JAKARTA, KOMPAS.com – Kertas merupakan salah satu benda yang banyak digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari. Namun, ada sebuah kisah menarik tentang kertas ini, bagaimana kertas yang bermula dari pohon itu bisa kembali tumbuh menjadi tanaman yang baru.
Ini merupakan inovasi dari Seed Paper Indonesia, sebuah bisnis ramah lingkungan yang mengususng prinsip keberlanjutan dengan mendaur ulang limbah kertas menjadi kertas baru dengan tambahan bibit di dalamnya.
Berproduksi di sudut Duren Sawit, Jakarta Timur, inovasi ini lahir dari kecintaan Riska Fadilla Sari (31) dan suaminya terhadap alam. Riska, bersama sang suami, mendirikan Seed Paper Indonesia pada 2019.
Baca juga: Cerita Ryan, Berbisnis Helm Anak Berawal dari Rasa Peduli
Perjalanan ini bermula dari mereka yang memang seorang pecinta alam. Meskipun kuliah di jurusan hukum, tetapi Riska aktif mengikuti organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di Universitas Mpu Tantular. Sejak ia berkuliah, mulai muncul kegelisahan saat ia melihat tumpukan kertas bekas yang berakhir sia-sia.
“Sampah-sampah skripsi dan kertas organisasi itu cuma dibakar oleh office boy. Rasanya sayang sekali,” ujar Co-founder dan CEO dari Seed Paper Indonesia, Riska saat berbincang dengan Kompas.com, (21/11/2024).
Rasa cintanya kepada alam membuatnya tergerak untuk berupaya mencari jalan keluar atas permasalahan lama tersebut. Akhirnya, Riska dan suaminya mulai melakukan riset kecil-kecilan pada tahun 2019, meskipun pada saat itu dirinya masih menjadi seorang mahasiswa.
Baca juga: Cerita Ika Puspa Sari, Dosen Kebidanan Kini Sukses Bisnis Online Madu Herbal
“Sebenarnya kan saya dan suami saya sudah berpengalaman di bidang lingkungan juga, kami dulunya sebagai pencinta alam. Kemudian kami mencoba cari solusi, bagaimana kalau misalnya kertas itu didaur ulang tapi diberi inovasi nih, kami tambahkan benih di dalamnya,” jelas Riska.
Mereka mencoba mendaur ulang kertas bekas dengan menambahkan bibit tanaman di dalamnya. Dari riset kecil-kecilan itu, lahirlah ide untuk menciptakan menciptakan solusi bisnis kreatif yaitu kertas yang bisa ditanam dan tumbuh menjadi tanaman baru.
Setelah melewati riset dan percobaan, Riska bersama suaminya resmi mendirikan Seed Paper Indonesia di tahun 2019 tersebut pula. Memasuki tahun 2020, mereka mulai gencar memasarkan produk Seed Paper Indonesia.
Baca juga: Cerita Hammam Abdurrasyid, Lanjutkan Bisnis Abon Keluarganya ala Gen Z
Selang berjalannya waktu, Riska dan suami masih merintis Seed Paper Indonesia disela-sela pelerjaannya. Awalnya dua sejoli ini memang berbisnis Seed Paper Indonesia sambil bekerja, tetapi lama-kelamaan mereka melihat adanya prospek bisnis yang menjanjikan. Mereka pun akhirnya tak ragu untuk fokus mengembangkan bisnis ini.
“Awalnya juga saya bisnis sambil bekerja. Ternyata setelah dijalankan, makin banyak yang tertarik dan makin banyak yang suka bahkan ada klien dari luar negeri yang tertarik. Akhirnya kita seriusin,” ujar Riska.
Seed Paper Indonesia memproduksi kertas dengan inovasi yang unik. Kertas ini terbuat dari bahan daur ulang, dan di dalamnya terdapat benih tanaman seperti bayam, pakcoy, hingga bunga marigold, zinnia, cosmos, dan bunga celosia.
Setelah digunakan, kertas ini dapat ditanam di tanah dan akan terurai menjadi kompos dalam waktu 3-4 bulan. Sehingga meskipun kertas ini telah digunakan dan menjadi limbah, tetapi kertas tersebut masih bisa tumbuh di dalam tanah menjadi sebuah tanaman baru, inilah yang dinamakan konsep zero waste.
Baca juga: Cerita Kurnia Tarik Buyer Luar Negeri Lewat Jamur Tiram Krispi
“Produk kami benar-benar zero waste. Jadi yang tadinya sampah, kami ubah jadi tanpa sampah. Kami juga sangat fokus kepada aspek sustainability, khususnya di pengolahan limbah dan sampai saat ini kami telah bekerja sama dengan ratusan brand dan ikut melaksanakan tujuan bisnis yang berkelanjutan dan menjalankan SDGs,” pungkasnya.
Kertas bukan sembarang kertas. Selain bisa ditanam, kertas ini juga bisa memenuhi kebutuhan customer. Bisa dijadikan kalender, kartu undangan, kartu nama, kartu ucapan, hingga price tag yang juga tetap terlihat cantik dan menarik.
Dengan kisaran harga mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 25.000, produk ini banyak dilirik oleh mereka yang peduli lingkungan. Menariknya, Riska mengatakan bahwa saat ini yang sudah mulai tertarik dengan produk-produk keberlanjutan ini justru para Gen Z.
Melihat mereka yang paling banyak tertarik dengan proyek ini, tak heran Riska menyasar target pasar para anak muda yang saat ini semangat berkontribusi dengan produk ramah lingkungan.
Baca juga: Cerita Upit Pitrianingsih Rintis Bisnis Produk Buah Kering saat Pandemi
“Mereka sering melihat konten kami di TikTok, bahkan pernah viral. Banyak yang penasaran, kok bisa kertas ditanam? Kemudian mereka kepo dengan produk-produk kami. Akhirnya mereka tertarik untuk membeli. Walaupun misalnya sekedar beli kartu ucapan, mereka ingin juga memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya,” kata Riska.
Namun, memang tidak semua orang langsung memahami manfaat dari kertas bibit ini. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya keberlanjutan. Riska mengakui bahwa edukasi menjadi tantangan terbesarnya.
“Masyarakat Indonesia sebagian besar belum terlalu aware terhadap sustainability. Jadi, kami harus memberikan effort lebih untuk menjelaskan bagaimana kertas ini bisa membantu mengatasi masalah limbah,” kata Riska.
Baca juga: Cerita Arsani Membangun HOFI, Inovasikan Kopi Gula Aren dan Kopi Jamu
Selain berkontribusi terhadap keberlanjutan dan berdampak pada lingkungan, Seed Paper Indonesia juga memberikan dampak sosial.
Usut punya usut, Riska mempekerjakan kaum marjinal seperti mereka yang putus sekolah sejak SD, serta mahasiswa yang membutuhkan penghasilan tambahan.
"Dalam produksi, artisan kertas kami dari kaum-kaum marjinal. Mereka ini orang-orang yang putus sekolah dari SD, yang susah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Beberapa diantaranya juga Mahasiswa-mahasiswa yang belum bekerja Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, itu kami biasanya dibantukan untuk freelancer," paparnya.
Limbah kertas dari masyarakat sekitar juga mereka tampung. Sehingga bsinisnya ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di sekitarnya.
Baca juga: Cerita Senoaji Bisnis Online, Berhasil Naikkan Omzet Hingga 800 Persen
“Untuk di masyarakat sekitar juga kami biasanya menampung sampah kertas dari mereka. Jadi itu menimbulkan impact sosial ekonomi, biasanya kertasnya cuma dibuang tapi kalau dikumpulkan itu bisa jadi tambahan gitu buat mereka,” imbuhnya.
Kini Seed Paper Indonesia telah menjalin kerja sama dengan ratusan brand dan memiliki partner di pasar internasional seperti Singapura, Malaysia, Hongkong hingga Dubai dan Spanyol melalui model Business to Business.
Tak kalah menarik, Riska juga memberikan sedikit informasi bahwa mereka sedang berencana mengembangkan kertas yang bisa menumbuhkan pohon untuk menciptakan hutan kecil.
Bukan hanya tanaman kecil seperti sayur dan bunga, tetapi akan ada kertas yang bisa tumbuh menjadi pohon. Dari pohon dan kembali menjadi pohon.
Baca juga: Cerita Para Disabilitas Berwirausaha, dari Desain sampai FnB
Bagi Riska, bisnis ini lebih dari sekadar mencari keuntungan. Ia berharap bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk memulai langkah kecil demi masa depan yang lebih baik.
Menurutnya, menumbuhkan bisnis bukan hanya persoalan menumbuhkan perekonomian semata, tetapi juga menumbuhkan kesadaran untuk keberlanjutan. Masa depan bukan hanya tentang teknologi dan AI, tetapi juga tentang keberlanjutan.
“Kami mengajak juga semua orang untuk ikut berkontribusi menjaga lingkungan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau misalnya enggak sekarang, kapan lagi? Masa depan yang kita angan-angankan akan lebih baik itu tidak akan bisa tercapai kalau tidak dimulai hari ini,” ucap Riska dengan optimistis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.