KOMPAS.com - Pernahkah kamu dengar sistem konsinyasi dalam bisnis? Metode ini adalah pemilik barang (konsinyator) akan menitipkan barangnya kepada pihak lain (konsinyi) untuk dijualkan.
Dalam sistem konsinyasi, ada pula yang menggunakan konsinyor, yaitu pihak yang menyediakan produk untuk dijual oleh (konsinyi) tanpa harus melalui skema pembelian putus. Mungkin saja beberapa pelaku usaha (konsinyator) tidak memiliki jaringan konsinyi yang cukup sehingga membutuhkan peran konsinyor untuk mendistribusikan produk mereka.
Baca juga: Konsinyor: Penjelasan dan Perannya dalam Konsinyasi Bisnis
Sistem konsinyasi memang sering dianggap menguntungkan karena memungkinkan produk tersebar lebih luas tanpa beban biaya inventaris yang besar. Namun, menggunakan konsinyor dalam bisnis konsinyasi juga memiliki tantangan yang perlu diwaspadai oleh para konsinyator si pemilik barang.
Konsinyor memang memiliki beberapa fungsi dan peran yang bisa membantu bisnis dalam menjalankan sistem konsinyasi. Namun, jika kamu ingin melibatkan konsinyor, ada baiknya kamu pahami dulu berikut ini lima tantangan utama dalam menggunakan konsinyor dalam bisnis berbasis konsinyasi, seperti yang dilansir dari Gramedia.com,
Baca juga: Menerapkan Sistem Konsinyasi Bisnis, Harus Jelas dan Teliti
Salah satu tantangan utama adalah risiko barang tidak laku di tempat konsinyi. Ketika produk tidak terjual, konsinyi dapat mengembalikan barang tersebut kepada konsinyor, atau barang tetap berada di konsinyi.
Maka dari itu jika bisnis menggunakan konsinyor, dalam sistem konsinyasi tersebut pelaku usaha tidak langsung bertransaksi pembelian putus dengan konsinyi. Di sisi lain, konsinyor juga mungkin saja tidak berhasil mendistribusikan semua barang kepada konsinyi.
Tentunya hal ini bisa berdampak buruk pada bisnis, terutama jika barang yang dijual memiliki masa simpan yang terbatas atau musiman.
Baca juga: Sistem Konsinyasi: Definisi, Peluang, dan Keuntungannya untuk Pelaku Usaha
Penggunaan sistem konsinyasi menuntut konsinyor untuk mengelola inventaris di berbagai tempat penjualan. Ini bukanlah hal mudah, terutama jika konsinyor memiliki jaringan konsinyi yang tersebar luas. Pengelolaan stok yang tidak akurat bisa menyebabkan kelebihan atau kekurangan produk di setiap konsinyi.
Maka dari itu, pelaku usaha atau konsinyator juga perlu menyesuaikan inventaris stok barang dengan kemampuan konsinyor. Jangan lupa untuk persiapan terkait distribusi produk, karena mungkin saja akan ada biaya tambahan jika permintaan meningkat.
Baca juga: UMKMK Ingin Ekspansi Bisnis? Ketahui Jenis-jenis dan Contohnya
Namun, konsinyator juga perlu bersiap diri jika ternyata konsinyor kurang mampu melakukan pengelolaan inventaris dengan baik, misalnya kurang bisa mengatur untuk memenuhi stok di setiap konsinyi.
Dalam sistem konsinyasi, pelaku usaha juga bergantung pada konsinyor dalam menjaga kualitas dan menjual produk mereka. Jika konsinyor tidak mempromosikan produk dengan baik atau tidak maksimal menjangkau jaringan konsinyi, maka peluang produk terjual akan menurun.
Perlu diingat bahwa dalam sistem konsinyasi, kepemilikan produk masih berada di tangan konsinyator, sementara itu konsinyor memang menjaga produk yang dititipkan tapi tidak memiliki kepemilikan atas produk tersebut.
Baca juga: Ketahui 4 Alasan Pentingnya Manajemen Aset
Selain itu, karena konsinyator menitipkan barang kepada konsinyor, ada saja kemungkinan jika konsinyor kurang mampu menjaga dan merawar produk sebelum sampai ke tangan konsinyi.
Masalah ini semakin menantang jika konsinyor memiliki banyak produk konsinyasi dari berbagai pelaku usaha. Pastikan konsinyor yang kamu ajak kerja sama ini memiliki komitmen untuk mendistribusikan produk kamu.
Tantangan lain yang sering dihadapi dalam bisnis konsinyasi adalah risiko kerusakan atau kehilangan produk, baik itu di tempat konsinyi maupun di tempat konsinyor. Ketika produk diserahkan ke konsinyi, konsinyor kehilangan sebagian kontrol langsung atas barang-barang tersebut.
Baca juga: Ketahui Kelebihan dan Kekurangan Kolaborasi Bisnis
Hal yang sama juga terjadi antara konsinyator dan konsinyor. Saat barang sudah dititipkan kepada konsinyor, maka konsinyator kehilangan sebagian kontrol atas barang tersebut.
Hal ini menimbulkan risiko produk rusak akibat cara penyimpanan yang kurang tepat atau bahkan hilang dalam proses penjualan. Biasanya, perjanjian konsinyasi akan menentukan tanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan, tetapi tetap saja risiko ini bisa menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha.
Sistem konsinyasi membuat konsinyor hanya menerima pembayaran ketika produk terjual, sehingga arus kas bisnis menjadi tidak menentu. Jika produk tidak laku, konsinyor mungkin harus menunggu lama sebelum mendapatkan hasil penjualan.
Baca juga: Ketahui 4 Sebab Gagalnya Bisnis dengan Sistem Partnership
Tentunya ini juga akan berdampak bagi konsinyator, karena pembayaran dan penjualan melibatkan banyak pihak. Ini bisa menjadi tantangan bagi pelaku usaha yang mengandalkan pendapatan dari sistem konsinyasi untuk menutupi biaya operasional atau modal kerja lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.