JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur CV Kurnia Nur Abadi, Kurnia Sukma (64) berbagi perjalanan inspiratifnya dalam membangun bisnis makanan sehat dari Cirebon. Dari seorang petani, Kurnia kini berhasil menjalin kerjasama dengan distributor internasional.
Bahkan, saat mengikuti acara Trade Expo Indonesia 2024, ia berhasil menarik banyak buyer dari luar negeri dan menjual ratusan kilogram bawang goreng.
Kurnia Sukma awal mula memulai perjalanannya sebagai petani jamur dan bawang. Kurnia bercerita, dulunya saat harga bawang merosot hingga Rp 7.000 per kilogram, banyak petani yang merasakan kesedihan.
Baca juga: Cerita Syarif Bisnis Kerajinan Kerang dan Menjadi Agregator Ekspor
Dalam keadaan tersebut, Kurnia memutuskan untuk membentuk korporasi petani bawang se wilayah timur Cirebon. Usut punya usut daerah tersebut adalah sentra penghasil bawang.
Dari hasil panen bawang tersebut, Kurnia menampung dan mengolahnya menjadi bawang goreng. Dengan begitu, ketahanan bawang akan lebih lama dan meningkatkan nilai jual.
"Jadi saya bangun korporasi ini untuk menyejahterakan para petani dan orang-orang yang mungkin kurang berhasil," kata Kurnia saat diwawancarai, Jumat (11/10/2024).
Di tahun 2016, lagi-lagi Kurnia melihat realita para petani yang mengalami kesulitan. Namun, kali ini adalah petani jamur pun Kurnia juga merupakan petani jamur tersebut. Saat memasuki momen Lebaran, biasanya jamur jadi tidak laku terjual.
Kurnia menyaksikan banyak jamur terbuang saat Lebaran karena hampir semua warung dan pasar tutup. Sementara itu, Jamur yang harus dipetik setiap hari menjadi tidak terpakai dan akhirnya dibuang.
Baca juga: Cerita Upit Pitrianingsih Rintis Bisnis Produk Buah Kering saat Pandemi
Melihat kondisi ini, Kurnia merasakan empati dan memiliki tekad untuk menemukan solusi dari permasalahan yang terus berulang ini. Akhirnya, ia mulai mencoba menganalisis dan mempelajari apa yang bisa dihasilkan dari jamur ini agar bisa bertahan lebih lama.
Tercetuslah ide untuk menjadikannya jamur tiram krispi. Kurnia melakukan uji coba selama dua tahun dengan biaya sendiri untuk membuat produk jamur tiram krispi. Usaha tak mengkhianati hasil. Produk jamur tiram krispi-nya berhasil dibuat dan diberi nama 'Amura'.
"Saya lihat banyak jamur krispi kan di pinggir jalan. Nah, jamur krispi itu kan hanya beberapa jam langsung hilang krispinya gitu ya, saya ingin membuat jamur krispi yang lebih tahan. Produk Amura ini bisa tahan sampai 13 bulan," ujarnya.
Baca juga: Cerita Arsani Membangun HOFI, Inovasikan Kopi Gula Aren dan Kopi Jamu
Dengan senyuman yang terlihat di wajahnya, Kurnia mengatakan saat ini jamur tiram krispi Amura sudah rutin ekspor dikirim ke Singapura.
Meskipun ekspornya masih dibawa atau difasilitasi dengan perusahaan lain, tetapi negara yang telah dijangkau hingga Singapura dan Perancis. Di Indonesia sendiri, produk Amura juga telah masuk di minimarket sejak tahun 2019.
Tak hanya jamur tiram krispi, tetapi banyak produk dari CV Kurnia Nur Abadi yang juga banyak peminatnya seperti bawang goreng, keripik pisang, keripik melinjo, manisan mangga, dan olahan healthy food hingga vegan food.
Tahun 2019, Kurnia bergabung menjadi binaan LPEI. Ia bercerita, awal mula Kurnia mengenal dunia ekspor dan mendapat banyak buyer yaitu sejak ia bergabung dengan LPEI. Kurnia mendapatkan banyak pelatihan salah satunya Export Coaching Program (ECP), semenjak itu ia jadi berani berbicara dengan buyer dari luar negeri.
Baca juga: Cerita Senoaji Bisnis Online, Berhasil Naikkan Omzet Hingga 800 Persen