 Tahun Melayani Pelanggan
Pelanggan yang datang juga dari berbagai daerah. Bahkan, ada yang berasal dari luar Jawa seperti Palu dan Sumatera.
"Kebanyakan yang beli dari jauh-jauh tempatnya, kayak ada yang dari Palu, dari Sumatera juga ada," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.