Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Askar Owner Ka Nung Bakery Berdayakan Para Difabel Lulusan SLB

Kompas.com - 15/05/2024, 10:30 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Banyak bisnis yang merekrut pekerja dari lulusan terbaik yang dianggap potensial.

Namun tak demikian dengan Ka Nung Bakery, sebuah toko roti di Kota Bogor yang memilih memperkerjakan para difabel lulusan Sekolah Luar Biasa (SLB).

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang berlokasi di Jalan Sedane Empang, Kota Bogor ini sudah berdiri sejak tahun 1974. Menjual roti konde (roti canai) dan berbagai sajian roti khas Timur Tengah.

Pendirinya adalah Ibu Nur, seorang single mother yang berhasil membuat ke-enam anaknya sarjana dari hasil berjualan roti konde semenjak ditinggal sang suami berpulang. Kini Ka Nung Bakery sudah dijalankan oleh ke generasi kedua, Cholid Askar sejak tahun 2002.

Baca juga: Trisna Berdayakan Kaum Difabel untuk Produksi Fesyen Model Jepang

Bertetangga dengan SLB

Pada masa kepengurusan oleh Askar ini, Ka Nung Bakery mulai merekrut pekerja dari teman-teman difabel sejak tahun 2005.

Semua bermula dari lokasi usaha Ka Nung Bakery yang bertetangga dengan salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Bogor, yaitu SLB Al-Irsyad.

Askar yang masih satu lokasi, setiap tahunnya melihat para lulusan SLB tersebut sering kebingungan mencari pekerjaan. Lalu Askar berpikir untuk menawarkan kerja sama dengan teman-teman difabel, bekerja di Ka Nung Bakery.

"Mereka itu sama dengan kita, meraka juga ingin mendapat hak yang sama. Ingin punya pekerjaan, gaji, dan kegiatan seperti yang lain. Kalau memang mereka bisa dan ada kemauan, mengapa tidak kami tawarkan untuk bekerja?" Kata Askar kepada Kompas.com, Selasa (14/5/2024).

Baca juga: Cerita Di Balik Ka Nung Bakery Bogor, Roti Konde Legendaris Sejak 1974

Jainu, pekerja difabel di Ka Nung Bakery BogorDok. Ka Nung Bakery Jainu, pekerja difabel di Ka Nung Bakery Bogor

Bersungguh-sungguh dalam Bekerja

Bahkan menurut Askar, kinerja para difabel justru memuaskan. Mereka bersungguh-sungguh dan memaksimalkan kesempatan ini untuk menggali potensi diri. Askar pun tentu dengan senang hati menyambut semangat tersebut.

'Rumangsa', adalah kesimpulan dari Askar yang menggambarkan alasan dibalik optimalnya teman-teman difabel dalam bekerja.

'Rumangsa' di sini dapat diartikan sebagai rasa memahami keadaan, sehingga berusaha totalitas ketika menerima kesempatan.

Baca juga: Peruri Berikan Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM dan Kewirausahaan untuk Difabel

Para teman-teman difabel yang baru lulus sekolah dan kesulitan mencari kerja, akhirnya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh saat menerima tawaran bekerja di Ka Nung Bakery.

"Ternyata mereka kerjanya itu komit. Mungkin karena ada rasa 'rumangsa'. Memang mereka punya keterbatasan, tapi ketika mereka ditawari kesempatan itu, akhirnya mereka memaksimalkan," ungkap Askar.

Loyalitas Tinggi

Para pekerja difabel nyatanya memiliki loyalitas yang tinggi. Salah satu cerita menarik datang dari pekerja difabel yang rumahnya berjarak puluhan kilometer dari toko. Askar bercerita, setiap subuh pekerja difabel ini datang menggunakan sepeda.

Ketika sampai di toko, dia langsung masuk ke showroom mengecek stock produk, kemudian berdoa agar produk tersebut bisa laris terjual, agar ia dapat terus bekerja.

Loyalitas para teman-teman difabel sudah disaksikan sendiri oleh Askar. Sehingga menurutnya, tidak ada ruginya untuk merekrut pekerja difabel, hanya perlu melatihnya dan menggali potensi diri mereka.

"Saya berpikir, mungkin usaha ini berjalan hingga hari ini, karena doa-doa dari mereka juga," imbuhnya.

Baca juga: Siprianus Dua Dawa, Difabel yang Mampu Produksi Beragam Kerajinan Kayu

Akmal, pekerja difabel di Ka Nung Bakery BogorDok. Ka Nung Bakery Akmal, pekerja difabel di Ka Nung Bakery Bogor

Menggali Potensi Para Difabel

Para difabel yang bekerja di Ka Nung Bakery juga diberikan pelatihan. Askar mengakui, terkadang terkendala dari segi komunikasi yang terbatas.

Namun rekan-rekan kerja di sana juga saling support, perlahan-lahan mereka mulai belajar bahasa isyarat. Menurut Askar, potensi diri bisa digali selama ada niat.

"Kalau untuk mendidik, maupun dia akan baking di kitchen bisa-bisa saja. Yang penting ada niat dan tidak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Dari sini saya simpulkan, ternyata mereka potensial. Hanya perlu digali dan di-eksplor," jelas Askar.\

Baca juga: Momen Hari Kemerdekaan, Perajin Difabel di Lebak Kewalahan Layani Permintaan Kerajinan Bambu

Berhasil Bangun Usaha Sendiri

Askar juga memberi kebebasan pada para pekerja difabel. Mereka bisa tetap bekerja di Ka Nung Bakery atau pindah bekerja di tempat lain, jika memang mendapat tawaran yang lebih sesuai dengan keinginannya.

Bahkan, sudah ada pekerja difabel Ka Nung Bakery yang berhenti dan memutuskan membuka usaha roti sendiri.

Cerita Ka Nung Bakery yang memperkerjakan para difabel membuktikan, bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang bisa menjanjikan jika memang digali dengan baik.

Kinerja mereka nyatanya tidak kalah dengan pekerja lainnya, meskipun mereka memiliki keterbatasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau