Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Inklusif: Definisi, Imiplementasi, dan Ciri-Cirinya

Kompas.com - 03/12/2024, 19:10 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bisnis inklusif merupakan model usaha yang bertujuan untuk menciptakan nilai ekonomi sekaligus memberikan nilai sosial, dengan melibatkan masyarakat berpenghasilan rendah ke dalam rantai nilai bisnis.

Melalui pendekatan ini, kaum marjinal atau kelompok yang selama ini terpinggirkan, seperti petani kecil, pekerja informal, atau UMKM, akan dilibatkan ke suatu bisnis sebagai mitra usaha.

Tujuan utama bisnis inklusif adalah untuk mengatasi kesenjangan sosial dan memberdayakan komunitas dengan cara yang berkelanjutan.

Baca juga: Ikut Lestarikan Lingkungan, Pelaku UMKM Perlu Kembangkan Model Bisnis Inklusif

Sebenarnya, bisnis inklusif merupakan model bisnis yang win-win solutions karena baik dari perusahaan maupun lapisan masyarakat kecil sama-sama mendapat keuntungan dalam bisnis ini.

Model bisnis inklusif bisa membantu meningkatkan produktivitas dan perekonomian masyarakat kecil sekaligus memastikan pasokan bahan baku berkualitas maupun sumber daya manusia bagi perusahaan.

Implementasi Bisnis Inklusif

Di Indonesia sendiri, bisnis inklusif mulai berkembang seiring meningkatnya perhatian terhadap keberlanjutan dan agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs). Saat ini, implementasi bisnis inklusif sudah banyak ditemukan di berbagai sektor,

Bagaimana contoh bisnis inklusif? Misalnya pada sektor agribisnis, sebuah perusahaan besar bergerak di sektor produksi olahan dari kopi, kemudian perusahaan tersebut bermitra dengan petani kecil melalui program kemitraan.

Dalam program tersebut pula, petani tak hanya dilibatkan sebagai mitra pemasok bahan baku tetapi juga akan diberi pelatihan, akses pasar, dan pendanaan.

Baca juga: GudangAda Hadirkan Ekosistem Digital Inklusif untuk Perkuat Industri B2B

Contoh lain di sektor teknologi, seperti aplikasi ojek online juga dianggap memiliki model bisnis inklusif.

Misalnya ada perusahaan startup menciptakan platform digital untuk memberdayakan pekerja sektor informal atau membantu pengrajin lokal dan UMKM menjangkau pasar yang lebih luas.

Meskipun dapat terbilang mulai menunjukkan kemajuan, realisasi bisnis inklusif di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan.

Mulai dari rendahnya literasi digital dan finansial di kalangan masyarakat kecil, infrastruktur yang tidak merata, hingga perusahaan itu sendiri yang belum menerapkan model bisnis inklusif.

Sehingga kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bisa menjadi salah satu kunci untuk mengatasi tantangan ini.

Baca juga: Kisah I Komang Sukarma, Berdayakan Petani Lontar di Karangasem Melalui Tarunira

Ciri Bisnis dengan Model Bisnis Inklusif

Bisnis inklusif memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari model bisnis konvensional. Salah satu ciri utamanya adalah keterlibatan masyarakat marjinal sebagai mitra bisnis, bukan hanya sekadar pemberdayaan semata tetapi memang terlibat dalam rantai bisnis tersebut.

Kaum marginal tersebut biasanya akan dilibatkan sebagai pemasok, distributor, pengecer, atau pekerja. Sehingga terdapat pembayaran dan pendapatan yang bisa diberikan kepada mereka dan berujung bisa berdampak positif

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau