JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam upaya meningkatkan kenyamanan pengunjung dan mendukung Jakarta sebagai kota global, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (Ancol) terus menjalankan program penataan para pedagang asongan atau reseller di kawasan pantai Ancol.
Program ini bertujuan untuk mengatur ulang pedagang asongan yang selama ini beroperasi di area wisata utama Jakarta tersebut, agar lebih tertata.
Corporate Communication Manager PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Ariyadi Eko Nugroho menjelaskan bahwa program penataan pedagang asongan merupakan bagian dari tiga pilar CSR Ancol yang meliputi aspek sosial, lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi.
Baca juga: Semen Padang Kembangkan Destinasi Wisata Kampung Songket di Sawahlunto
Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat lokal yang selama ini bergantung pada kegiatan ekonomi di kawasan Ancol, terutama melalui sektor informal seperti pedagang asongan.
“Kami melihat bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar merupakan bagian penting dari tanggung jawab sosial kami. Teman-teman reseller ini bagian dari wajah Ancol. Jadi, kami ingin membawa mereka naik kelas, bukan hanya sebagai pedagang biasa, tetapi sebagai pelaku UMKM yang lebih siap menyambut Global City,” kata Eko pada Rabu, (22/10/2024).
Baca juga: Perjalanan Sisi Menjadi Seniman, Kini Buka Wisata Edukasi Imah Keramik
Salah satu strategi utama dalam penataan ini adalah menaikkan kelas para pedagang, dari sekadar pedagang kaki lima menjadi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang lebih profesional.
Eko menjelaskan dalam program penataan ini melibatkan penyediaan berbagai fasilitas fisik yang lebih baik bagi para pedagang. Mulai dari seragam, ID Card untuk akses masuk, gerobak yang lebih profesional untuk dua shift, hingga tempat berjualan gratis.
Baca juga: Strategi Bisnis Oleh-oleh di Lokasi Objek Wisata
“Kami menyediakan gerobak baru, seragam, dan ID card untuk para reseller. Mereka juga diberikan akses masuk ke Ancol secara gratis, sehingga dapat lebih mudah beroperasi dengan standar yang lebih profesional,” ujar Eko.
Ancol juga memberlakukan sistem modal barang dagangan yang disediakan oleh pihak Ancol. Ini merupakan langkah strategis untuk meringankan beban modal para pedagang, yang sebelumnya harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli barang dagangan.
Baca juga: Impian Murniati Wujudkan Desa Wisata Petik Nanas di Pemalang
"Sekarang, para pedagang bisa mengambil barang dagangan dari kami dan menjualnya di gerobak mereka. Keuntungan 100 persen untuk mereka," jelas Eko.
Selain itu, Ancol menetapkan sistem dua shift untuk memaksimalkan waktu operasional para pedagang. Dengan Ancol yang beroperasi dari pagi hingga malam, para pedagang diharapkan bisa melayani pengunjung sepanjang hari tanpa kelelahan berlebihan.
"Satu gerobak akan dipakai oleh dua orang, yang bekerja secara bergantian. Hal ini membantu memastikan operasional berjalan lancar, dengan tetap menjaga kesejahteraan para pedagang," kata Eko.
Baca juga: 5 Ide Bisnis yang Cocok Dikembangkan di Kawasan Wisata
Untuk menciptakan lingkungan yang lebih tertib, Ancol juga menerapkan strategi klasterisasi. Pedagang di pantai Ancol dikelompokkan menjadi satu kluster berdasarkan jenis barang dagangan, yang dibagi menjadi tiga kategori: makanan dan minuman, aksesoris, dan mainan.
Nantinya kluster tersebut akan tersebar secara rapi di sepanjang kawasan Ancol, mulai dari Pantai Timur, Pantai Barat, hingga area tengah Ancol. Sistem klasterisasi ini bertujuan untuk membuat kawasan pantai terlihat lebih teratur dan memudahkan pengunjung menemukan apa yang mereka butuhkan.
"Dengan klasterisasi, kawasan pantai akan lebih cantik dan tertata. Kami ingin pengunjung merasa nyaman berbelanja di Ancol," ujar Eko.
Baca juga: Simak Prospek Cerah Jual Bir Pletok di Tempat Wisata