"Karena itu kami sekalian buatkan saja hilir-nya. Jadi kami buat pelatihan dan kami buat juga cafe-nya. Supaya mereka yang berlatih di sini bisa benar-benar bekerja di cafe Treestori Coffee, dan tidak menutup kemungkinan jika ada kerja sama yang masuk untuk mempekerjakan ABK ini," papar Thao.
Baca juga: Trisna Berdayakan Kaum Difabel untuk Produksi Fesyen Model Jepang
Komitmen bisnis cafe untuk mengkaryakan ABK ini kian hari kian berkembang. Saat ini Treestori Coffee sudah membuka dua store, salah satunya di WTC Mangga Dua yang buka dari hari Senin hingga Sabtu.
Lebih lanjut Thao mengatakan saat ini barista ABK dengan sapaan "Barista Hebat" yang mereka latih dan sudah siap untuk magang atau bekerja di kedua store Treestori Coffee berjumlah 14 barista. Sementara itu, untuk jumlah ABK yang mengikuti training sudah berjumlah lebih dari 20 orang, dan terhitung sudah sampai ke batch tiga.
Tak mudah menjalankan bisnis dengan keunikan seperti ini, para founder Treestrori Coffee juga kerap kali menemui tantangan, terlebih lagi terkait menyamakan persepsi dari orang tua, masyarakat, dan konsumen.
Baca juga: Karla Bionics Hadirkan Raga Arm Untuk Disabilitas
Terkadang, masih banyak customer yang belum paham kondisi disabilitas seperti apa. Kebanyakan coffeeshop menyediakan minuman yang serba cepat prosesnya, sementara barista ABK tidak bisa dituntut untuk kerja cepat.
"Ini jadi satu tantangan di mana kami bisa memenuhi ekspektasi customer tetapi juga kami menyesuaikan dengan kondisi ABK, di lain itu kami juga harus bisa menyesuaikan kondisi dengan orang tua yang ingin anaknya mandiri tetapi masih takut untuk melepas anaknya," jelas Thao.
Bukan hanya itu yang perlu disesuaikan dalam berbisnis sambil mengkaryakan ABK. Selain menyesuaikan tempo, operasional juga perlu sesuai antara kondisi ABK dengan alat-alat yang digunakan di cafe.
Seperti anak-anak down syndrome yang telapak tangannya cenderung kecil dan ototnya juga berbeda dengan orang pada umumnya. Maka dari itu Thao menjelaskan alat-alat yang digunakan juga disesuaikan dengan ABK, mulai dari menggunakan gelas berukuran kecil yang ringan.
Baca juga: Kisah Rian, Disabilitas Tuli yang Merintis Bisnis Kue dan Catering Bersama Istrinya
Selain itu ada pula ABK yang cerebral palcy, hanya bisa menggunakan satu tangannya. Sementara untuk menjadi barista biasanya membutuhkan dua tangan untuk menggunakan alat. Oleh karena itu disediakan alat tambahan agar ABK tersebut tetap bisa menjadi barista.
"Jadi memang ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan dan ini menjadi tantangan," pungkas Thao.
Ke depannya, Thao sebagai pebisnis berharap bisnis ini berjalan lancar dengan ABK di Treestori Coffee bisa semakin terbantu dan bisa berdampak. Thao sendiri berharap para ABK tersebut bisa semakin mandiri dan mengembangkan potensinya, entah itu di Treestori maupun bekerja di cafe lain.
"Ke depannya kami berharap bisa menambah pelatihan lain yang lebih banyak tidak hanya menjadi barista, mungkin pelatihan baking class dan sebagainya. Kami ingin mengkaryakan mereka lebih baik lagi," harap Thao menutup pembicaraan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.