TANGERANG, KOMPAS.com - Menjelang siang, salah satu warung soto di Tangerang tampak ramai dikunjungi pembeli. Antrean terlihat mengular hingga hampir keluar dari warung.
Mereka dengan sabar menunggu giliran untuk dapat menikmati soto kaki sapi yang dirintis oleh Yanto (66).
Ketika Kompas.com berkunjung menemui Yanto, ia sedang mengolah kaki sapi yang hendak disajikan bersama hidangan soto, sembari beramah-tamah dengan para pelanggan dan melempar candaan yang menghibur hati.
Yanto akhirnya mengalihkan perhatian dari pekerjaannya dan mulai berbincang bersama Kompas.com.
Dengan ramah, ia mulai menuturkan perjalanan bisnisnya serta cara mengolah kaki sapi agar sedap saat disantap.
Baca juga: Kisah Sukses Soto Segeer Hj. Fatimah, dari Kaki Lima hingga Punya 14 Cabang
Soto Gragot Kaki Sapi Djadoel H. Yanto mulai berdiri pada tahun 2020, tepatnya satu bulan sebelum pandemi Covid-19.
Mulanya, soto yang dijual berupa soto daging sapi biasa. Kemudian, datanglah permintaan dari satu pelanggan yang sedang hamil.
"Dulu jualannya masih soto daging biasa, terus ada ibu-ibu hamil yang minta kaki sapi. Terus di-gragot sama dia. Kata dia kaki sapinya enak kalau di-gragot. Mulai dari situ, akhirnya jual soto kaki sapi," terang Yanto pada Jumat (10/5/2024).
Kaki sapi yang diolah menggunakan kaki sapi impor dari Australia. Yanto memilih impor, karena lebih bersih dibanding dengan kaki sapi lokal.
Baca juga: Konsistensi Jadi Kunci Utama Soto Betawi H. Ma’ruf Bertahan Puluhan Tahun
"Kaki sapi yang kami pakai itu impor dari Australia. Soalnya sapinya bersih, cakep," lanjutnya.
Tiga tahun berjalan, Yanto bersyukur karena bisnisnya dapat berkembang dengan pesat.
Dalam sehari, ia berhasil menjual sebanyak 250 porsi. Bahkan, usahanya juga telah banyak diliput media dan para YouTuber.
Pada saat pandemi di tahun 2020, Yanto merasa pandemi adalah berkah bagi dirinya. Momen pandemi dimanfaatkan olehnya untuk berbagi soto buatannya pada beberapa RT di sekitarnya.
Baca juga: Kisah Soto Betawi H. Ma’ruf, dari Jualan Keliling hingga Jadi Legendaris di Jakarta
"Pandemi itu kan waktu awal-awal saya bisnis soto. Waktu pandemi, saya akhirnya bagi-bagi ke orang-orang di sekitar. Satu RT saya bagiin 10 porsi," ungkap Yanto.
Saat itu Yanto berharap, soto buatannya dapat membantu pemulihan orang-orang yang sedang sakit di masa pandemi.
Hingga pada akhirnya, orang-orang justru berkeinginan untuk membeli soto buatan Yanto.
"Orang sakit kalau makan soto 'kan seger, akhirnya pada beli soto. Ada yang pesan online, ada juga yang datang langsung ke sini. Alhamdulillah semua tetap sehat," ucapnya.
Baca juga: Soto Lamongan Bu Hj Kuwat, 60 Tahun Layani Pembeli hingga Lakukan Digitalisasi
Kaki sapi yang telah diimpor dari Australia, harus diolah selama lima hingga enam jam. Proses yang lama ini, membuat Yanto tidak bisa menambah stok jika soto habis terjual sebelum pukul lima sore.
"Pernah ada orang yang bilang, 'tambahin lagi dong pak stoknya', tapi ya enggak bisa, karena masaknya emang lama," tambah laki-laki berusia 66 tahun tersebut.
Pengolahan kaki sapi juga harus benar-benar diperhatikan, supaya tidak bau. Biasanya, Yanto merendam kaki sapi terlebih dahulu. Baru kemudian dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih.
Baca juga: Kisah Mbah Abu, 43 Tahun Jualan Bakso dan Soto untuk Layani Santri
"Sebelum dimasak itu dimasukin dulu ke freezer. Terus habis itu baru direndam, terus dimasak di panci yang mendidih airnya. Baru dikasih ramuan bumbu-bumbu. Makanya kaki sapinya enggak bau," jelas Yanto.
Saat ini, Soto Gragot Kaki Sapi Djadoel H. Yanto sudah memiliki empat cabang yang berada di Tangerang, Cirebon, Serang, dan Bekasi. Keempat cabang tersebut dikelola oleh keluarga dari Yanto.
"Yang ngelola cabang itu ada dua anak saya, sama saudara yang lain," ucapnya.
Baca juga: Kisah Sukses Soto Medan RM Sinar Pagi, Bertahan Hampir 60 Tahun Melayani Pelanggan
Pelanggan yang datang juga dari berbagai daerah. Bahkan, ada yang berasal dari luar Jawa seperti Palu dan Sumatera.
"Kebanyakan yang beli dari jauh-jauh tempatnya, kayak ada yang dari Palu, dari Sumatera juga ada," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.