Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tri Sukamto, Bersyukur Bisnis Komponen Otomotifnya Dibina Astra Melalui YDBA

Kompas.com - 30/09/2024, 20:24 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Tahun 2018 menjadi titik balik hidup Tri Sukamto (48). Dari karyawan di sektor perbankan, Tri memutuskan pensiun dini dan menjadi pengusaha di bidang manufaktur otomotif. Bagi Tri, keberanian, kemauan meningkatkan pengetahuan bisnis, relasi bisnis yang kuat, dan pembinaan dari Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) adalah kunci kesuksesannya.

Tri boleh disebut adalah orang awam di bidang manufaktur otomotif. Karirnya sebenarnya dimulai dari seorang teller hingga mencapai jabatan manajer pemasaran di sebuah bank. Namun, semangat untuk mandiri secara ekonomi menjadikan Tri sebagai pengusaha sukses saat ini.

“Tahun 2017 itu dulu, saya mulai cari usaha apa nih. Kan kerja sudah 20 tahun ya. Dari mulai teller, dari customer service. Belajarnya dari situ sebenarnya melayani. Kemudian jadi supervisor, manajer marketing. Dulu kerja di Jakarta 11 tahun, 11 tahun di Tegal. Pas 22 tahun, itu saya pensiun dini,” kata Tri kepada Kompas.com beberapa waktu lalu di Tangerang, Banten.

Baca juga: Astra Melalui YDBA Promosikan 100 Produk UMKM Binaannya di Pameran GIIAS 2024

Lulusan S-1 program studi Akutansi di sebuah perguruan swasta tersebut mulai mempelajari peluang usaha yang ada di sekitarnya. Tri melihat banyak nasabah yang ia tahu bergerak di bidang industri menengah kecil (IKM) logam untuk komponen otomotif seperti motor. Namun, usahanya masih memproduksi komponen-komponen motor untuk kebutuhan after market.

Tri menyadari produksi-produksi logam di Tegal, Jawa Tengah tak jauh dari tempat kelahirannya di Pekalongan, pada tahun 2018 masih belum masuk ke rantai supply chain. Produk-produk seperti tatakan kompor, bracket air conditioner (AC), setang motor, dan knalpot baru disalurkan ke para distributor dan toko.

“Mulai tahun 2018, saya mulai memberanikan diri untuk terjun ke industri itu. Kebetulan di Tegal ada YDBA, saya tanya-tanya tentang YDBA dan dapat informasi kalau YDBA itu untuk pendampingan dan pendampingan UMKM yang baru,” ujar Tri.

Pelajari Bisnis dan Ikut Pelatihan

Bagian dalam pabrik manufaktur PT. Bimuda Karya Teknik, Tegal, Jawa Tengah. PT. Bimuda Karya Teknik merupakan salah satu UMKM manufaktur otomotif binaan Astra melalui YDBA.Dok. PT. Bimuda Karya Teknik Bagian dalam pabrik manufaktur PT. Bimuda Karya Teknik, Tegal, Jawa Tengah. PT. Bimuda Karya Teknik merupakan salah satu UMKM manufaktur otomotif binaan Astra melalui YDBA.
Tri lantas mempelajari lanskap dan tren bisnis manufaktur komponen otomotif. Ia kemudian mengetahui bahwa Astra sebagai perusahaan otomotif di Indonesia sedang mencari supplier baru selain di kawasan Jababeka, khususnya di Tegal.

Legalitas hukum untuk usahanya pun disiapkan. Tri beri nama usahanya yakni  PT. Bimuda Karya Teknik yang bergerak sebagai produsen stamping dan pengelasan logam untuk komponen otomotif. Ia tak lupa untuk mencari mentor untuk bisnisnya.

Adapun mentornya berasal dari pengusaha yang merupakan binaan Astra melalui YDBA yaitu PT. Nandya Karya Perkasa. Usaha manufaktur PT. Nandya Perkasa Karya sudah naik kelas satu tingkat lebih dulu jika dibandingkan usaha Tri. Tri kemudian mendapatkan pengetahuan awal soal bisnis manufaktur dari mentornya.

“Dia eks karyawan perusahaan manufaktur, punya usaha dan pensiun dini. Saya berani perkenalkan diri dan saya diajak dengan syarat harus nurut, jangan membantah. Modal dulu enggak banyak cuma tempat dan SDM lima orang. Mentor saya akhirnya, bilang yang penting tempat,” ujar Tri sambil tertawa mengingat awal mula bisnisnya berdiri.

Baca juga: Astra Melalui YDBA Targetkan 300 dari 1.300 UMKM Binaannya Bisa Mandiri

Tri kemudian menyewa lahan di kawasan Lingkungan Industri Kecil (LIK) Tegal dengan biaya sewa Rp 50 juta untuk dua tahun. Kemudian, modal untuk operasional sebanyak Rp 100 juta.

Modal yang Tri siapkan terhitung kecil bagi pengusaha manufaktur otomotif baru. Untuk mesin, Tri pun tak punya. Pekerjaan dan mesin ia dapatkan dengan skema cicilan dari mentornya.

“Saya bilang enggak punya modal untuk beli mesin. Kata mentor saya gapapa. Saya diberikan mesin dengan harga Rp 450 juta untuk empat mesin tapi sudah ada kerjaannya di situ. Nanti bisa dicicil aja gapapa dari hasil kerjaannya. Jadi saya enggak keluarkan modal,” ujar Tri.

Karyawan PT. Bimuda Karya Teknik, Tegal, Jawa Tengah.Dok. PT. Bimuda Karya Teknik Karyawan PT. Bimuda Karya Teknik, Tegal, Jawa Tengah.

Untuk omzet awal, Tri hanya mendapatkan Rp 30 juta. Tak banyak selisih yang ia dapatkan. Namun, omzet kecil bukan menjadi penghalang Tri untuk berkembang. Tri kemudian bergabung dengan YDBA untuk membesarkan usahanya.

Tri mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk memulai usaha baru seperti pelatihan produksi manufaktur otomotif, manajemen keuangan, dan quality control (QC). Ia mulai tumbuh dengan pendampingan dari Astra melalui YDBA. Tri kemudian mendapatkan pengetahuan langsung dari para ahli terkait kebutuhan-kebutuhan komponen Astra.

Baca juga: Cerita Bengkel Azzahra Banyuwangi Bisa Berkembang Setelah Didampingi YDBA

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau